Satu jam kurang lebih sudah berlalu. Calvin maupun Naura, rasanya keduanya mulai merasakan penat akibat berjalan sambil mendorong troli ke sana ke mari untuk mencari bahan makanan dan kebutuhan rumah tangga lainnya.
Kini, keduanya tengah mengantre di antrean paling terakhir. Bisa dibilang super market saat ini tengah ramai. Mau tidak mau mereka harus menunggu cukup lama.
"Haus gak?" Calvin bertanya penuh perhatian. Dirinya cukup peka melihat istrinya yang berdeham beberapa kali di sampingnya.
Merasa terpanggil, Naura menengadahkan wajahnya menghadap Calvin. Seulas senyuman tipis diiringi kepalanya yang menggeleng pelan adalah jawaban dari pertanyaan Calvin.
"Bohong!" Calvin tiba-tiba menyeka keringat yang menetes dari kening Naura. Sontak aksi Calvin membuat Naura terkesiap untuk beberapa saat.
"Aku nyari minum dulu, ya. Kamu tunggu di sini." Saat Calvin hendak melenggang menjauh, Naura langsung mencegahnya dengan menarik ujung kemeja Calvin.
"Kenapa?" Calvin mengernyit bingung menatap raut wajah Naura yang sepertinya hendak mengatakan sesuatu.
Beberapa saat menunggu, Calvin kira Naura akan kembali mengetikkan sesuatu di ponselnya untuk berkomunikasi. Tetapi, Naura malah menggeleng-gelengkan kepalanya beberapa kali.
"Jadi? Gak mau?" Tanya Calvin. Jujur saja, adakalanya Calvin tidak paham dengan keterdiaman Naura yang hanya membalas perkataannya dengan anggukkan maupun gelengan kepala.
Mungkin jika menggunakan bahasa isyarat, Calvin akan memahami sedikit-sedikit. Tetapi, Naura bahkan tidak tahu apa itu bahasa isyarat. Calvin jadi semakin yakin jika Naura itu tidak benar-benar bisu.
Melihat raut wajah Calvin yang masih kebingungan, buru-buru Naura kembali mengeluarkan ponselnya. Lagi-lagi dia mengetikkan sesuatu di sana, yang kemudian Naura perlihatkan pada Calvin.
Gak usah, aku gak haus, kok. Aku cuman agak capek aja, tapi gak banyak. Dikit, banget! Serius! Nanti kalau udah selesai juga hilang, kok!
"Yakin?"
Anggukkan cepat dari Naura, dibalas helaan napas panjang oleh Calvin. "Ya udah. Kalau kamu capek, kamu tunggu aku di mobil aja, mau?"
Dengan cepat Naura kembali menggelengkan kepala sebagai jawaban. Lagi-lagi Calvin menghela napas panjang. "Ya udah, aku gak maksa. Antreannya juga udah lumayan. Tahan sebentar, ya!"
...****...
Setelah cukup lama mengantre di kasir super market, kini Calvin dan Naura mulai menenteng belanjaan mereka sampai ke parkiran, di mana mobil milik papanya Calvin terparkir di sana.
Naura yang membawa barang belanjaan paling sedikit sengaja berjalan lebih awal. Perempuan itu lalu bergegas mengitari mobil untuk membuka pintu bagasi. Dengan telaten dan hati-hati, Naura menaruh satu demi satu barang belanjaan mereka ke dalam sana.
"Biar aku aja." Ucapan Calvin terlontar saat kedua tangan Naura hendak mengambil alih barang belanjaan di tangannya.
Tanpa berniat untuk menolak, Naura hanya tersenyum tipis seraya sedikit menyingkir agar Calvin dapat dengan mudah menaruh sisa barang belanjaannya.
Ketika semuanya telah selesai ditaruh, Calvin sudah hendak menutup pintu bagasi, namun tepukan pelan dari Naura di punggungnya, memecah perhatian Calvin.
"Iya, Nau. Kenapa?"
Naura lagi-lagi memperlihatkan deretan teks yang dia ketik di ponselnya ke hadapan Calvin.
Aku mau ke toilet dulu sebentar. Pengin pipis.
"Mau aku anter?" Dengan cepat Naura menggelengkan kepala. Selang beberapa saat, Naura memberi isyarat pada Calvin bahwa dirinya akan langsung berlari ke toilet.
Calvin yang segera paham pun hanya bisa mengangguk pasrah sambil mempersilakan Naura.
