Pertemuan pertama antara David dan Soleha, meninggalkan kesan yang sama-sama kurang baik tentang diri mereka.
Dimana Soleha berpikiran, mana ada pemuda baik-baik datang bertamu di tengah malam dengan menggedor pintu pula. Itu namanya mau membuat onar.
Pun sebaliknya David berpikiran, mana ada tuan rumah yang baik akan membiarkan dengan sengaja tamunya menunggu lama di luar rumah. Sementara mereka enak-enakan tidur di dalam.
Walau pun keduanya saling mengakui jika Soleha di mata David, wanita yang cantik dengan mengenakan hijabnya jika dilihat secara kasat mata. Begitu David dilihat oleh Soleha memiliki ketampanan yang jauh di atas rata-rata orang tampan pada umumnya.
Namun untuk saat ini apa pedulinya mereka untuk itu. Mereka hanya dua orang asing yang untuk pertama kalinya bertemu, di waktu yang tepat bagi orang-orang untuk melaksanakan shalat tahajud.
"Akang nya, kalau bertamu itu yang sopan. Kalau tidak mengucapkan salam, minimal permisi, mengetuk pintu dangan baik. Bukan membuat onar begini dangan menggedor-gedor pintu." Ucap Soleha panjang lebar tanpa melihat wajah tampan David.
"Kau bagaimana juga, jadi tuan rumah sangat tidak menghargai tamu yang datang?." Balas David dengan nada menyolot, dengan telunjuk yang nyaris mengenai jidat Soleha jika saja Soleha tidak melangkah mundur.
"Ini juga, mana ada orang bertamu di jam segini?." Sambung Soleha saat melirik jam yang menggantung sebelah kamar Abi dan Umi, bertepatan dengan Abi dan Umi nya yang keluar dari dalam kamar.
"Um...Bi..." Panggil Soleha pada Umi dan Abi yang menuju kearahnya.
"Leha, ini mungkin tamu Mang Maman dan Bibi Elis?." Ucap Umi memberitahunya.
"Tapi mana Um, Mang Maman dan Bibi Elis nya?, enggak ada?." Tanya Soleha.
Ternyata saat David menggedor pintu, Mang Maman dan Bibi Elis ke dalam mobil karena membantu Nenek Widya menurunkan beberapa kopernya.
Soleha berjalan melewati tubuh tegap pemuda didepannya, tercium aroma wangi dari parfum yang menempel pada pakaian David.
"Oh iya Um, itu Mang Maman dan Bibi Elis." Tunjuk nya pada kedua orang yang kenalnya.
Soleha tidak tahu apa-apa tentang malam ini yang akan kedatangan tamu, bahkan dia juga tidak tahu kalau Mang Maman dan Bibi Elis akan pulang.
Soleha tidak terlalu mengurusi tamu yang datang bersama Mang Maman dan Bibi Elis. Dia hanya membantu membawa masuk semua koper dan menaruhnya di dalam kamar yang sudah disiapkan oleh Umi.
Kemudian Soleha pergi ke dapur saat melihat di meja masih kosong tidak ada apa pun. Dia segera membuat beberapa cangkir teh hangat untuk semua orang yang ada di ruang keluarga.
Lalu dia menghidangkannya setalah teh hangat itu jadi, dengan di bantu oleh Bibi Elis.
Karena sudah tidak ada yang membutuhkan tenaganya lagi, Soleha segara masuk ke dalam kamar.
Keesokan paginya...
Hampir saja Soleha kesiangan hari ini karena insiden semalam, kalau tidak dibangunkan oleh Bibi Elis.
Secepat kilat dia mandi, berpakaian dengan sangat sopan dan rapi, sebelum sarapan dia sudah memanaskan motor metik yang baru dibelikan Abi nya.
"Kenapa tadi habis shalat subuh kamu tidur lagi, Leha?. Jadinya serba terburu-buru kan!." Ucap Umi sambil merapikan gelas-gelas yang sudah kosong.
"Iya Um, habisnya mata ku minta merem lagi." Jawab Leha bercanda dengan senyum manis di bibirnya.
"Iya Um, untung saja tadi Bibi Elis membangunkan aku, kalau tidak alamat kesiangan aku pagi ini." Lanjut Leha sambil menyambar tas yang ada disebelahnya.
"Aku berangkat ya, Um. Assalamu'alaikum..."
"Wa'alaikumsalam...Hati-hati, Leha."
"Iya Um..."
