Bab 2 Pura-pura tidak kenal

Di kantor Nest Food Nandini duduk di ruang kerjanya, matanya menatap layar monitor dengan sesekali menatap berkas di depannya.

"Done! Akhirnya selesai juga, uhh!" Nandini menggeliat merentangkan tangannya yang terasa kaku.

"Aku akan menyerahkan pada CEO sekarang juga," ucapnya sembari mengeluarkan kertas dari mesin printer.

Nandini segera merapikan semua kertas bersama berkas yang sudah dia kerjakan. Sekarang dia akan menemui CEO Virlie.

Diapun keluar dari kantornya, namun saat akan melangkah, tiba-tiba saja dia melihat pria yang dia temui di rumah sakit. Nandini dengan cepat memalingkan wajahnya.

"Ya ampun! Dia lagi! Bagaimana dia bisa ada di kantor ini. Memangnya apa yang dia lakukan disini?" Tanya Nandini bermonolog.

Ketika dia akan melangkah kembali, pria itu ternyata sudah tidak ada ditempat semula.

"Kemana perginya?" Tiba-tiba dari arah lainnya, Pria itu sudah ada di belakang Nandini dengan kursi rodanya, hingga membuat Nandini terkejut dan hampir saja mati karena jantungnya seakan berhenti berdetak.

"Kita bertemu lagi,"

Kata Pria itu mengagetkannya sambil memegang tangan Nandini agar dia tidak bisa lari lagi darinya.

"Eh, si-siapa anda?" Nandini pura-pura tidak mengenalnya.

"Jangan berpura-pura dan jangan lari lagi. Wajahmu tidak bisa berbohong dengan baik. Lihat, betapa pucatnya wajahmu itu,"

"Maaf Pak. Tapi saya tidak mengenal anda. Anda pasti salah orang," kata Nandini berusaha melepaskan tangannya dari cengkeraman pria itu.

"Kita akan ke kantor polisi dan melaporkan perbuatan mu yang tidak terpuji. Kau telah membuat orang lain kecelakaan lalu melarikan diri," kata Viktor masih memegang pergelangan tangan Nandini.

Mendengar kata polisi membuatnya ketakutan, Nandini dengan cepat melepaskan pegangan pria itu lalu setengah berlari menjauhinya. Dia tidak peduli Viktor tidak bisa mengejarnya karena duduk diatas kursi roda.

Hah hah hah!

Nafas Nandini terengah-engah namun saat menoleh dia tidak melihat pria itu lagi. Dalam hati dia sangat senang karena bisa kabur darinya.

"Apa katanya tadi? Polisi? Aku tidak mau di penjara. Aku bahkan belum menikah, tapi dia mengancamku akan memasukkan aku kedalam penjara? Aku tidak boleh bertemu dengan dia lagi!"

Nandini bermonolog didepan kantor CEO. Setelah menetralkan detak jantungnya yang tadi ngos-ngosan, kini dia mengetuk pintu dengan pelan. Nandini lalu menyerahkan berkas yang sudah dia selesaikan dengan sangat baik.

Sementara CEO nampak kesal karena kehilangan jejak Nandini.

"Gadis itu! Aku pasti akan membuatmu membayar semua ini!" Ucapnya dengan geram.

Tomi, pengawal pribadinya berlari mendekati Bosnya yang tadi tiba-tiba menghilang saat jalan bersama.

"Bos! Aku mencari-cari dan khawatir karena tiba-tiba Bos tidak ada disampingku," kata pengawal pribadinya. Terlihat jelas dari wajahnya jika dia memang benar-benar cemas.

"Aku melihat gadis itu lagi. Aku berhasil menangkapnya. Tapi dia kabur lagi," sahut Viktor menyesalkan karena gadis itu bisa melepaskan diri dari genggamannya.

"Maksud bos, gadis yang sama seperti yang di rumah sakit itu?"

"Iya. dia orangnya. Sayangnya dia berhasil melarikan diri,"

"Hh, Bos yakin dia orangnya?" Tanya Tomi yang hatinya ragu jika gadis itu yang sudah membuat bosnya kecelakaan.

"Tentu saja. Jika aku salah maka dia tidak perlu takut bertemu denganku bukan?"

Eh iya. Benar juga ya yang bosnya katakan. Tapi, entahlah. Karena aku juga tidak menjadi saksi saat kecelakaan itu terjadi. Jadi aku tidak bisa berasumsi seyakin si Bos, gumam Tomi.

.

Pulang kerja, Nandini langsung kerumah sakit. Dokter yang merawat ibunya mengatakan jika ibunya harus segera di operasi. Hal itu membuat Nandini sangat sedih dan merasa tersudut.

"Aku baru saja bekerja. CEO juga bukanlah orang yang ramah pada karyawannya. Bagaimana mungkin aku mengajukan pinjaman seratus juta lebih untuk membiayai operasi ibu?" Kata Nandini yang duduk di belakang tukang ojek yang membawanya ke rumah sakit.

Sampai dirumah sakit, Nandini langsung ke ruangan ibunya. Nampak wajah ibunya semakin pucat dan badanya yang memang sudah kurus bertambah kurus saja. Tak tahan rasanya dia melihat kondisi ibunya saat ini.

"Bu...." Sapa Nandini sembari mengusap airmatanya kala ibunya perlahan membuka matanya seakan menyadari kehadirannya.

"Dini.." sebut ibunya lirih.

"Bu.... bagaimana keadaanmu? Dokter mengatakan kau tiba-tiba harus di operasi? Aku sangat takut dan cemas,"

"Din, jangan pikirkan ibu nak. Kau sudah berupaya begitu banyak demi ibu. Sekarang pikirkanlah untuk dirimu sendiri. Andaikan Tuhan memberikan umur panjang, ibu ingin melihat kau menikah sebelum ibu pergi,"

"Jangan berkata begitu Bu. Kau akan baik-baik saja. Kau akan segera di operasi,"

Nandini sekarang akan mengumpulkan semua keberanian nya untuk meminjam uang pada CEO. Dia tidak peduli jika akan di maki atau di caci olehnya. Baginya yang terpenting bisa menyelamatkan nyawa ibunya. Keluarga yang dia miliki satu-satunya di dunia ini.

Lama Nandini duduk disamping ibunya. Dia memilih untuk berdiam disini setelah pulang kerja, karena hanya dia yang bisa menemani ibunya. Tidak ada siapapun selain dirinya. Dia tak punya kakak atau adik. Tidak ada keluarga yang bisa dia mintai tolong di kota besar ini.

Esok harinya,

"Dok, saya akan segera membawa uangnya. Ibu bisa dioperasi kan dok dan akan sembuh?" Pertanyaan konyol ini terpaksa dia ucapkan. Dia ingin memastikan jika setelah di operasi ibunya akan baik-baik saja.

"Kami akan berupaya semaksimal mungkin, banyak-banyak lah berdoa," kata Dokter berlalu setelah menepuk salah satu bahuku.

Tenang Bu, aku pasti akan datang dengan membawa uang untuk biaya operasi mu.

Nandini tergesa-gesa ke kantor. Dia tidak langsung ke ruangannya tap menuju ruangan CEO. Segenap rasa sudah dia persiapkan untuk meminta bantuan darinya, meskipun dia sendiri tidak yakin. Pegawai baru yang baru bekerja beberapa hari sudah mengajukan pinjaman ratusan juta. Kemungkinan untuk di berikan memang sangat kecil. Tapi apa salahnya mencoba? Hanya CEO satu-satunya harapannya kini.

"Pak, apakah CEO sudah ada di ruangannya?" Tanya Nandini pada salah satu sekretaris didepan ruangan CEO.

"Belum mbak. Jika ada pesan silahkan di tulis di memo," jawab pria itu lalu memalingkan wajahnya pada berkas di hadapannya lagi.

"Jam berapa datangnya ya pak?"

Pria itu nampak terganggu dengan pertanyaan Nandini. Dia menatapnya kaku dan datar.

"Tidak ada yang tahu. Termasuk saya," jawabnya acuh dan kembali menatap berkas itu lagi.

Seakan Nandini benar-benar mengganggu pekerjaan pria ini hingga Nandini memilih untuk tidak bertanya lagi.

Tidak lama kemudian, CEO datang dari jauh dengan kacamata hitamnya dan pakaian yang super modis. Dia benar-benar anggun di mata semua orang.

Melihat CEO semakin dekat, Nandini semakin berdebar.

Ketika CEO masuk, Nandini langsung mengikutinya di belakangnya dan mengetuk pintunya meski jantungnya berdebar sangat cepat.

Terpopuler

Comments

Juragan Jengqol

Juragan Jengqol

semangat, dini 💪🏻💪🏻💪🏻

2023-12-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!