Masih sangat pagi, saat Rangga mengirim sebuah pesan singkat pada Aira.
Rangga :
Mau ikut cari jamur? Kita ada persawahan belakang rumah kamu ini.
Aira kemudian membuka jendela kamarnya. Tidak terlihat keberadaan Rangga dan teman-temannya. Tapi samar-samar dia mendengar suara mereka.
Aira :
Kalian ya, ini masih sangat pagi sudah berkeliaran di sawah orang.
Rangga :
Justru enak pagian begini, Ra. Jamurnya segar. Nanti malam kita mau makan bersama di kolam. Mau ikut?
Aira :
Nanti nggak bisa. Next time deh aku ikutan ya.
Rangga :
Janji???
Aira :
Janji....
Aira keluar dari kamarnya, kemudian dia menyibukkan diri dengan orang tuanya.
"Ayah mau jenguk kakek Mail. Mau ikut?" tanya ayah.
"Yang rumahnya di atas bendungan besar itu?" Aira balik bertanya.
"Iya. Kakek mana lagi." kata ayah.
"Aku ikut."
Rumah kakek Mail merupakan salah satu spot favorit Aira. Sangat sejuk karena berada di atas bendungan. Ditambah lagi banyak pohon buah di halamannya yang sangat luas itu. Ada rambutan, mangga, jambu, pepaya, juga pisang.
Ketika di sana, Aira sangat suka duduk di tangga batu yang ada di belakang rumah panggung milik kakek. Dia bisa melihat sungai, merasakan percikan airnya yang segar, juga suara arusnya yang indah.
Tak jarang Aira akan membawa buku diarynya dan menuangkan isi hatinya sambil menikmati pemandangan yang sangat indah di sana.
"Aira, ayah akan pulang. Kamu masih mau di sini?" tanya ayah.
"Memangnya boleh?" tidak biasanya ayah membiarkan Aira pergi sendirian.
"Boleh... Kalau kesorean, kamu langsung ke tempat jualan saja nanti." begitu ujar sang ayah.
"Baik, ayah. Ayah hati-hati ya..."
"Kamu juga." ayah mengecup kening putrinya.
Handphone Aira berdering, ketika dia sedang menikmati buah segar yang baru dipetik bersama kakek Mail.
Adit :
Lagi dimana? Tidak kelihatan di rumah.
Aira :
Aku di rumah kakek
Adit :
Kakek yang mana? Kamu memangnya punya kakek di sini?
Aira :
Hahahaaa...
Entahlah kakek dari mana. Tiba-tiba ketemu di sini.
Adit :
Bisa saja.
Eh, kata Rangga kamu tidak bisa ikut acara makan-makan. Kenapa?
Aira :
Kemarin aku nggak bantuin ayah karena belanja sama kalian.
Terus ikutan acara kemarin.
Masa iya malam ini aku nggak bantu ayah lagi. Kasihan...
Adit :
Oh..., baiklah.
Aku pikir ada janji sama Ryan.
Aira :
Kenapa jadi larinya ke Ryan?
Adit :
Aku nebak saja, Ra. Soalnya waktu acara kemarin aku lihat dia cukup care sama kamu.
Aira :
Terus apa hubungannya?
Adit :
Aku pikir kalian sudah lebih dekat. Dia juga anaknya baik kok. Ganteng lagi.
Aira :
Terus kenapa kalau ganteng?...
Adit :
Pacarin kek...
Hahahahaaa...
Aira :
Hadeeeeuuhh...!!
"Aira...?!"
"Iya, kek." Aira meletakkan handphonenya di lantai.
"Ini sudah kakek bungkus, nanti kamu bawa pulang ya." kata kakek.
"Siap, kek. Terimakasih." balas Aira.
"Sering-sering main ke sini. Tidak usah menunggu ayahmu. Memangnya tidak berani datang sendiri kemari?" tutur kakek Mail.
"Iya deh, besok-besok aku akan datang lagi tanpa ayah. Kakek jangan khawatir." Aira tersenyum pada kakek Mail.
......................
Suatu sore Ninik datang menemui Aira yang sedang memilih sayuran. Dia bermaksud mengajak Aira ke rumahnya nanti malam.
"Pada ngobrol apa ini anak gadis berdua...?" kata ayah Aira.
"Aira nih pakde. Selalu menolak ajakanku. Padahal cuma di rumahku." kata Ninik.
"Pergi saja Aira. Tidak apa-apa." ujar ayah.
"Ayaaahh..." sahut Aira.
Karena sudah mengantongi izin dari sang ayah, Aira pun tidak ikut jualan malam itu. Dia pergi ke rumah Ninik.