Soleha berjalan menuju motor yang terparkir di depan halaman rumah dengan tangan yang menenteng helm.
Usai memakai helm, Soleha segera menaiki motor dan melajukan motornya dengan kecepatan sedang.
Sedangkan di dalam sebuah rumah megah dan besar, keributan selalu mewarnai pasangan suami istri itu. Sehingga David yang baru sampai di rumah pukul 05.00 pagi pun harus terganggu dengan isi pertengkaran kedua orang tuanya yang berada di meja makan.
"Sekarang mau kau apa?." Tantang Mommy Bella sambil menatapnya dengan congkak.
"Kau harus bisa mendidik David untuk bertanggung jawab terhadap pekerjaannya di kantor, Mom!." Jawab Daddy Fahmi selalu menyerahkan tugas David pada sang istri.
"Kenapa tidak kau saja yang mendidiknya!. Kau dan dia sama-sama laki-laki, siapa tahu ucapan kau lebih didengarkan oleh dia!." Mommy Bella mendebatnya.
"Itu tugas kau, Mom!. Kau sebagai Mommy nya yang harus mendidik David, bukan aku!." Daddy Fahmi tidak bisa di perintah sehingga kembali menyerang Mommy Bella dengan argumennya.
"Kata siapa tugas mendidik anak itu tugas aku Dad, itu menjadi tugas dan tanggung jawab kau juga. Jangan semuanya kau limpah kan pada ku!." Mommy Bella kembali mendebat sang suami, karena rasanya tidak adil jika dirinya saja yang disalahkan.
"Iya seharusnya itu tugas kau, Mommy!. Kau seharusnya diam di rumah, menunggu suami pulang sambil mendidik David. Bukannya malah ikut bekerja, bahkan sekarang kau lebih sibuk dari pada aku!." Ucap Daddy Fahmi dengan tegas dan sedikit membentak Mommy Bella.
"Kau lupa kenapa aku mau bekerja?, kau lupa siapa yang memaksa ku untuk bekerja?." Teriak Mommy Bella.
"Itu semua karena perselingkuhan yang kau lakukan bersama wanita j*Lang itu. Kalau bukan kau yang sudah menyakiti ku, sudah aku pastikan aku akan menjadi istri yang baik untuk kau dan ibu yang baik juga untuk David, tapi sayang kau sudah bermain api sampai keluarga kita ikut terbakar." Lanjut Mommy Bella dengan air muka yang merah padam.
"Itu tidak seperti yang kau lihat, Mommy!. Kami hanya memiliki hubungan sebatas atasan dan bawahan. Tidak lebih!." Daddy Fahmi menegaskan.
"Halah, Daddy. Mana ada maling yang mau mengaku meski sudah ketangkap basah sekali pun." Ejek Mommy Bella tidak menerima pembelaan dari sang suami.
Pertengkaran dengan hal yang sama setiap harinya, masalah anak, tangung jawab, perselingkuhan dan harta. Dan itu selalu menyeret namanya. Karena dia di cap sebagai anak berandal, tidak memiliki masa depan, urakan dan lebih parahnya lagi tidak berguna dan tidak memiliki masa depan.
David menyambar ponselnya, lalu menghubungi semua teman-temannya untuk balapan lagi malam ini.
Setelah tidak bisa melanjutkan tidurnya lagi, David segera keluar dengan pakaian gembelnya ala anak motor yang urakan.
Daddy Fahmi yang melihat hal itu langsung mencekal pergelangan tangan David dan memintanya duduk di meja makan bersama mereka.
"Kau mau jadi apa dengan gaya hidup dan penampilan yang seperti ini?." Tunjuk Daddy Fahmi pada diri David, menatapnya dengan wajah sinis.
"Aku mau hidup bebas, semau ku. Suka-suka aku." Jawab David santai dengan suara sepatu yang di hentak ke lantai.
"Kau lihat teman-teman kau yang sudah pada sukses memimpin perusahaan. Tidak seperti kau yang malah asyik dengan geng motor yang tidak jelas itu." Selalu saja Daddy Fahmi membandingkan dirinya dengan yang lain.
"Itu orang lain Dad, bukan aku!." David bangkit berdiri, lalu berjalan dengan pundak yang sengaja beradu dengan pundak Daddy Fahmi sehingga Daddy Fahmi mundur beberapa langkah.
"Lihat anak kau, kurang ajar!."
"Anak kita, Daddy."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments