CHAPTER 2 - Desa yang sepi

Xhuez dan Vlod melangkah menginjak setiap tanah di tengah malam yang sangat dingin, menyusuri desa yang hening. Udara malam membeku, menciptakan keheningan yang hanya dipecahkan oleh langkah-langkah mereka yang pelan. Cahaya bulan purnama menyinari desa, menyoroti jalanan yang sepi.

Jalan yang tidak di aspal, menunjukkan bahwa di desa ini tidak menggunakan alat transportasi seperti mobil ataupun motor. Besar kemungkinan bahwa mereka masih menggunakan kuda atau semacamnya.

“Cuacanya seperti menusuk setiap kulitku,” ucap Vlod dengan tenang.

“Kau bicara seperti itu, tapi wajahmu tidak terlihat kedinginan sama sekali!”

“Terkadang perkataan tidak sesuai dengan perasaan.”

“Kau ini sedang membahas apa sih?!”

Angin sepoi-sepoi yang seperti membawa cuaca ekstrim itu terus menyerang kulit mereka. Meskipun kaki mereka dilindungi oleh celana yang panjang, tetapi kedua lengan mereka harus menerima serangan angin tersebut.

“Paman. Lalu bagaimana dengan Dewa yang ingin kita incar?”

“Awalnya aku berpikir akan mengincar Dewa yang disembah oleh negara ini. Tapi di desa ini saja kita tidak melihat kuil satu pun.”

“Sepertinya kita harus menunggu sampai besok, ya?”

Mereka semakin jauh dalam menyusuri desa, hingga masuk ke area malam, di mana banyak toko yang masih buka. Saat melihat tempat tersebut, seolah-olah rasa dingin tersebut dilawan dengan rasa bahagia yang terlalu besar.

Salah satu tempat yang membuat mereka tertarik dan masih buka adalah bar minuman yang bertuliskan “BAR 10” di papan atas tokonya. Tempat tersebut terbuka, dan ada beberapa pelanggan yang duduk di luar. Mereka saling tertawa membicarakan sesuatu, dan meminum minuman yang sepertinya adalah alkohol. Tanpa pikir panjang, Xhuez dan Vlod pun menuju kesana.

••••

Di sisi lain, Zion sedang duduk di atap rumah dengan keheningan. Ia menatap bintang dengan banyak makanan disisinya. Ia juga berada di atap yang berbeda dengan sebelumnya, karena ia takut pemilik rumah yang makanannya ia curi terbangun.

Satu satunya semut peliharaan Zion yang ada disana adalah Antz. Antz makan makanan kesukaannya; donat rasa coklat. Satu gigitan besar pun tidak membuat donat tersebut habis setengahnya, bahkan jauh lebih kecil dari seperempat. Setelah Antz sudah merasa sangat kenyang, ia mulai memanggil satu persatu anggotanya. Semut-semut keluar dari tubuh Antz, dengan jumlah puluhan, mereka menggulung donat tersebut.

Daging dingin yang Zion bawa sangat tidak memiliki daya tarik. Ia juga tidak ingin memakan makanan dingin seperti itu. Dengan membuat sihir hitamnya berbentuk persegi panjang, ia menumbuhkan api di atasnya, lalu membakar daging yang dingin itu.

Aroma matang dari daging tersebut menimbulkan aroma asap yang tersebar ke mana-mana. Aroma tersebut sampai ke hidung Relia yang hingga membuat matanya terbuka sedikit.

“Zi-on. Kau sedang apa?” tanyanya dengan mengantuk.

“Hmm?” Zion menengok. “Aku sedang menjagamu, kau lihat?”

“Aku mencium aroma yang enak.”

“Oh ya, aku sedang membakar daging. Kau mau?” tanya Zion menawari.

“Zion tolong! Aku ingin bergerak!”

“Sebentar, aku bakar ini dulu.”

“ZION!! Tolong! Aku ingin bergerak!”

“Tunggulah sebentar! Dasar tidak sabaran!” ucap Zion sambil membakar.

“ZIONN!!”

“Cihh!” Zion menghapus sihir kegelapan yang menyelimuti seluruh tubuh Relia. “Dasar cerewet.”

“Diam kau!!” Relia menembakkan sihir angin yang membuat Zion terjungkal.

Zion sangat kesal. Kemudian melakukan perintah kepada Antz. “LAKUKAN ANTZ!”

“AAAAAGGH!!!” Relia berteriak sangat kencang, dan membuat orang di beberapa rumah dekat sana terbangun.

Zion membungkus semua makanan dengan sihir kegelapan, dan juga mengikat Relia. Lalu ia pergi melompati atap ke atap dengan bantuan sihirnya untuk menjauh dari sana dengan membawa Relia dan makanannya terbang.

Relia menangis sepanjang perjalanan. Kemudian, Zion berhenti kembali setelah lumayan jauh dari atap sebelumnya.

Relia terus menangis, ia tidak menunjukkan wajahnya.

“Maafkan aku. Apa sakit?” tanya Zion dengan khawatir.

Zion melihat pergelangan tangan kanan Relia yang digigit oleh Antz, yang disana juga ada Antz yang sedang berdiri di dekat bekas gigitannya. Bekas gigitan yang mulai memerah dan terlihat bengkak.

“Berhentilah menangis, kumohon. Ini salah Antz, dia langsung naik ke tanganmu saat kamu menyerangku.”

Mendengar Zion mengatakan hal itu, wajah Antz langsung berpaling.

“Aghh!” Relia memegang Antz, lalu melemparkannya dengan keras.

“Aku dimaafkan?” tanya Zion.

“Jangan dekatkan lagi Antz denganku!”

“Iya. Tapi tolong jangan bilang ke paman!”

“Kamu juga yang memberi perintah Antz kan!!”

Zion tidak bisa mengelak lagi. “Iya iya. Maaf. Apa sakit?”

“Sangat sakit, Zion! Tanganku tidak bisa bergerak!”

“Kalau begitu, tunggu di sini. Kamu makan saja ini, aku pergi dulu!”

“Mau ke mana, Zion?! Jangan tinggalkan aku sendirian!”

Zion pergi mencari toko obat yang sudah buka. Ia ingin membeli obat, padahal tidak punya uang.

...BERSAMBUNG

...

Terpopuler

Comments

Ayano

Ayano

Ada hubungannya sama penggunaan Blackfloor

2023-05-26

1

Ayano

Ayano

Kekuatannya belum cukup menangkap tikus 😓

2023-05-26

0

Ayano

Ayano

No way
Flying horor ada juga di tempat kek gini 😱

2023-05-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!