Ciuman Pertama

Sontak membuat Emily terkejut ketika mendengar ucapan tersebut, dan terlebih ia tidak menyangka bahwa ternyata CEO yang berada di tempat itu adalah pria yang ia temui di kamar mandi, dan sekaligus yang sudah ia tolong dulu.

"Ma-maaf, tapi bisakah aku tahu siapa yang harus aku panggil kalau bukan dengan sebutan 'pak'?"

"Panggil aku dengan sebutan Tuan Muda Joshua. Tapi, ngomong-ngomong kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya Joshua dengan sengaja meskipun ia sudah tahu bahwa wanita itu masuk hanya untuk melakukan pelatihan kerja.

"Aku ke sini hanya untuk magang, Tuan Muda Joshua. Oh ya, bukannya Tuan ini yang tenggelam di sungai dekat dengan rumah saya dulu kan? Ketika dua tahun silam?" tanya Emily yang berusaha untuk mengambil hati dengan berkat balas budi yang belum dituntaskan oleh Joshua.

Joshua menganggukkan kepalanya dengan perlahan, lalu berkata. "Ya benar, sekali. Lalu kenapa kamu tiba-tiba berkata demikian? Ingin menyogok ku agar bisa masuk ke dalam perusahaan ini, benarkan?"

"Ya ampun, Tuan Muda. Sungguh aku tidak bermaksud demikian, tapi jika memang diperkenankan maka akan sangat membantu," sahut Emily dengan menahan senyumnya.

"Pintar sekali caramu, tapi baiklah karena kamu sudah menolongku dulu maka aku akan memperbolehkan untuk kamu melakukan pelatihan kerja di sini, namun tidak menjadi karyawan tetap," jelas Joshua dengan menatap wajahnya Emily tanpa berkedip.

"Ya baiklah, Tuan Muda." Emily menjawab dengan sekedarnya. Ia merasa bahwa di sini sudah tidak ada lagi kepentingan. "Kalau begitu saya pamit dulu, Tuan Muda Joshua."

"Siapa yang suruh?"

Seketika langkah kakinya Emily terhenti, dan membuatnya terkekeh geli sembari berkata. "Tapi kan tugas saya di sudah diterima, lalu ada masalah apalagi, Tuan Muda?"

"Enak sekali kamu main pergi begitu saja. Katakan kenapa kamu masuk ke dalam kamar mandi khusus milikku, sengaja ya? Dan bahkan kamu sudah melihat yang seharusnya tidak kamu lihat. Mau mengelak lagi?" tanya Joshua dengan berjalan mendekat kearah Emily.

Membuat Emily kebingungan harus menjawab apa dengan pertanyaan tersebut, dan memang ia mengakui kepada dirinya sendiri bahwa telah melihat sesuatu yang tidak boleh ia lihat sebelum menjadi pasangan dari Joshi. Namun, semua tidak ia sengaja.

Berusaha untuk bisa menghindar ketika Joshua semakin mendekat, tapi sayangnya tubuhnya sudah terhalang oleh dinding ruangan.

"Tu-Tuan Muda, kenapa denganmu?" Emily benar-benar kebingungan hingga membuatnya ingin segera berlari, namun tak ada cara untuk bisa pergi.

Tubuh Joshua yang sudah sangat dekat, dan begitu dekat hingga tak ada pembatasan diantara keduanya. Secara tiba-tiba Joshua mendaratkan sebuah kecupan manis tepat di bibirnya Emily.

Sontak membuat Emily terkejut dengan semua perbuatan yang sungguh tak ia duga sebelumnya. Matanya sampai melotot sempurna ketika mendekati kecupan dengan tiba-tiba, namun tidak sebentar, dan perlahan ia mulai menikmatinya.

Tapi tiba-tiba saja, dan tanpa Joshua duga sekretarisnya mengetuk pintu dengan suara yang keras hingga membuat keduanya terkejut dan segera menjauh.

Seolah-olah tidak sedang terjadi sesuatu, namun Alona melihat ada keanehan diantara mereka berdua, terlebih ketika bibirnya Joshua terlihat lebih memerah.

"Aneh, apa yang telah mereka lakukan?" batinnya Alona.

"Um, Tuan Muda. Di luar sedang ada kedatangan Nyonya Rossa, Tuan," ucap Alona yang memberitahukan tentang kedatangan ibunya Joshua.

"Minta ibuku untuk segera masuk."

"Baik, Tuan Muda."

