Efek Memabukkan

Hal yang pertama kali Viona ingat saat bangun dari tidurnya adalah bibir kenyal milik pria itu yang menempel di bibirnya. Wajah Viona memanas. Buru-buru ia menutupi seluruh tubuh dengan selimut.

 

“Kyaaaa!!!” Viona berteriak dan menghentakkan kakinya di udara.

 

Kejadian tadi malam masih membekas diingatkannya seolah baru saja terjadi. Bagaimana tatapan mata hitam milik pria itu yang membiusnya, bagaimana bibir tebal pria itu serta kedua tahu lalat di bawahnya yang membuat penampilannya makin menggoda. Bagaimana lengan pria itu yang semakin mencengkram pinggangnya.

 

Oh ****! Wajah Viona kembali memanas.

 

Apakah Viona menyesal dengan tindakan impulsifnya itu? Oh tentu tidak! Ia lebih memilih memberikan ciumannya kepada pria asing itu dibandingkan Zio.

 

“Because this is my first life,” ungkapnya sembari mengedikkan bahu setelah sisi malaikat di dalam dirinya buka suara protes.

 

Seperti kata Alinka, sebelum dunia ini punah dan kiamat, sebelum memasuki umur 30 tahun, Viona harus merasakan itu.

 

Ia memutuskan bangkit dari tempat tidur dan beranjak menuju kamar mandi untuk bersiap-siap ke kantor. Setelah pesta kemarin malam yang menghabiskan uang perusahaan cukup banyak, kini para pekerja mesti dipaksa mencari uang lagi agar balik modal. Tidak ada kata santai-santai, kerja bagai kuda.

Hampir 30 menit yang Viona gunakan untuk mandi dan bersiap-siap. Setelahnya ia beranjak menuju meja makan.

 

Dari arah kamar ia sudah tercium aroma masakan yang menggugah selera makannya.

“Pagi Ayah ... hai Verrel,” sapa Viona dengan riang kepada kedua lelaki beda usia itu. Ia memutuskan untuk duduk bersebrangan dengan adiknya. Rupanya Verrel sedang menikmati sarapannya.

“Tadi malam kamu pulang diantar Zio, Nak?” tanya Pramudya. Pria yang berprofesi sebagai guru SD itu menyendokkan nasi goreng ke piring.

 

Viona menggigit bibir bawahnya pelan. Ia tidak mungkin mengatakan kebenarannya kalau semalam ia pulang dengan taksi. Setelah ciuman itu, Viona langsung kabur tanpa memberikan kesempatan pria itu untuk mengenalnya lebih jauh. Ia hanya iseng. Anggap saja rejeki nomplok. Viona sudah seperti Cinderella yang kabur pas tengah malam, beruntung saja sepatunya tidak ketinggalan.

 

“Ya iyalah Pak, Viona pulang sama Zio, mau sama siapa lagi. Iya, kan, Nah?” Arumi langsung menyambar pertanyaan itu begitu saja.

 

Ketika Pramudya memalingkan wajah ke arah putrinya, Viona segera mengangguk. Biarlah ia berbohong, toh selama ini juga ia sudah sering melakukannya.

 

“Na ... kalian kan sudah lama bertunangan, kapan rencana untuk ke tahap selanjutnya?” tanya Arumi disela-sela menyantap nasi gorengnya.

 

Suara sendok dan piring milik Viona seketika berhenti beradu. Ia melihat kedua orang tuanya yang juga memandangnya.

 

Perut Viona tiba-tiba merasa tidak enak seolah ada yang mengaduknya. Dalam hatinya ia mencibir. Tidak adakah hal lain yang bisa dibicarakan selain pernikahan?

 

“Belum Bu ... kami berdua belum memikirkan hal itu,” ungkap Viona. Tidak mungkin ia mengabaikan pertanyaan Arumi.

Kali ini giliran piring dan sendok milik Arumi yang berhenti beradu. “Mau sampai kapan kamu kayak gini terus, Viona?

 

Kening Viona mengernyit bingung. “Maksud Ibu apa?”

 

“Menunda-nunda pernikahan.  Zio sudah mapan, berasal dari keluarga baik dan kaya. Kita juga sudah mengenal keluarga mereka. Apalagi yang kamu tunggu, huh? Kamu mau hubungan bertahun-tahun kayak nyicil KPR, iya?”

 

Viona menatap wajah ibunya yang menahan kesal sedangkan ayahnya hanya diam saja sambil menikmati makan. Verrel, sang adik tidak peduli sama sekali.

 

“Bu ... Zio sedang sibuk dengan bisnis properti yang baru saja dijalankannya, jadi mana mungkin kami memikirkan pernikahan, Bu?” jelas Viona. Ia menggunakan alasan yang pernah dilontarkan Zio beberapa hari yang lalu. Persetan dengan kebenaran alasan itu. Yang jelas, sebisa mungkin Viona akan berkelit kalau ditanya soal pernikahan. Tidak ada kata itu di kamus mereka berdua.

 

“Paling itu akal-akalan mu saja. Kamu kan yang maksa Zio untuk menunda pernikahan kalian? Nak, kami hanya ingin kamu bahagia. Dan Zio orang yang tepat untuk membahagiakan kamu.”

 

“Bu ... ini masih pagi, gak baik memulai hari dengan pertengkaran. Apalagi di meja makan.” Pramudya yang sedari tadi menyimak kini memutuskan untuk angkat suara.

 

Arumi berdecak lantas melanjutkan sarapannya. Bibirnya masih mengerucut sebal.

 

“Iya,Bu.” Viona hanya bisa menjawab pendek.

***

Suasana di kantor cukup riuh ketika Viona datang. Mereka masih sibuk membicarakan tentang suasana pesta tadi malam. Ada yang gembira dan cekikikan karena bisa menikmati pesta yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya, ada juga yang mengeluh karena harus tetap bekerja setelah foya-foya kemarin. Ya namanya juga hidup dan roda terus berputar, kan, yak.

 

Mood Viona sudah lebih baik dari yang tadi. Ia juga menyapa beberapa karyawan yang berpapasan dengannya tadi sepanjang perjalanan menuju ruang kerja.

 

“MBAK VIONA!!” jerit Lana setelah melihat Viona muncul di ambang pintu ruangan. Lana dan Viona memang satu ruangan yang dipisahkan dengan kubikel saja.

Lana melompat dari tempat duduknya kemudian berlari menghampiri Viona dan menggamit lengannya. Ia tidak memberi kesempatan Viona untuk menaruh tasnya.

 

“Mbak kemarin datang ke pesta, kan? Kok aku gak lihat mbak sih? Hanya Mbak Alinka yang berpapasan denganku. Mbak Alinka cantik banget, kayak bidadari jatuh dari surga tepat di hadapanku,” kekeh Lana.

Viona mencibir. “Ke pestalah!!! Kamu kan lagi bucin-bucinnya, dunia cuma milik berdua. Yang lain ngontrak.” Ketika ada celah, Viona langsung melesatkan dirinya menuju kubikel dan duduk di sana. Ia menghidupkan komputernya, mengambil cermin dari laci dan memeriksa penampilannya terlebih dahulu.

 

“Ah Mbak!! Kayak gak pernah gitu aja sama Mas Zio,” protes Lana lagi. “Mbak datang sama Mas Zio ya? Eh btw kemarin Mbak Alinka pulang sama cowok loh, Mbak. Mereka pergi diam-diam, lewat jalur belakang gitu. Mereka cabut pas acara dansa.”

 

“Mbak Alinka ternyata bohong, ya ... katanya nggak punya pacar,” cibir Lana.

 

Viona hanya geleng-geleng kepala sambil terkekeh mendapati Lana yang banyak berbicara pagi ini tanpa mau membalas pertanyaan itu.

 

Viona bangkit dari kursi hendak ke pantry untuk membuat kopi sebagai dopingnya di pagi hari. Ia belum sempat menikmati minuman hitam nan pekat itu di rumah karena adu mulut dengan sang ibu.

 

Namun, suara telepon yang berdering menghentikan niat Viona untuk sementara waktu. Ia mengambil gagang telepon itu dan mengarahkannya ke telinga.

 

Viona, bisa ke ruangan Pak Adrian sebentar?

 

Suara lembut di seberang sana milik sekretaris Adrian. Viona menjawab dengan kata ok dan langsung bergegas menuju ruangan tersebut.

 

Ketika sampai di depan ruangan, Viona tidak mendapati Ana—sekretaris Adrian di mejanya. Takut membuat bosnya menunggu lama, ia langsung masuk ke dalam setelah sebelumnya mengetuk pintu terlebih dahulu.

Wanita itu tidak mendapati Adrian di ruangan. Hanya ada seseorang yang sedang duduk di sofa sambil membaca surat kabar dan membelakanginya. Viona yang canggung hanya mampu berdeham.

 

Mungkin tamu ini juga sedang menunggu Pak Adrian. Pikirnya.

 

Viona memutuskan untuk keluar saja dan menunggu di luar. Ia terlalu canggung berada di ruangan ini. Wanita itu berbalik dan melangkahkan kakinya.

 

“Tunggu!”

Suara rendah itu menghentikan Viona. Ia berbalik lagi dan menemukan sosok pria bertubuh tinggi itu sedang menatapnya. Sudut bibirnya terangkat ke atas.

 

Belum sempat otak Viona mencerna lebih dalam lagi, pria itu sudah berdiri hanya sejengkal darinya. Tangan lebar milik pria itu menutup bagian bawah wajah Viona yang hanya menyisakan kedua matanya.

Viona yang ketakutan mendadak mundur hingga tubuhnya terbentur tembok.

 

Bola mata milik wanita itu sontak melebar ketika melihat pria di depannya yang menyeringai.

Aku ketahuan. Batin Viona menjerit.

 

 

 

 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!