Bab 5

"Besok juga boleh, karena Anita juga libur selama seminggu karena habis test semester. Jadi sekalian kita menjenguk Anette.'' jawab Sunarti yang mengingat hari libur Anita, dan bergitu rindunya pada putrinya yang ada di rumah sakit.

"Baiklah. sebaiknya kamu persiapkan semua bekal yang harus kalian bawa." ucap Suroso.

"Iya, kalau begitu aku kemas-kemas dulu mas." ucap Sunarti setelah menyelesaikan makannya.

Suroso menganggukkan kepalanya dan kemudian membantu istrinya mengumpulkan piring bekas mereka makan dan membawanya ke dapur.

Setelah itu suami Sunarti itu melangkahkan kaki ke ruang tamu, dimana putrinya Anita yang masih berusia lima tahun itu sedang melihat televisi sembari bermain boneka.

Sunarti mencuci piring dengan air mata yang sudah tidak dapat dua tahan lagi. Begitu banyak luka yang suamiku torehkan.

Esok harinya mereka jadi berangkat ke Jakarta, dengan naik bus yang menjadi langganan orang-orang yang akan ke Jakarta dengan melalui agen-agen resmi dari perusahaan bus tersebut.

Dan setelah sampai di Jakarta, Senin sorenya Sunarti bertemu dengan Cintya. Bagi Sunarti, Cintya memang cantik. Tampak anggun dan dewasa di 23 tahun usianya.

Apalagi Cintya berhijab. Dengan pakaiannya yang sedikit longgar tapi tetap terlihat modis. Riasannya pun natural. Dan itu semua  mampu membuat Sunarti yang seorang wanita juga terpesona kepadanya.

Refleks ia membandingkan tampilannya dengan tampilan Cintya. Jelas jauh berbeda. Sunarti yang lebih tua tentu saja akan kalah dengannya.

Apalagi karena keluarga kecil Sunarti yang hanya memiliki uang untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari, membuatnya tak mungkin untuk hanya sekadar memikirkan penampilannya.

Sunarti tak pernah tahu bagaimana wajah wanita di depannya itu. Dan hari ini adalah benar-benar pertama kali Sunarti melihat wajah Cintya, demikian pula sebaliknya.

Keduanya dipertemukan oleh Suroso di sebuah kafe yang menjadi langganan Cintya.

"Selamat siang, apakah anda saudari Cintya " sapa Sunarti yang menebak pada saat menghampiri tempat duduk Cintya.

"Selamat siang, Kak. Apakah Kakak ini adalah istri pertama mas Sura?" balas sekaligus tanya Cintya yang juga mencoba menebak wanita yang menyapanya itu.

Sura adalah nama panggilan Suroso, kalau berada di kota.

"Benar, jadi kamu benar Cintya?" tanya Sunarti yang meyakinkan kembali pendengaranya.

"Iya, Mbak," jawab Cintya sambil mengangkat wajahnya. Parasnya memang ayu, dengan bola mata cokelat terangnya.

"Ma'af apa mas Suroso langsung pergi?" tanya Sunarti, karena ia tidak melihat suaminya berada di sana.

"Iya, Mbak. Mau mengisi bahan bakar katanya." jawab Cintya.

"Ohh ... ehm, sudah berapa lama kalian kenal?" tanya Sunarti seraya memainkan jarinya diatas meja.

"Sudah tujuh bulan, sejak mas Sura bekerja dengan papaku." jawab Cintya dengan sedikit canggung

Kecanggungan jelas sekali terlihat dalam diri Cintya.

"Apa kamu siap menjadi istri kedua Mas Suroso?" tanya Sunarti yang menatap wajah Cintya dengan rasa penasaran.

"Tergantung kak Sunarti!" jawab Cintya yang membalas tatapan Sunarti.

"Tergantung saya? Jika saya menolak?" Sunarti yang balik bertanya.

Cintya terdiam tampak berpikir.

"Semua saya serahkan pada kak Sunarti dan mas Sura." ucap Cintya yang menatap Sunarti, dengan tatapan yang sangat berharap kesediaan Sunarti memberikan ijin pada suaminya untuk menikah dengannya.

"Ha....ha....ha..., sejujurnya saya tidak sebaik itu. Tapi semua keputusan ada di tangan Mas Sura. Dan saya hanya bisa mengiyakan apa yang dia inginkan." ucap Sunarti yang mengulas senyumnya.