Alona segera pergi dari ruangan tersebut, namun ia masih sangat curiga dengan apa yang sedang terjadi antara Joshua dan Emily. Tak berapa lama Emily pun ikut ke luar.

Dengan cepat Alona menarik pergelangan tangannya Emily, dan ia bawa menjauhi banyak orang.

"Hey, anak baru. Kamu sengaja ingin menggoda Tuan Muda ya? Ayo jawab jangan menatapku seperti itu."

"Apa maksudnya, Mbak? Di sini tidak ada yang sedang menggoda siapa. Sebaiknya aku harus pergi karena ini masih jam kerja," sahut Emily dengan berusaha agar tidak ikut-ikutan terpancing emosi.

Tapi dengan cepat langkahnya kembali dihentikan oleh Alona. Bahkan wanita itu menarik dengan sangat kuat hingga kukunya membekas di tangannya Emily.

"Tidak sopan sekali kamu ini. Beraninya main pergi begitu saja. Awas saja kamu kalau berani mendekati Tuan Muda lagi, maka kamu akan berhadapan denganku," ancam Alona.

Alona segera pergi setelah ia merasa senang karena sudah memberikan ancaman, namun semua ancaman itu tidak mempan bagi Emily karena selama ini ia sudah menjadi wanita yang kuat dan mandiri. Bahkan hinaan sudah sering ia dengar, hingga membuat telinganya sudah kebal akan semua penghinaan dan bully-an.

Membuat Emily kembali teringat dengan kejadian yang baru-baru saja ia alami akan ciuman pertamanya itu. Jujur saja ciuman ini merasa sedikit terkesan, namun ia masih bingung kenapa pria itu tiba-tiba memberikan kecupan untuknya.

Menyentuh bibirnya dengan perlahan sembari tersenyum manis. Tanpa ia sadari raut wajahnya terlihat bahagia, namun tiba-tiba saja ia dikejutkan oleh seseorang dari arah belakang.

"Em! Ayo ... Lagi mikir apa? Please deh ya! Dari tadi aku cariin kamu ternyata di sini. Kenapa sih senyum-senyum begitu? Lagi jatuh cinta ya? Ini tuh waktunya kita mulai kerja, Emily."

"San, bisakah kamu berbicara dengan pelan?" Emily merasa lelah saat mendengar banyaknya pertanyaan dari Santi yang tidak henti..

"Udah ah mendingan sekarang kita kerja." Santi segera menarik tangannya Emily untuk ikut pergi bersama.

"Iya-iya!" Emily akhirnya mengiyakan meskipun ia masih berharap mendapatkan jawaban atas apa yang dilakukan oleh atasannya sendiri.

Di dalam ruangannya Joshua.

Ibunya yang seorang sosialita, dan sekaligus pernah menjabat sebagai kepala umum dari perusahaan terbesar pembuatan minyak bumi. Akan tetapi, di usia tuanya saat ini masih tetap terlihat anggun dan glamor. Meskipun semuanya telah mereka miliki setelah mendapatkan kerugian besar selama dua tahun yang lalu, namun sekarang keluarga mereka telah berhasil bangkit kembali.

Semua keinginan terpenuhi, baik dari anak ataupun suaminya. Akan tetapi, masih ada sebuah permintaan yang sangat mengganjal di dalam hatinya, dan selalu saja dianggap sepele oleh anaknya sendiri. Hingga membuatnya cerewet setiap waktu di kala membahas tentang persoalan yang sama.

"Joshua, kapan kamu akan mengenalkan calon mu kepada Mama? Ayolah, sayang, umurmu sudah 27 tahun, dan sebagai seorang CEO kamu harus bisa memperlihatkan kepada mereka bahwa kamu tidak sendirian. Mama bahkan sudah kalah dengan teman-teman Mama yang sekarang ini telah menggendong cucu," tanya Mama Rossa dengan harapannya yang terlalu besar.

Tak lagi bersemangat untuk melanjutkan pekerjaan, dan harus membuat Joshua memilih untuk mendengarkan perkataan ibunya daripada nanti tidak ada berhenti.

Dengan menghembuskan nafasnya dengan perlahan, Joshua berjalan mendekat kearah ibunya sembari menggenggam tangan Mama Rossa ia berkata. "Tolong sabar sedikit lagi, Ma."

"Alah, kamu selalu saja berkata sabar dan sabar. Mau sampai kapan, Sayang? Mama tidak ingin kamu tidak menikah atau jangan-jangan kamu tidak menyukai wanita ya?" tebak Mama Rossa dalam ketakutan terbesarnya. Terlihat raut wajah yang penuh dengan kecemasan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!