Kondisi ibunya sudah stabil, dan sudah boleh keluar dari rumah sakit. Pagi-pagi sekali saat fajar baru saja muncul, Nandini sudah mengemasi semuanya. Nandini menatap ibunya dengan lama hingga ibunya terbangun.
"Bu, ayo kita pergi dari sini. Kita pulang ke desa saja," kata Nandini mengajak ibunya pergi dari rumah sakit langsung pulang ke desa.
Tentu saja ibunya kaget. Bukankah beberapa waktu lalu Nandini mengatakan akan menikah. Jika pulang ke desa, apakah artinya dia tidak jadi menikah?
"Tapi, bukankah kemarin lalu kau bilang akan menikah nak," kata Ibunya seraya bangun. Sekarang sudah bisa berjalan seperti sebelumnya, dan tidak membutuhkan kursi roda. Kesehatan nya pulih begitu cepat saat mengetahui Nandini akan segera menikah. Energi positif serta harapan melihat pernikahan itu membuat nya begitu cepat pulih.
"Maaf Bu, sepertinya pernikahan nya ditunda jadi ayo Bu sekarang kita harus segera pergi dari sini," kata Nandini memapah ibunya.
"Ibu bisa jalan sendiri nak. Ibu sudah sehat. Tapi...kenapa di tunda? Apakah karena ibu?"
"Bukan Bu. Bukan karena ibu. Tapi karena aku ingin menundanya beberapa saat lagi. Ayo Bu, kita tidak punya banyak waktu!" Nandini terlihat sangat cemas hari ini.
Hari ini harusnya dia menikah dan datang ke hotel jam 10 pagi. Namun, dia ingin menghindari pernikahan itu dan mengajak ibunya melarikan diri dari kota Jakarta.
Mereka sudah sampai di depan gerbang rumah sakit. Saat akan menyetop taksi, tiba-tiba seseorang berteriak dari jarak yang dekat. Sebuah mobil akan masuk ke rumah sakit untuk menjemputnya.
"Hei! Berhenti! Kalian mau kemana?" teriak salah seorang pria yang di tugaskan menjemput pengantin wanitanya.
"Bu...ayo kita harus lari lebih cepat. Jangan sampai mereka menyusul kita," Nandini tidak jadi menyetop taksi malah mengajak ibunya berlari.
"Tapi kenapa? Kenapa harus lari?" Ibunya heran dengan sikap aneh Nandini saat ini. Diapun memilih untuk berhenti dan menatap wajah putrinya itu dengan tajam.
"Kenapa lari dari mereka? Siapa mereka?"
"Aku tidak jadi menikah Bu. Jadi kita harus kabur," kata Nandini akhirnya jujur jika dia akan kabur di hari pernikahannya.
"Nandini! Tunggu!" Nandini malah akan berlari sendiri dengan gerakan kebingungan. Ibunya tentu saja memanggilnya melihat anaknya seperti itu.
"Jangan pergi! Bos akan membunuh kami jika tidak bisa membawamu di pernikahan itu,"Tiba-tiba dua orang sudah memegang tangan Nandini. Mereka berhasil menangkapnya. Ibunya hanya terpana melihat semua kejadian aneh ini.
"Nandini. Sebenarnya ada apa?" Ibunya bahkan sampai di buat bingung karena Nandini berurusan dengan beberapa pria berbadan kekar.
"Bu, aku tidak bisa menjelaskannya," Nandini tertunduk sembari berusaha melepaskan diri dari cengkeraman dua pria itu.
"Mari nyonya, silahkan masuk kedalam mobil," salah satu berbicara sopan pada ibunya Nandini.
"Siapa kalian?" Ibunya bertanya dan ingin tahu apa yang terjadi sebenarnya.
"Kami dari pengawal pengantin pria. Dan kami akan membawa nona Nandini pada pernikahan nya..."
Salah satu dari mereka menarik Nandini masuk ke dalam mobil. Akhirnya ibunya juga masuk ke dalam mobil mewah itu.
.....
Mereka sampai di hotel. Nandini segera di bawa ke ruang ganti dan di rias dengan cepat oleh lima orang perias handal. Waktunya tinggal sedikit lagi, sehingga mereka bekerja dengan cepat untuk membuat pengantin wanita terlihat sempurna hari ini.
Siapa wanita ini? Sepertinya aku mengenali bau parfumnya? Batin Viktor yang tidak di beri tahu oleh Virlie karena semua sengaja dia rahasiakan.
Viktor sudah memaksanya untuk bertemu sekali dengan gadis itu, tapi Virlie tetap tidak mau memberitahunya.
Nandini berdiri disamping Viktor dengan wajah yang tertutup veil. Dengan wajah tertunduk dia berdiri disampingnya hingga ketika dia menghadap ke arah Viktor, betapa dia sangat terkejut saat mengangkat kepalanya dan mengenali pria di hadapannya ini.
"Kau!?" Viktor dan Nandini saling kaget hingga membelalakkan matanya.
"Jadi kau? Haha....kau adalah gadis yang bersedia menikah denganku? Bagus!" ucap Viktor saat wanita yang tengah dia cari justru telah berdiri di hadapannya.
"Jadi kau pengantin prianya? Aku menikah denganmu?" Nandini masih kaget dan shock dengan mata membelalak.
"Akhirnya kelinci ini masuk kedalam sarangku!" kata Viktor tertawa menyeringai.
Tapi, bukankah dia cacat. Kenapa sekarang bisa berdiri saat di pernikahan? Batin Nandini. Berulang kali mereka bertemu dan pria ini duduk diatas kursi roda.
"Saatnya mengucapkan janji pernikahan,"
Merekapun mengucapkan janji pernikahan dan kini resmi menjadi suami istri.
"Selamat atas pernikahan kalian!" Para tamu mengucapkan selamat atas pernikahan nya.
"Kena kau sekarang! Mau lari kemana lagi? Istriku?" Ucap Viktor menoleh pada Nandini yang kaku disampingnya.
Nandini terdiam seribu bahasa.
"Hahahaha. Tidak bisa kabur lagi? Kasihan...."
"Ini tidak mungkin," Gumam Nandini masih.
Flash back.
"Pernikahan ini bisa kau anggap kontrak saja. Aku sudah membayar gadis itu," kata Virlie semalam.
"Biarkan aku bertemu sekali saja," pinta Viktor.
"Tidak bisa. Dia cantik dan Oke. Itu sudah cukup bukan?" kata Virlie.
"Meskipun begitu, dia akan setiap hari aku lihat di rumahku. Biarkan aku melihat wajahnya sekali saja," Viktor benar-benar ingin tahu siapa wanita yang akan menggantikan Virlie.
"Kau tetap tidak bisa melihatnya. Kau bisa ceraikan dia kapanpun kau ingin berpisah dengannya, jadi tugasku sudah selesai," Virlie akan berbalik namun tiba-tiba Viktor memanggilnya.
"Tunggu!"
"Kenapa kau tiba-tiba berubah? Karena kakiku ini bukan?" Viktor menatap tajam gadis yang mengundurkan diri dari pernikahan buang sudah di depan mata.
Tertunduk dan terdiam tanpa bisa berkata-kata, hanya itu yang di lakukan Virlie ketika Viktor tahu alasannya.
"Sudah aku katakan jika aku mencintai pria lain dalam dua bulan ini. Karena itu, aku tidak bisa menepati janjiku padamu," tetap saja Virlie tidak bisa mengatakan yang sebenarnya.
"Siapa pria itu?" Viktor ingin tahu, karena dia yakin jika Virlie hanya beralasan saja.
"Maafkan aku. Aku tidak bisa mengatakannya," Virlie melangkah menjauhinya. Beberapa langkah dari tempat Viktor duduk di kursi roda.
"Jangan sampai kau menyesali yang kau putuskan hari ini," kata Viktor namun Virlie tidak menoleh lagi meskipun dia mendengarnya.
Tidak akan pernah, batin Verlie dan tetap melangkah menjauh dari Viktor.
Sudahlah. Tidak ada gunanya memaksa orang yang sudah tidak mencintai untuk tetap ada disisi kita, kata Viktor lirih sambil tertunduk menatap lantai.
Sudah jelas jika cintanya setipis kulit ari. Cinta seperti itu tidak akan bertahan lama. Karena aku lumpuh, haluan cintanya langsung berubah. Tidak disangka persahabatan kita kau hianati semudah ini, sesal Viktor dan melihat punggung Virlie yang sudah tidak terlihat lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments