Setibanya Calvin dan Naura di pelataran kampus, dengan penuh rasa tanggung jawab, Calvin menggandeng tangan Naura, dan tak sekalipun berniat untuk melepaskannya.
Di sepanjang langkah keduanya menyusuri halaman kampus, berbagai pasang mata terus memerhatikan gerak-gerik Calvin yang membawa seorang perempuan asing ke area kampus mereka.
Bahkan, tak sedikit orang yang beranggapan bahwa perempuan yang dibawa oleh Calvin kali ini adalah istrinya.
Bisa dibilang, berita soal pernikahannya yang tiba-tiba sudah diketahui oleh hampir seluruh angkatan mahasiswa di sini. Ada yang tidak percaya, ada juga yang merasa kecewa dan patah hati, akibat Calvin yang banyak dipuja oleh kebanyakan mahasiswi seangkatannya telah memiliki tambatan hati.
Bisa dibilang juga Calvin ini cukup populer. Bukan karena wajahnya yang tampan saja. Melainkan karena sikapnya yang ramah dan lembut pada semua orang. Bahkan, di antara mahasiswa seangkatannya, Calvin dikenal memiliki otak encer. Calvin juga adalah mahasiswa kebanggaan para dosen karena kecerdasan dan kerendahan hatinya.
Ekhem. Lupakan tentang Calvin untuk sesaat. Saat ini ada Naura yang merasa tertekan akibat pandangan para mahasiswa yang seakan tengah menodongkan pisau bermata dua tepat ke arah lehernya.
Rasanya sesak, apalagi saat melihat tatapan tidak suka, bahkan bisikan para mahasiswa yang seakan tengah mempermalukannya.
Pasti kabar soal Calvin yang menikahi perempuan bisu sudah tersebar sampai satu kampus. Begitulah tanggapan Naura.
Harusnya aku gak ikut ke sini! Aku beneran takut, aku mau pulang! Naura berteriak dalam hatinya, sampai tanpa sadar tangannya telah mencengkram kuat tangan Calvin yang masih setia menggenggamnya.
Merasa ada yang tidak beres dari tingkah Naura, Calvin menjeda sejenak langkah kakinya. Terlihat raut wajah penuh kegelisahan yang tercetak jelas di wajah Naura. Bahkan, Naura tampak tidak menyadari jika dirinya tengah ditatap dalam oleh Calvin.
Apa harusnya gue gak paksa Naura, ya?
"Naura?" Sahutan lembut diiringi sentuhan hangat di kedua bahunya, sontak menyadarkan Naura dari apa yang tengah ia lamunkan.
Naura lantas mendongakkan wajahnya menatap wajah Calvin. Penglihatannya tiba-tiba terasa sedikit mengabur akibat bola matanya yang entah sejak kapan sudah berkaca-kaca.
Sial! Harusnya tadi Calvin tidak bersikukuh membawa Naura ke sini, jika akibatnya akan membuat perempuan itu mengalami hal yang mengguncang mentalnya seperti sekarang ini.
Sebenarnya, apa saja yang sudah dilalui oleh Naura hingga menjadi seperti ini?
"Nau-"
"Wah, Vin! Tumben lo bawa Kakak Ipar?"
Baik Calvin maupun Naura, keduanya sama-sama mengedarkan atensinya. Saat mendapati sudah ada Irgha dan juga Nino di hadapannya, seketika Calvin sedikit melupakan hal apa yang hendak dia sampaikan pada Naura.
"Katanya gak ngampus? Berubah pikiran lo?" Calvin menjabat masing-masing tangan sahabatnya, setelah cukup lama ketiganya tidak pernah lagi tampak berkumpul bersama.
Maklum. Setelah Calvin menikah, laki-laki itu menjadi sulit sekali untuk diajak ke luar oleh Irgha dan Nino.
Wajar, sih. Namanya juga pengantin baru. Pikir keduanya.
"Gimana, ya? Gue tuh sebenarnya udah mau habisin waktu buat tidur seharian aja gituh di kostan. Tapi tiba-tiba nih Si Bocah Kampret tiba-tiba aja memporak-porandakan kostan gue! Mana pake bawa toa segala, lagi." Irgha menyungut sebal, ketika mengingat kejadian apa saja yang terjadi sebelum kini dirinya menginjakkan kaki di kampus.
Sementara Nino yang disindir lewat lirikan mata, hanya menyengir lebar tanpa dosa. "Ya, siapa suruh lo tidur? Padahal pagi hari adalah saat-saat yang paling dinantikan untuk beraktifitas, Bro!"
"Masalahnya kemaren malem gue habis mabar! Gue tuh masih ngantuk, No!"
"Yaelah, mabar gitu doang, lebaynya sampe kerasa ke ujung samudera."
"Bacot lo! Awas-"
"Heh, heh, heh, heh! Lo berdua bisa gak sih, gak usah berisik dulu? Masalahnya sekarang gue lagi bawa istri gue! Dengan kalian yang ribut kayak gini bikin dia ilfeel!" Calvin kembali unjuk bicara untuk menyela argumen antara Irgha dan Nino. Demi apa, rasanya sikap mereka berdua semakin menjadi-jadi di setiap waktunya.
"I-iya maaf, Vin! Btw, Kakak Ipar jangan ilfeel, ya, sama gue! Gue gak gigit, kok. Gue cuman-" ucapan yang belum selesai Nino ungkapkan, diharuskan terpotong oleh Irgha yang dengan spontan menyela ucapannya.
"Si Nino Kampret mendingan gak usah didengerin, Kakak Ipar! Emang gigit dia, ilfeel sama dia aja." Ujarnya. Spontan Calvin menepuk jidatnya cukup keras, merasa lelah dengan tingkah ajaib antara Irgha dan juga Nino yang tak pernah tampak akur.
Padahal, beberapa saat yang lalu Calvin baru saja menginterupsi keduanya untuk menutup mulut. Tetapi sekarang? Keduanya malah semakin menjadi-jadi.
"Apaan sih lo, Gha! Lo ngajak duel?" Di tempatnya, Nino sudah mulai berancang-ancang, seolah hendak benar-benar melabrak Irgha.
Begitupula dengan Irgha yang mulai menaikkan kedua lengan baju. "Hayuk, gas! Gensh*n aja gimana?"
"Lo berdua-" Calvin sontak menghentikan ucapannya, saat terdengar bunyi kekehan kecil dari mulut Naura.
Ketika Calvin menoleh melirik Naura, benar saja perempuan itu tengah tertawa kecil dengan wajahnya yang sedikit menunduk.
Sial! Ini kali pertama dan perdana Calvin melihat Naura tertawa selepas itu. Raut wajahnya tampak beribu-ribu kali lebih cantik dari biasanya.
Beruntung Irgha dan Nino tidak melihat perubahan ekspresi Naura, dikarenakan keduanya yang sibuk beradu argumen seraya saling menabrakkan tubuh masing-masing.
"Cantik banget, sih, istriku."
"Hah?" Irgha dan Nino langsung menyahut spontan saat mendengar gumaman tak biasa dari mulut Calvin.
Kedua pemuda itu spontan menatap horor Calvin yang tengah tersenyum manis pada Naura. Sedangkan Naura sendiri, perempuan itu tengah menundukkan wajahnya akibat perkataan Calvin yang sanggup membuat jantungnya bergetar.
Tersadar dengan apa yang baru saja dirinya ucapkan, Calvin lantas berdeham beberapa kali dengan telinganya yang serasa memanas.
"Em, mau mampir ke stan kelas kita, gak? Ada banyak cemilan manis di sana. Ke sana, yuk!" Tanpa berniat menunggu Naura bereaksi, maupun memedulikan Irgha dan Nino yang masih dalam keadaan yang sama, Calvin lantas menarik Naura untuk menjauh. Atau mungkin, lebih tepatnya membawa kabur Naura dari kedua temannya.
"Kuping gue tadi gak salah denger 'kan?" Irgha mengguncang tubuh Nino dari samping, takut jikalau dirinya salah dengar barusan.
"Nggak, kuping lo gak salah, gue juga denger!" Pekik Nino, yang kemudian diakhiri dengan tertawa ngakak setelahnya.
...****...
Setelah berjalan ke sana ke mari cukup lama, akhirnya Calvin menghentikan langkahnya tepat di depan stan bazar anak-anak kelasnya. Ketika pikiran Calvin sedikit jauh lebih tenang, barulah Calvin teringat pada Naura.
Sontak saja perhatian Calvin langsung kembali pada Naura yang posisinya tepat berada di belakang.
Saat itu juga, perasaan bersalah kembali menghinggapi diri Calvin ketika melihat Naura yang berusaha menetralkan deru napasnya yang tidak beraturan.
Astagaaa! Apa yang sudah Calvin lakukan pada Naura?
