Pernikahan Tak Terduga (Sang Pewaris)
Musuh bisnis membuat seluruh keluarga Harsa tidak tenang, hingga terjadinya pembunuhan berencana yang melibatkan sang pewaris hampir kehilangan nyawanya. Joshua Cristian Harsa, pria 27 tahun yang menjadi umpan dari musuh bisnis sang ayah yang bergelut dalam sebuah perusahaan Harsa Karya Furniture. Tragedi itu membuat Joshua terjatuh ke dalam derasnya arus sungai setelah ia berhasil melompat dari dalam mobilnya.
Suara tembakan pistol semakin mendebar dari atas jembatan tempat ia terjatuh. Para mafia bersenjata itu dengan segera mencari keberadaan dari Joshua agar bisa memastikan bahwa Joshua benar-benar telah tiada.
Mereka semua kembali mengerahkan senjata api ke dalam arus sungai, namun tak ada tanda-tanda kebangkitan dari Joshua. Hingga mereka berinisiatif bahwa sang pewaris telah pergi untuk selamanya.
Ternyata, Joshua hanyut terbawa arus sungai. Derasnya air yang membuatnya sedikit kesulitan untuk berenang, dan terlebih terdapat sebuah luka tembakan di kakinya. Semakin merasakan pusing, dan arus sungai yang perlahan-lahan mulai membuatnya lemah. Namun, Joshua tak ingin mati konyol di tempat.
Joshua berusaha tetap menyelamatkan diri, tapi tiba-tiba saja sebuah batang kayu tertabrak ke tubuhnya dengan sangat kuat. Sontak membuat Joshua hampir kehilangan keseimbangan. Penglihatannya mulai pelan-pelan kabur, namun ia tak sengaja melihat seseorang berjalan di tepian sungai.
"To-tolong aku, tolong ... Selamatkan aku." Suaranya mulai semakin melemas, dan tetap mencoba untuk berusaha melambaikan tangan. Akan tetapi, arus sungai yang semakin deras justru membuatnya kembali terhanyut, dan tak sadarkan diri.
Ketika saat bersamaan, seorang wanita cantik yang tengah melampiaskan kesedihannya dengan berjalan sepanjang sungai dengan kedua pipi yang dibasahi oleh derasnya air mata akibat putus cinta. Emily Earl Poppy, wanita berumur 25 tahun yang baru saja ditinggalkan oleh sang kekasih demi pergi bersama dengan wanita lain.
Emily menangis dan menjerit-jerit dengan keras, namun tidak sengaja pandangannya tertuju kearah seorang pria yang sedang melambai-lambai tangan seperti sedang meminta bantuan.
Ia yang sudah mahir berenang dengan cepat berusaha untuk menolong pria itu. Arus sungai yang kuat mampu ia lalui dengan berkat sebuah batang kayu besar yang ia gunakan agar dapat berpegangan.
"Hey! Bertahanlah!" Emily terus berusaha, namun sepertinya pria tersebut tak dapat mendengar suaranya.
Dengan mengeluarkan seluruh kekuatannya, Emily berhasil menolong pria tersebut ke tepian sungai, meskipun ia sudah ngos-ngosan akibat menarik tubuh pria yang terlihat kekar.
"Tuan, bangun ... Ya ampun, dia sepertinya sedang terluka parah." Emily melihat kearah kaki pria tersebut yang sedang terluka. Namun, ia tetap berusaha membangunkan agar air yang sudah masuk ke dalam bisa ke luar.
Berusaha dengan sekuat tenaga mencoba memberikan nafas buatan dengan tangannya, namun sial tenaganya tidak mempan. Alhasil, Emily pun memutuskan untuk memberikan nafas buatan dengan mulutnya. Meskipun berusaha untuk tidak berpikir macam-macam apalagi di saat menatap wajah pria itu yang sangat tampan.
Rasanya benar-benar tidak dapat Emily bayangkan ketika harus memberikan nafas buatan kepada seorang pria yang dapat membuatnya tergoda, namun Emily berusaha tetap fokus demi keselamatan pria tersebut.
Terasa begitu manis, dan Emily berharap ia tidak terbawa perasaan dengan bantuan singkatnya. Joshua mulai tersentak dan mengeluarkan air dari mulutnya, tapi seketika ia pun kembali tak sadarkan diri.
"Yah ... kok pingsan lagi? Tapi, sepertinya aku harus cepat-cepat meminta bantuan agar bisa membawa pria ini ke rumahku." Emily bergegas cepat dengan berlari hingga beberapa orang datang untuk membantu membawakan Joshua.
