Bab 4 Kena kau!

Nandini duduk disamping ibunya dan bersyukur karena operasi nya berjalan lancar. Salah satu tangannya menggenggam jemari ibunya dan menatapnya dengan lembut. Dalam hati berbisik, apa yang telah dia lakukan adalah hal yang paling ekstrim dalam hidupnya.

Meminjam uang dengan jumlah yang belum pernah dia lihat seumur hidupnya. Dan juga kepada orang yang baru dia temui beberapa hari. Lalu dalam hati mulai gelisah saat terbesit syarat apa yang akan di minta oleh si pemberi pinjaman.

"Bu, aku keluar sebentar," kata Nandini saat tiba-tiba hatinya menjadi cemas dan khawatir entah karena apa.

Nandini keluar dari ruang perawatan ibunya. Pintu dia tutup perlahan lalu berjalan ke taman berniat mencari udara segar. Berharap dengan menghirup udara segar di bawah pohon yang rindang akan membuat hatinya lebih tenang.

Sampai dia di bawah pohon kersen. Melihat ke atas dan buah itu banyak sekali yang sudah menguning, siap untuk dimakan. Tiba-tiba hanya melihat buah yang sudah matang saja membuat senyuman kecilnya tersungging tanpa sengaja. Salah satu tangannya mulai tertarik untuk memetik beberapa buah itu yang membuatnya teringat akan kampung halamannya.

Memetik buah ini, lalu memakannya, membuatku merindukan kampung halaman dan ingin segera meninggalkan kota ini, batin Nandini.

Saat dia baru makan beberapa buah kersen dan masih tersisa dua lagi, tiba-tiba tangannya di cengkeraman orang dengan kuat hingga sisa buah itu terlempar ke tanah.

Saat Nandini menoleh karena merasa terancam, dia kaget luar biasa. Pria yang duduk di kursi roda tengah menatapnya tajam, tersenyum menyeringai dan salah satu tangannya memegang erat pergelangan tangan Nandini.

"Kena kau sekarang!" ucapnya tersenyum penuh kemenangan karena berhasil menangkap gadis yang sudah menjadi penyebab dia kecelakaan.

"Lepaskan!" Nandini berusaha menarik tangannya namun cengkeraman pria itu sangat kuat kendati dia tidak bisa berdiri.

"Kau tidak bisa lari lagi! Ayo ikut aku ke kantor polisi!" Pria itu sepertinya tidak main-main kali ini. Ancamannya membuat Nandini ketakutan setengah mati.

"Tidak mau!" Nandini menarik kembali tangannya dengan sekuat tenaga. Tapi masih kalah oleh tenaga pria lumpuh ini.

"Ikut sekarang!" Hardik pria itu benar-benar serius.

Duaagh! Tiba-tiba saja karena tidak punya jalan lain, terpaksa Nandini menyakiti pria lumpuh ini dengan menendang lututnya.

"Aooo!" Karena lututnya kesakitan, tanpa sadar dia melepaskan tangan Nandini dan memegang lututnya sendiri.

"Maaf! Tapi saya tidak bisa ikut denganmu!" Ucap Nandini setelah tangannya terlepas dan dia hendak berlari dari pria yang masih memegang lututnya dengan wajah meringis kesakitan.

"Woi! Jangan lari!" Teriak Pria itu ketika Nandini berlari menjauh dari dirinya dan dia tidak bisa mengejarnya.

"Gadis konyol! Cepat kembali! Atau tidak akan aku ampuni kau jika tertangkap nanti!" Karena tidak bisa mengejar kecepatan larinya. Pria itu hanya mengandalkan teriakannya saja.

Nandini terus berlari. Meskipun dia dengar ancaman itu tapi dia tidak menoleh sekalipun. Dia tidak ingin tertangkap oleh pria yang akan memasukkan nya ke dalam penjara. Sekarang dia akan lebih hati-hati lagi dan waspada.

"Ohh. Bagaimana aku bisa terus menerus bertemu dengannya!?" Gerutu Nandini setelah berhasil menjauh dari taman.

"Bos, kau tidak apa-apa?" Tiba-tiba pengawal pribadinya datang dan terheran-heran saat melihat wajah bosnya yang meringis kesakitan sambil memegangi lututnya.

"Aooo. Kakiku sakit sekali. Gadis kurang ajar itu menendang lututku. Benar-benar tidak akan aku ampuni dia jika bertemu lagi," Rupanya Bosnya sangat kesal karena gadis itu berani menendang nya lalu kabur.

"Biar saya lihat Bos!" Pengawal itu menjadi khawatir melihat Bosnya kesakitan entah karena apa.

"Tidak usah. Kau ini darimana saja. Jika kau ada disini tadi, dia tidak akan bisa lari dariku," Pada akhirnya Bosnya menyalahkan Tomi. Karena jika ada dia maka gadis itu tidak akan kabur lagi.

"Maaf Bos. Saya mendadak ke kamar kecil tadi," Pengawalnya memberi alasan melihat kilat kemarahan di wajah bosnya.

"Kenapa tidak kau tahan saja. Merepotkan!" Jawaban yang gusar dari Bosnya membuat kedua bahu Tomi terangkat dengan heran. Masa sudah kebelet di suruh menahan, mana bisa? Yang ada dia bisa terkencang di celana. Ngga akan lucu bukan kalau masih mengompol seperti anak kecil?

.....

"Aku harus kembali ke rumah sakit." Kata Nandini setelah merasa aman dari kejaran pria yang tidak dia kenal tapi terus menjadi ancaman bagi ketenangan nya.

"Tapi...apakah pria itu sudah pergi dari sana? Kenapa dia harus sering mondar-mandir di rumah sakit ini?"

Nandini nampak duduk termenung di bawah pohon belimbing di taman rumah sakit sambil celingukan kesana kemari.

Aku harus segera pergi dari sini. Jika bertemu lagi dengan pria itu, dia tidak akan mengampuniku, kata Nandini dalam kegusarannya.

....

Setelah di timbang-timbang dia tidak bisa memenuhi syarat dari CEO nya. Dan ingin menawarkan opsi lain.

"Aku tidak bisa memenuhi permintaan mu. Pernikahan bukanlah permainan atau kesepakatan seperti sebuah bisnis," kata Nandini di kantor CEO.

"Kau sudah setuju untuk memenuhi apapun syarat dariku. Jadi aku tidak ingin mendengar alasan apapun darimu," CEO yang sudah akan terbebas dari calon pengantin nya tidak bisa melepaskan Nandini dari syarat ini.

"Aku akan bekerja dengan keras sampai hutangku lunas. Tapi jangan meminta ku untuk menikahi pria yang tidak aku kenal," Opsi dari Nandini jika hanya untuk pelunasan hutang saja. Tanpa menggadaikan hidupnya pada pria asing.

"Tidak bisa di undur lagi. Besok kau harus datang tepat jam 10," CEO tidak akan berubah pikiran kali ini.

"Aku tidak akan datang," kata Nandini menatap sayu.

"Kau pasti datang," CEO tetap yakin. Apapun yang akan Nandini lakukan, dia akan memastikan jika dia datang sebagai pengantin pengganti.

Nandini keluar dengan pikiran kusut dan hati yang gelisah tidak karuan. Jika tidak ada opsi lain yang bisa dia pilih, haruskah dia lari dari kota ini?

Aku pasti akan membayar hutangnya? Aku akan bekerja keras. Tapi kenapa syarat darinya sangatlah tidak masuk akal? Tiba-tiba menikah, dan itupun karena untuk membayar hutang. Syarat macam apa yang seperti itu?

Nandini akhirnya menemui ibunya lagi kerumah sakit. Sebagai seorang ibu dia bisa melihat jika anaknya sedang dalam tekanan yang sangat besar.

"Nak, ada apa?"

Nandini mendongak menatap ibunya. Haruskah dia ceritakan perjanjian konyolnya demi menyelamatkan nyawa sang ibu?

"Ah, tidak apa-apa Bu. Ini hanya masalah kantor saja," kata Nandini menutupi kebenaran sesungguhnya.

Tidak mungkin akan dia ceritakan pada ibunya, jika ibunya tahu dia bisa shock. Apalagi dia baru saja menjalani operasi jantung. Lebih baik tetap di rahasiakan saja, batin Nandini.

Tidak ada cara lain, terpaksa aku pilih jalan untuk kabur dari kota ini, batin Nandini.

Terpopuler

Comments

Ridwan Sagai

Ridwan Sagai

semoga ceritanya bagus dan tak bertele2..👍👍👍

2023-05-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!