Diusir Dari Rumah

<10 tahun kemudian, hari ini>

Ken dan Hilda baru saja turun dari mobil. Ken beranjak menuju kediaman terlebih dahulu, Hilda menyusul karena harus mengambil tas dan obat-obatan Ken yang ada di plastik belakang jok.

BUGHH!

Belum sempat melangkahkan kaki memasuki kediaman, Ken disambut tinju di pipi kanannya.

"Ken!! Papah!! Apa-apaan ini?" Pekik Hilda terkejut lantas menghambur ke arah ayahnya sebelum lelaki tua itu melayangkan tinju susulan pada adiknya.

"DASAR ANAK GAK TAU DIRI!!" Seru Presdir naik pitam.

"Sabar, Pah! Sabaarrr.... "

Hilda mencegah ayahnya memukuli adiknya yang baru pulang dari rumah sakit. Jika luka ken terbuka lagi, bisa fatal akibatnya.

Ken tersungkur dengan luka yang masih terasa nyeri. Romy, sekretaris Hilda, tampak sigap menolongnya untuk berdiri kembali. Namun, Ken menolak. Ia kemudian berlutut untuk memohon pengampunan ayahnya.

"Susah-susah papa kirim kamu ke Kanada biar gak dipenjara. Tapi apa ini??? Ngapain kamu balik lagi kesini hah??? Masih 5 taon lagi baru kamu boleh balik! Dasar Batu!!"

Wajah Presdir merah padam setelah meluapkan amarah. Ken tak bisa berkata-kata. Ia menyeka darah segar yang keluar dari bibirnya akibat hantaman sang ayah.

"Aku kangen kakak, Pah. Aku kangen suasana di sini," Jawab Ken kemudian, masih dalam kondisi bersimpuh.

Presdir menekan tengkuknya. Khawatir darah tingginya naik lagi. Ia menghembuskan nafasnya secara kasar lantas menunjuk-nunjuk batang hidung anak bungsunya itu.

"Denger ya! Kamu buat ulah apa lagi ini? Nggak kapok bikin papa pusing? Hah??! Ya Ampun!!!";

Ken tak bisa berkata-kata. Ia tidak menyangka niat baiknya berujung petaka seperti ini. Awalnya Ken hanya ingin membantu seseorang, namun, rupanya, selalu saja kena fitnah. Ken mengepalkan tinjunya menahan ketidak-adilan yang ia alami. Tidak seharusnya Ken diperlakukan seperti sampah oleh ayahnya sendiri. Namun, Ken tak ingin bertengkar. Ken juga tak bisa membela diri karena sudah disudutkan dengan bukti video dan rumor yang beredar. Tidak ada yang menanyakan kejadian aslinya dan hanya percaya dengan rekaman orang tak bertanggungjawab.

"Papah.." Suara Presdir tercekat.

"Papah.. Udah rugi milyaran ngurusin kamu! Ya Tuhan!! Ibumu!! Seandainya ibumu masih hidup, Huhu... Hikss... " lanjutnya kemudian, dengan bulir air membasahi pipinya yang mulai bergaris cekung. Kali ini presdir menyesalkan nasib buruk yang menimpanya. Amarahnya berubah menjadi penyesalan karena tak bisa membesarkan anak dengan baik. Presdir menangis karena kesal. Ia sudah kehabisan akal untuk mendidik anak lelaki satu-satunya itu.

Hilda yang awalnya jengkel dengan tindakan ayahnya, kini ikut bersedih. Seandainya memang ibu mereka masih ada, tentu Hilda tak akan pusing menjadi penengah antara ayah dan adiknya.

"Sudahlah, ambil semua barangmu. Papa udah gak pengen liat kamu disini. Anak papa Kenneth Tang masih ada di Kanada. Kamu siapa? Kamu bukan Kenneth!" Presdir menghamburkan KTP dan surat identitas palsu yang dibeli Ken untuk sampai di Indonesia tanpa terlacak.

Kenny Wijaya.

Nama palsu Ken untuk sementara. Ia membelinya di salah satu mafia data terkenal. Ken terperangah, bagaimana ayahnya bisa mengetahui kalau ia membeli identitas palsu?

"Pergi!! Papa nggak mau liat kamu!! Buktikan kalau kamu memang layak jadi anak papa! Sebelum itu terjadi. Jangan harap papa mau ngakuin kamu!"

Presdir kemudian berlalu begitu saja meninggalkan Ken yang masih berlutut di tanah. Hilda mengejar ayahnya untuk meminta pengampunan demi adiknya. Ayahnya bergeming. Dan meminta ajudannya untuk mengurus kekacauan yang terjadi.

"Maaf, Ken. Ayahmu memang begitu," Ferdi mengulurkan tangan membantu Ken berdiri. Ken hanya terdiam.

"Bre... " Ferdi menunggu Ken menyambut uluran tangannya. Ken kemudian berdiri sendiri. Dan mulai memunguti barang-barangnya yang berserakan. Ia mengepak surat-surat palsunya dan memasukkan ke dalam koper yang sudah dibanting ayahnya tadi. Semua barang pribadi Ken sudah berada di luar rumah, siap untuk diangkut entah kemana oleh empunya.