Cintya tampak bingung dengan ucapan Sunarti. Tapi Sunarti tak ingin menjelaskan apa pun pada Cintya , jika suaminya bersedia menikahinya dan juga dia memberikan ijin pada suaminya untuk menikah dengan Cintya itu karena buah hati mereka yang sangat menderita yaitu Anette, saat ini sedang berperang dengan penyakitnya di rumah sakit.

Setelah bertemu dengan Cintya, Sunarti menyempatkan menjenguk putrinya Anette yang terbaring lemah berada di rumah sakit.

"Aku ikhlas kasihku dirampas, aku ikhlas jika suamiku menikah lagi, asalkan putriku bisa sehat kembali seperti anak-anak yang lainnya." gumam dalam hati Sunarti pada saat melihat wajah pucat putrinya Anette, tergolek lemas di ranjang rumah sakit yang merupakan saudara kembar Anita.

"Bocah Lima tahun yang harus menerima banyak suntikan dan obat. Yang sabar dan kuat ya nak." ucap lirih Sunarti yang mengusap lembut kepala putrinya itu.

Setelah jam besuk habis, Sunarti belum bisa meninggalkan putrinya yang terlelap seorang diri diruang perawatan itu. Senyum yang biasanya selalu terkembang diwajah manis putrinya itu tak lagi dia lihat.

Sampai beberapa perawat memberi peringatan kepada wanita tersebut, untuk meninggalkan ruang dimana putrinya dirawat.

Dengan terpaksa Sunarti melangkahkan kakinya meninggalkan ruang rawat itu.

Sebulan kemudian pernikahan suami Sunarti Suroso dengan Cintya digelar dengan sangatlah mewah di kediaman pak Hendra Purnama.

Sunarti hanya hadir dalam akad nikahnya, dan setelah itu dia pulang ke desa. Sementara Anita sengaja tak diajak, supaya tak mempengaruhi mental kejiwaannya. Jika mengetahui kalau bapaknya akan jarang menemuinya karena mempunyai kehidupan yang baru.

Flashback off.

Pernikahan Suroso dan Cintya sudah berjalan sepuluh tahun lamanya dan dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Raindra, yang sekarang ini duduk di kelas empat sekolah dasar.

Sementara itu kakak laki-laki Ibu Sunarti yaitu Pak Sunaryo, sudah berangkat ke Jakarta Minggu siang. Dan hari-hari Anita dan ibu Sunarti berjalan seperti biasanya, hanya sekarang ini dokter Damar lebih sering menyempatkan diri bertemu sekedar untuk mengantar Anita saat berangkat atau pulang kerja.

Dan tak terasa waktu berjalan begitu cepatnya.

Lima puluh hari berikutnya.

Bapak Anita Suroso dan juga saudara kembar Anita yaitu Anette, pulang dari Jakarta setelah sekian tahun lamanya. Mereka pulang dengan mengendarai mobil sedan keluaran terbaru.

Penampilan Anette berbanding terbalik dengan penampilan Anita. Anita yang kalem dan sederhana, sementara Anette yang modis dan glamour.

"Assalamu'alaikum!" ucap salam seorang laki-laki bersama seorang gadis yang seumuran dengan Anita dengan penampilan yang modis, dari luar pintu utama rumah Sunarti.

"Wa'alaikumsalam!" balas Anita yang sedang menyapu, kemudian mempercepat aktifitasnya karena tahu ada tamu yang datang.

Setelah selesai, dengan segera Anita melangkahkan kaki menghampiri pintu utama dan membukanya. Betapa terkejutnya Anita, orang yang dia rindukan selama ini ada dihadapannya.

"Bapak!" seru Anita yang kemudian langsung memeluk seorang laki-laki yang dulu kurus dan sekarang bertubuh gemuk dengan perut seperti wanita yang hamil tujuh bulan.

"Anita putriku!" balas laki-laki itu yang membalas memeluk Anita dengan eratnya dan ternyata dia adalah Suroso, bapak Anita. Dan yang disebelahnya adalah Anette saudara kembar Anita.

"Mbak Anette!" panggil Anita pada saat melihat ke arah gadis yang ada disamping bapaknya, dan perlahan Anita melepas pelukannya.

...~¥~...

...Mohon dukungannya dan terima kasih telah memberikan Like/komentar/rate 5/gift maupun votenya untuk novel Jangan Rampas Cinta-ku ini....

...Semoga sehat selalu dan dalam Lindungan Allah Subhana wa Ta'alla....

...Aamiin Ya Robbal Alaamiin....

...Terima kasih...

...Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!