Sebenarnya Aira bingung, mau sebut ruangan Ninik itu sebuah rumah atau kamar kos. Karena cuma ada satu ruangan. Dan sebagian besar memang seperti itu. Anak yang sudah beranjak dewasa memiliki kamar pribadi, dan itu tidak berada dalam satu rumah. Tapi di luar rumah. Seperti milik Ninik, yang berada di belakang rumah dan menghadap ke sungai.
"Nik..., kamu nggak ada maksud ngerjain aku kan?" entah kenapa feeling Aira jadi macam-macam.
"Ngerjain gimana?" tanya Ninik sambil membuka pintu kamarnya.
Ceklek
"Masuk yuk!" ajak Ninik.
Belum lama mereka ngobrol, tiba-tiba kamar Ninik jadi gelap.
"Aduh, kenapa lagi ini lampu." gerutu Ninik sambil menyalakan senter dari ponselnya.
"Perasaan baru kemarin giliran kita, masa sekarang lagi?" sahut Aira.
"Makanya..." balas Ninik.
*Sr*aaakk... Sraaaak...
"Nik, kamu dengar sesuatu?" Aira memasang telinganya, mencoba fokus mendengarkan sekali lagi.
"Coba aku lihat. Mau ikut?" ujar Ninik.
Sebenarnya tidak perlu ditanya lagi, karena sudah pasti Aira akan ikut dengannya.
Saat Ninik membuka pintu...
"Happy birthday Aira...!! Happy birthday Aira...!! Happy birthday Aira...!! Happy birthday to you...!!"
Aira menutup mulutnya karena sangat terkejut. Tiba-tiba teman-temannya datang membawa sebuah kue dengan lilin di atasnya. Lalu lampu kembali menyala.
"Buat permohonan, Ra. Lalu tiup lilinnya." kata Hendri.
"Aku hanya berharap kalian dilimpahi kebaikan dan kebahagiaan..."
"Yeeeehh...!!!"
Semua bertepuk tangan setelah Aira meniup lilinnya.
"Jadi kalian yang sengaja matiin lampu ya...?" tuduh Aira.
"Biar surprise, Ra..." Aditya menerima tuduhan itu karena memang sudah mereka rencanakan.
"Eh, ada yang mau datang juga buat ngucapin selamat." kata Aditya.
"Siapa?" tanya Aira.
"Tunggu, dia masih di jalan." kata Toni.
Tak lama kemudian Ryan muncul. Tatapan mata Aira dan Ryan beradu. Sesaat mereka terpaku.
"Selamat ulang tahun Aira...!!" ucapnya.
"Terimakasih..." jawab Aira.
Mereka tenggelam dalam obrolan yang sangat seru, diselingi dengan canda dan tawa.
"Boleh minta nomor HP kamu?" Ryan pada Aira.
"Kasih saja, Ra. Biar tidak minta-minta terus ke kita." sahut Ninik.
Ryan terlihat menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal.
"Terimakasih." kata Ryan setelah menyimpan nomor Aira.
"Maaf ya, aku tidak bawa kado buat kamu." katanya lagi. "Tapi aku punya sesuatu. Tunggu di sini." Ryan tiba-tiba pergi. Tak berselang lama dia kembali.
"Mana tangan kamu?" tanya Ryan.
"Nih..." Aira menunjukkan tangannya begitu saja.
Ryan mengeluarkan sebuah cincin yang terbuat dari batang rumput kering. Lalu memasangnya di jari manis Aira.
"Tidak bernilai sih, tapi suatu hari nanti aku akan menggantinya dengan yang sungguhan." ujar Ryan.
"Ciiieeehh..., so sweet...!!!" seru teman-temannya.
"Apa yang terjadi padaku?" batin Aira.
Masih di malam yang sama, Aira pulang di antar oleh semua teman-temannya.
"Terimakasih buat semuanya..." kata Aira.
"Sama-sama, Ra. Kamu senang, kami malah lebih senang." balas Hendri.
"Kalau begitu aku masuk dulu ya." pamit Aira.
"Bye Ra..."
"Bye...!!!"
Aira menutup pintu rumahnya, lalu menyandarkan tubuhnya di balik pintu. Dia melepas cincin buatan Ryan.
"Apa sih Aira. Baru diginiin saja kamu sudah tersentuh. Belajar dari yang sudah-sudah ya, jangan mudah terbuai."
Aira masuk ke kamarnya, kemudian menaruh cincin itu di atas meja.
......................
"Hari ini usiaku bertambah 1 tahun. Sudah genap 19 tahun. Tidak menyangka kalau di sini aku akan merayakan ulang tahunku untuk pertama kalinya. Oh, tidak. Bukan aku. Tapi teman-temanku yang merencanakan semuanya. Rasanya aku ingin menangis... Terimakasih...
Dan Ryan..., apa yang sebenarnya kamu inginkan?..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Ananda Reva
thoorrr update 3 bab lngsung thorrr kan pinisirin sama Ryan
2023-04-21
1