"Rom, tolong bilangin kakak, aku cabut," Ken memberi pesan pada Romy, kemudian melenggang pergi meski dengan kondisi yang tidak begitu prima. Ferdi ditinggalkan begitu saja. Namun, ia merasa tak tersinggung dan malah tersenyum. Penderitaan Ken adalah kebahagiaan untuknya.

*

"Disini, Bre!" Ken melambaikan tangan pada seseorang yang baru turun dari mobil dengan mengenakan jas putih yang melambai-lambai. Sepertinya seorang dokter.

"Ciyeeh, Pak Dokter. Segala pake jas buat dipamerin," Goda Ken.

dr. Geoffrey Chiko Dewanto.

Begitu nama dada yang tertera pada jas pria itu. Sontak, Chiko memindai tubuhnya sendiri. Ia kemudian menepuk dahinya tanda terlupa. Chiko langsung men-starter mobilnya ketika Ken--sahabat lamanya yang sudah 10 tahun tak berjumpa, meminta untuk dijemput.

"Njirrr.... Ngebut gue tadi, Bre!"

Mereka tergelak. Chiko kemudian membantu mengangkat barang-barang Ken dan memindahkannya ke mobil. Merekapun bertolak ke apartemen Chiko di Bilangan Jakarta Pusat.

Apartemen Meridien, heavenly stay.

Begitu tulisan di gerbang parkir bangunan luas yang menjulang megah bak kastil dongeng itu. Mobil Chiko melaju ke dalam bangunan eksotis tersebut. Nuansanya bergaya eropa dan bercat putih sebagai interior utama.

Sesampainya di Apartemen, Chiko menata barang-barang Ken dan menunjukkan kamar tamu.

"Ngineplah sampe kiamat di sini, Bre.... Gak masalah!"

Ken tersenyum dan merasa sangat beruntung memiliki sahabat seperti Chiko.

"Nah, kalo udah narok barangnya, sini-sini, cerita dulu.. Gua gabisa lama-lama soalnya, mau ada pasien lagi," Chiko menyeret sofa baca ke arah sofa tengah. Supaya mereka bisa duduk berjejer. Ken menghela nafas terlebih dahulu sebelum mulai menceritakan kisahnya sejak seminggu jadi Kenny Wijaya di Jakarta. Kisah yang awalnya mulus dan berubah menjadi tragis karena sifatnya yang seperti spiderman nyasar.

"Gila, lu, Bre! Pake beli identitas palsu segala," Chiko tak habis pikir. Sejurus kemudian, pandangannya beralih ke bekas luka tusuk yang ada di perut Ken.

"Siapa sih yang giniin, Bre?? Coba gue periksa,"

Chiko meraba luka itu. Jahitan bekas operasi masih setengah basah. Chiko mengingatkan Ken untuk tidak banyak bergerak terlebih dahulu supaya lukanya cepat kering. Jika jahitannya terbuka lagi, bisa makin parah.

"Kagak tau, Bre. Kalo tau juga udah gua hajar sekarang," jawab Ken cepat. Ia mengisyaratkan kedua tangannya ke arah mulut sambil naik-turun. Chiko kemudian memesan makanan melalui aplikasi, karena Chiko berada di rumah sakit seharian, ia tak sempat memasak. Pembantu yang biasa datang pun sedang cuti. Jadi, di apartemen tidak ada makanan sama sekali kecuali mie instan. Ken tentu tidak keberatan memakan mie instan, namun Chiko melarang. Sebagai pasien yang baru pulang operasi, mie instan bukanlah makanan ideal.

"Nasi Goreng 68 ya, kayak biasa? Kesukaan lo?" Tanya Chiko sebelum menekan tombol order. Ken mengangguk kemudian berjalan menuju kamar mandi. Rasanya pengap dan gerah karena tak mandi selama tiga hari. Ken menikmati guyuran air dari pancuran yang membasahi tubuhnya.

"Lukanya jan sampek kena aer!" Pekik Pak Dokter yang membuyarkan lamunan Ken.

"Iyeee... Bawel!"

Ken sudah menutup lukanya dengan perban anti-air sebelum mulai mandi. Ken mulai menggosok pelan badannya dengan sabun cair, dan menuangkan sedikit sampo untuk berkeramas. Air hangat yang mengenai tubuhnya sungguh menyegarkan. Ken tidak mempercepat mandinya. Ia ingin berlama-lama menikmati aliran air yang mengucur deras dari kepala hingga ujung kakinya. Suara kran air yang berisik, meredam suara tangisnya. Dalam semburan air yang mengalir deras, Ken dapat merasakan bulir airmatanya sendiri. Ken merindukan ibunya.

Terpopuler

Comments

Nina Melati

Nina Melati

Keren ceritanya Thor, tetap semagat ya

2023-11-26

1

vina

vina

eh bapak anaknya baru pulang dia masih sakit, mau dipukul lagi? kasihan dong jadi samsak tinju antum

2023-05-25

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 55 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!