Sepeninggalan Naura ke toilet, Calvin melanjutkan kegiatannya yang belum sempat menutup pintu bagasi. Tak berlangsung lama, kini Calvin mulai menyeret kedua kakinya untuk masuk ke dalam mobil.
Ketika Calvin baru saja membuka pintu, suara langkah cepat dari arah lain sanggup kembali menghentikan kegiatannya. Seulas senyuman tipis kemudian tercetak di wajah Calvin. Refleks tubuhnya langsung berbalik ke belakang.
"Cepet banget?"
Senyuman tipis yang baru berlangsung beberapa saat itu diharuskan luntur, saat seseorang yang Calvin kira adalah Naura yang telah kembali dari toilet, nyatanya adalah orang lain.
Tak hanya senyuman Calvin saja yang memudar. Raut wajahnya bahkan berubah masam, dengan alis yang berkerut dalam. Bahkan, kedua tangannya tanpa sadar mulai terkepal kuat.
"Hai, Cal! Gimana kabar kamu selama ini? A-aku kangen banget sama kamu!"
Calvin refleks berdecih pelan saat mendengar kalimat memuakkan tersebut keluar dari mulut seorang perempuan yang dahulu begitu dia cintai. Evelyn.
Sayang. Cinta yang Calvin pertahankan, nyatanya mengkhianatinya. Dengan tega Evelyn berselingkuh bersama salah satu sahabat Calvin sekitar tiga bulan yang lalu.
Belum lama memang, tetapi Calvin telah berhasil mengubur perasaan cintanya, hingga yang tersisa sekarang bukan lagi perasaan cinta teruntuk perempuan itu. Melainkan perasaan benci.
"Ngapain nyamperin gue? Mana cowok lo?"
Evelyn sontak berjalan menghampiri Calvin dengan tampang menyedihkan. Tampak kedua bola matanya mulai berkaca-kaca, namun hal itu tak lantas membuat Calvin iba.
"Lo? Kok, kamu jadi kasar sama aku, Cal? Dulu kamu gak gitu, lho!"
"Iya, lo dulu juga bukan cewek gatel setahu gue."
Hening. Seakan tertampar oleh kenyataan, tak ada lagi suara sahut menyahut dari mulut Evelyn.
Ketika Calvin hendak melanjutkan langkahnya memasuki mobil, tiba-tiba saja Evelyn melompat ke pelukannya. Seolah tidak lagi memiliki urat malu, perempuan itu memeluk Calvin begitu erat dengan sesekali akan terisak seperti seseorang yang paling terluka.
"Lepas, Evelyn!" Kecam Calvin, masih berusaha untuk menahan diri dari amarah yang bergejolak di dadanya.
"Nggak! Aku mau minta maaf sama kamu, Cal! Dengerin aku, please!"
"Gak ada yang perlu kita omongin. Gue juga udah gak peduli soal permintaan maaf lo!" Masih dalam keadaan mencoba untuk tetap tenang, Calvin kembali berucap tegas seraya mencoba mendorong tubuh Evelyn yang semakin melekat pada tubuhnya.
"Tapi-"
Calvin merasakan jantungnya berhenti berdetak, saat sepasang bola matanya tidak sengaja melirik ke arah seseorang yang tengah berdiri cukup jauh dari posisinya.
Dengan kasar, Calvin langsung mendorong tubuh Evelyn hingga dibuat mundur beberapa langkah, sampai mengakibatkan perempuan itu menggantungkan kalimatnya.
Tanpa berniat memedulikan Evelyn yang dibuat syok, Calvin lantas berlari ke arah Naura yang entah dari sejak kapan terus berdiri memaku di sana.
"Ini gak seperti yang kamu lihat, Nau! Aku-" Calvin menjeda ucapannya saat jari telunjuk Naura menempel di permukaan bibirnya.
Perempuan itu tidak bereaksi berlebihan, sungguh! Dia malah tersenyum simpul dan menggenggam tangan Calvin yang baru disadari tengah bergetar hebat.
Perlahan, Calvin menarik napasnya dalam-dalam, seraya balas menggenggam tangan Naura. "Nanti aku jelasin di jalan, ya." Ucap Calvin, kemudian menarik pelan tangan Naura, dan membawanya tepat ke hadapan Evelyn yang masih belum juga beranjak dari tempatnya.
Diam-diam Evelyn terkekeh miris melihat kedekatan serta perubahan ekspresi Calvin yang terlihat begitu khawatir jika perempuan di sampingnya itu akan salah paham.
Siapa sih, dia?
"Denger ini baik-baik. Gue udah nikah! Dan ini istri gue! Gue mohon sama lo sebesar-besarnya. Tolong jangan ganggu hidup gue! Lupain gue, karena bagaimanapun hubungan kita selesai juga karena lo yang memilih khianatin gue! Ngerti?"
"A-apa? Nikah? Istri? Cal, kamu kalau mau manas-manasin aku, kamu gak perlu sampai berbuat sejauh itu! Dia paling juga orang asing yang kebetulan lewat. Iya 'kan?"
Demi apa pun, Evelyn merasakan hatinya hancur saat mendengar deretan kalimat yang terucap dari mulut Calvin. Sebisa mungkin ia berpikir positif, jikalau apa yang diucapkan Calvin barusan, tak lebih semata-mata hanya demi membuat Evelyn cemburu.
Sayang. Ucapan Calvin selanjutnya, membuat Evelyn benar-benar serasa hancur sejadi-jadinya.
"Gue gak peduli lo percaya atau enggak, yang jelas, dia adalah istri gue!"
...****...
Sedari pukul sembilan malam mencoba untuk memejamkan mata, nyatanya hingga detik ini, Calvin masih belum bisa terlelap ke dalam mimpi. Lagi-lagi kepalanya menoleh ke arah jam dinding yang berada di kamarnya. Pukul sebelas malam tepat, tertera gamblang di sana.
"Ck! Kok, gue gak bisa tidur, sih?" Terlanjur kesal, Calvin memutuskan bangkit dari atas tempat tidurnya yang tergelar di lantai.
Sesaat ketika berdiri, perhatian Calvin langsung terfokus pada raut wajah tenang Naura yang tertidur pulas. Seolah tidak ada beban dalam pikirannya, padahal beberapa jam yang lalu, perempuan itu nyaris salah paham akibat seseorang dari masa lalu Calvin yang dengan tiba-tiba memeluk tubuhnya.
"Naura, Naura! Nggak cemburu apa, lihat suami sendiri dipeluk cewek lain? Marah dikit, kek. Apa, kek. Lempeng-lempeng aja perasaan."
Entah ada angin lalu apa, tiba-tiba Calvin ikut naik ke atas tempat tidur sebelah Naura yang masih kosong. Dengan hati-hati, Calvin menarik selimut Naura dan ikut masuk ke dalamnya. Dengan posisi tidur menyamping menghadap Naura yang juga dalam posisi tidur menyamping menghadapnya, diam-diam Calvin memerhatikan setiap inci wajah Naura. Sedikit pun perempuan itu tidak merasa terganggu, padahal Calvin terus menerus bergerak di sampingnya.
"Naura!" Panggil Calvin, pelan. Sayangnya, sang pemilik nama telah benar-benar terlelap dalam tidurnya. Refleks Calvin berdecak kesal entah karena alasan apa.
"Demi apa, gue keinget lagi kejadkan malem itu, Nau! Aarghh! Sial! Mana lo cantik banget lagi!" Calvin menggerutu tidak jelas di tempatnya. Namun, seberapa sering pun Calvin berbicara, Naura tetap dalam posisi dan keadaannya.
"Naura!" Lagi. Calvin menyahuti Naura, namun kali ini jemari telunjuknya ikut andil untuk mencolek pelan pipi istrinya.
"Aku mau tidur tidur di sini, ya? Di bawah gak enak, punggung aku sakit. Besok pagi jangan kaget kalau lihat aku pindah ke sini. Ya?" Setelah cukup puas berbicara sendiri, Calvin lantas mendekatkan posisi tidurnya, seraya melingkarkan lengannya pada pinggang ramping Naura.
Terdengar bunyi erangan halus dari Naura, yang sempat membuat Calvin terkejut bukan main.
"Kirain bangun." Gumam Calvin, saat mengecek raut wajah Naura yang ternyata masih terlelap. Tanpa berniat menunggu lebih lama lagi, Calvin ikut memejamkan matanya di samping Naura. Tak lupa dengan lengannya yang dengan berani memeluk pinggang Naura.
"Good night, Naura!"
^^^To be continued...^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Anya
gue kira calvin tipikal cwok2 cool. ternyata sma aja kek kebanyakn cwok wkwk
otaknya ngeres hahaa🤣
2023-04-27
0
Anya
nahh, good! gua ska yg bgini nih
2023-04-27
0
Anya
apaan si teronggggg
2023-04-27
0