"Kamu haus gak? Aku beliin minum, mau? Kebetulan kita udah sampai. Kamu mau yang mana?" Dengan penuh perhatian, Calvin menggiring Naura untuk memilih minuman di stan kelasnya yang mungkin salah satunya akan disukai Naura.
Beberapa saat, Naura dibuat sibuk membaca satu demi satu jenis minuman yang tertulis di papan menu. Tatapan matanya begitu fokus, padahal dirinya hanya akan memilih sebuah minuman biasa.
Tak berapa lama, Naura kembali menghadap Calvin dengan sebuah jawaban di otaknya. Calvin yang sedari tadi belum mengalihkan perhatiannya, kembali mengode Naura soal minuman apa yang akan dipilihnya.
"Mau yang mana?" Tanya Calvin halus, untuk yang kedua kalinya. Tubuhnya yang cukup tinggi sengaja sedikit dicondongkan ke depan, agar wajahnya dapat bersejajaran dengan wajah Naura.
Jemari lentik Naura dengan lincah menunjuk salah satu nama minuman yang sudah diduga oleh Calvin. Senyumannya merekah sedari Naura menunjuk nama minuman tersebut.
"Milky latte?" Tanya Calvin, memastikan. Anggukkan antusias dari Naura, tanpa sadar membuat Calvin kembali mengulum senyumannya.
"Panas-panas gini minum yang dingin enak kayaknya, ya. Yang dingin 'kan?" Tanya Calvin lagi, yang kembali dibalas dengan anggukkan yang sama.
"Ra! Milky latte-nya dua, ya! Yang dingin!" Ucap Calvin, pada salah satu teman sekelasnya yang sedang jaga stan, Ira.
"Siap! Sama apa lagi?" Tanya Ira, ramah. Dengan telaten, perempuan itu mulai membuat minuman pesanan Calvin tanpa sedikit pun rasa ragu, seolah membuat minuman adalah keahliannya.
"Dessert yang waktu itu gue rekomendasiin, ada?"
"Oh, iya! Ada-ada! Sisa satu lagi, bentar, ya."
Terjadi keheningan beberapa saat sepeninggalan Ira mengambil sebuah dessert yang dia taruh di lemari pendingin. Tidak berlangsung lama, perempuan itu sudah kembali dengan sebuah nampan berisi dua minuman pesanan Calvin dan sebuah dessert.
"Nih, selamat menikmati! Btw, istri lo cantik! Selera Calvin banget, sih, kalau kata gue!" Ira tiba-tiba mengungkit Naura yang sedari kedatangannya beberapa saat yang lalu, Ira sudah dibuat penasaran olehnya.
"Oh, ya?" Calvin sedikit terkejut mendengar penuturan Ira seputar Naura.
Bisa langsung engeuh juga si Ira kalau Naura istri gue! Batin Calvin menggerutu.
"Makasih. Istri gue emang cantik, tapi malu-malu." Ujar Calvin. Matanya tiba-tiba melirik ke arah Naura yang tengah tersipu malu, akibat habis-habisan dipuji oleh Ira dan juga Calvin.
"Ya udah, sana cicipin! Gak usah, ya, lo tebar kemesraan di hadapan kaum jomlo! Kualat entar!" Ucapan penuh penekanan dari Ira, sukses mengundang tawa singkat di wajah Calvin.
"Makanya nyari cowok!"
"Bantu cariin, dong, makanya! Lo 'kan cowok! Pasti banyak kenalan cowok-cowok single di sekitar lo. Ya 'kan?"
Calvin lantas mengerutkan keningnya, saat seseorang yang juga berstatus single, tiba-tiba terlintas di kepalanya. "Ada, sih. Si Nino mau?"
"Ih! ENGGAK! Mendingan gue jomlo dulu kalau begitu mah."
Seolah melupakan kehadiran Naura, Calvin lantas tertawa ngakak melihat reaksi alergi Ira bila telinganya mendengar nama Nino. Sudah menjadi rahasia umum jika Nino seringkali berbuat usil pada Ira di kelas. Banyak juga yang mengatakan jika Nino berlaku demikian, tak lebih semata-mata karena menyukai Ira.
Melihat kedekatan dan keakraban Calvin bersama teman sekelasnya, sedikit membuat Naura merasa minder.
Jika dilihat-lihat, Calvin itu humble, begitupula dengan perempuan bernama Ira yang tengah bercanda dengan Calvin.
Andai aku bisa kayak Ira.
^^^To be continued...^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Anya
insecure yg kek gini nih yg sring bgt trjdi:v kek gue hmm..
2023-04-27
0