Pertemuan singkat dan tak terduga mampu membuat Joshua merasa senang dengan keberadaannya di sini. Terlebih terasa semakin nyaman ketika berada di sebuah desa, dan tak membuatnya merasakan takut ketika harus dikejar-kejar oleh musuh besar keluarganya.
Keadaan Joshua yang sudah mulai membaik, dan ia sangat merindukan keluarganya. Namun, Joshua kebingungan dengan kepulangannya yang mungkin saja akan kembali membuatnya berada di dalam ancaman. Meskipun begitu, ia tak ingin membuat keluarganya berpikir jika ia telah tiada.
Di tengah kegundahan hatinya, tiba-tiba Paman Hussein—pamannya Emily datang mendekat sembari bertanya. "Nak, sebenarnya siapa keluargamu? Lalu kenapa kamu sampai terbawa arus sungai dengan luka tembakan pistol seperti ini?"
"Aku berasal dari keluarga Harsa, Paman. Jujur saja hari ini adalah penobatan aku untuk menjadi seorang pewaris di keluargaku, dan lebih tepatnya menjadi CEO sekaligus pemimpin untuk menggantikan posisi ayahku. Tapi kemudian, saat aku pulang banyak orang-orang dengan berpakaian hitam mencegah bahkan ingin menghabisi nyawaku. Tetapi, aku tahu kalau mereka adalah musuh besar bisnis keluargaku," sahut Joshua dengan sesekali melirik kearah Emily yang sedang membuatkan minuman, dan tidak berada jauh.
"Oh, jadi sekarang saya mengerti. Ternyata kamu adalah pewaris dari keluarga Harsa pemilik dari perusahaan besar Harsa Karya itu kan? Pantas saja dan tidak diragukan lagi. Apalagi sewaktu melihatmu yang cukup mirip dengan ayahmu. Ya sudah nanti saya akan membantumu untuk dapat kembali," sahut Paman Hussein.
"Terima kasih banyak, Paman Hussein. Jujur kalau tidak ada kalian mungkin aku tidak akan lagi bisa merasakan udara segar seperti ini. Tapi, ngomong-ngomong siapa nama anakmu?" Joshua memang belum saling mengenal, dan terlebih karena ia baru sadar. Walaupun sempat merasakan sentuhan tikus dari setiap pengobatan yang dilakukan oleh Emily.
"Dia?" Paman Hussein menunjuk kearah keponakannya. "Dia sebenarnya bukan anakku, tetapi keponakanku. Hanya saja saya sudah mengganggap dia selayaknya anak sendiri karena sejak kecil dia sudah dibesarkan di sini. Ya sudah kalian belum saling kenal, jadi kenalan saja, dan saya tinggal sebentar pergi ke warung depan ya."
Mendengar hal itu membuat Joshua tersenyum ketika melihat Paman Hussein yang sepertinya paham dengan maksudnya. Emily pun berjalan mendekat sembari membawa dua gelas minuman.
"Loh, pamanku pergi ke mana?" tanya Emily.
"Katanya ke warung dekat, tapi sebaiknya duduklah di sini dan temani aku. Oh ya, kebetulan kita belum saling mengenal, padahal kamu sudah banyak membantu dan merawat ku di sini. Kenalkan namaku, Joshua Cristian Harsa."
"Namaku Emily Earl Poppy, kamu bisa memanggilku dengan Emily ataupun Poppy."
"Namamu cantik sekali, tapi ngomong-ngomong kamu bekerja atau bagaimana, Emily?" tanya Joshua yang semakin ingin mengenal lebih jauh sosok dari wanita itu.
"Um, maafkan aku, tapi aku tidak bisa berlama-lama berbicara denganmu. Kalau begitu aku pergi dulu, Joshua."
Entah karena apa, dan membuat Joshua sangat bingung di saat wanita itu berlari masuk ke dalam kamarnya. Sangat ingin berjalan menemui Emily, tetapi kakinya masih terasa kesakitan hingga tidak dapat bergerak bebas.
Namun ia berharap malam nanti bisa kembali mengajak Emily berbicara lebih banyak agar dapat mengetahui seluk-beluk dari keluarga Emily. Tanpa ia ketahui malam itu Emily dan keluarga memutuskan untuk segera pergi meninggalkannya seorang diri dengan bantuan Paman Hussein yang tidak lupa untuk memberitahukan kabar tentang keberadaan dari Joshua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments