Ken, Chiko dan Hans

Matahari tampak tlah bersembunyi. Kali ini, giliran bulan yang menjaga langit agar tetap terang. Meski cahyanya tak sesilau siang, temaram bulan menyajikan kedamaian tersendiri bagi sebagian orang. Hiruk-pikuk kesibukan pekerja nampak berkurang. Pada momen ini, lelah badan hanya ingin diistirahatkan.

Begitu pula dengan Ken. Yang sudah cekcok dengan Ayahnya seharian. Badannya hanya ingin istirahat. Ken pun memaksimalkan waktu tidurnya di apartemen Chiko, seperti berada di rumah sendiri. Sedari siang, Chiko sudah kembali bekerja ke Rumah Sakit. Namun, sebelum pergi, ia memastikan dahulu bahwa Ken sudah bersantap dengan baik. Setelah makan siang, Ken meminum obatnya lalu tertidur. Tak terasa, hari sudah malam.

*

Cekrek..

Cekrek..

"Bre!!! Ya Ampun! Makin Oke aja, Lo!"

Suara yang tak asing memekakkan telinga.

"Hans?" Ken memicingkan matanya. Seorang sahabatnya yang lain mendadak muncul. Chiko yang berada di belakang Hans mengangkat bahu, Ia kemudian membawa belanjaan yang baru dibeli ke arah dapur.

"Kok Lo tau gue di sini?" Ken menghampiri Hans yang sedang melepaskan sepatu. Ia menuruni tangga dengan hati-hati. Mereka bertiga mengacungkan tinju lalu berpelukan.

Ken, Chiko dan Hans, adalah tiga sekawan yang sudah bersahabat sejak SMP. Sayangnya, Ken selalu drop out dari sekolah. Ada saja masalah yang dibuat. Ken memang terkenal sebagai anak dengan sumbu pendek, sehingga membuat repot Ayahnya. Presdir Tang yang putus asa akhirnya berhenti menyekolahkan Ken dan hanya memberinya kursus-kursus dari pakar terbaik agar fokus langsung ke persiapan menjadi ahli waris Grup Tang.

"Eh lo inget gak, cinta pertamanya, Ken? Duh satu-satunya cewek yang bisa bikin luluh si badboy kita ini?" Hans membuka percakapan.

Ken dan Chiko saling berpandangan. Mencoba menggali memori otak mereka. Ken banyak bertemu gadis-gadis. Jelas dia tidak ingat. Chiko yang sedang merebus telur, berpura-pura tak mengingatnya juga.

"Cuma dia loh yang mau nolongin elo pas ketusuk pisau, jaman SMP. Cewe laen mah udah kabooorrr," Ujar Hans memberi petunjuk.

Ken membelalakkan matanya, "Pas gua kelahi ma Geng Ruslan?" tanyanya setengah yakin.

"Bingo! Itu cewe namanya Celine," jawab Hans pasti. "Dua hari lalu habis gua interview soalnya, Bre. Keren doi. Perusahaannya berkembang pesat loh. masih 29 (tahun) umurnya," lanjut Hans kemudian. Hans merupakan satu-satunya anak seorang Taipan Media. Keluarganya yang kaya raya tak lantas memberinya posisi cuma-cuma sebagai ahli waris. Hans harus bekerja sebagai reporter terlebih dahulu, sebelum naik ke puncak manajemen.

"Dia kan tetangga gue, Bre.... " Chiko menimpali sambi mengangkat telur-telur yang telah matang. Tak sengaja, Chiko berpapasan dengan Celine ketika pulang kerja. Kaki Celine terluka karena sepatunya rusak, Chiko menawarkan bantuan. Mereka pun berkomunikasi kembali dan menemukan bahwa Chiko dan Celine ternyata dari sekolah yang sama. Ketika sudah dewasa, wajah dan bentuk tubuh teman masa kecil memang tak bisa dikenali, kecuali dalam acara reuni.

"Cantik kan dia?! Kayak Raline Shah!" Ujar Hans penuh nafsu. Chiko buru-buru menenggelamkan wajah Hans ke dalam telapak tangannya. Ken terkekeh melihat tingkah mereka.

'Celine... Ya... '

Ken menerawang. Ia mencoba mengingat wajah gadis itu pelan-pelan. Dengan luka tusuk yang masih nyeri, Ken terdiam sejenak. Raline Shah? Ken mencoba mengenang momen ketika ia dirawat oleh Celine.

Ah benar!

Gadis berkepang dua itu?

Ketika Ken hendak masuk kembali ke kelas dengan luka tusuk, Celine juga berada di area belakang sekolah. Gadis itu sedang membuang sampah karena kebagian tugas piket. Ken memanjat tembok dari luar untuk kembali masuk ke area sekolah, namun, gagal. Ia tersungkur pingsan. Darah segar mengucur dari balik seragamnya. Celine yang mengetahui ada orang sekarat, langsung meninggalkan pekerjaannya. Ia lantas memberikan pertolongan pertama, sebelum menelepon ambulans. Cekatan sekali. Jika tidak ada Celine, mungkin Ken akan mati konyol di sana. Ambulans pun datang dan membuat kehebohan seantero sekolah. Keesokan harinya Ken diskors dan orang tuanya memindahkan Ken ke sekolah lain karena tak ingin ada skandal.

'Oh, itu ya, Celine' desis Ken dengan senyum mengembang.

Sepertinya, Ken ingin bertemu dengannya sekali lagi.

Episodes
Episodes

Updated 55 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!