Permintaan Mama Rossa

Lagi-lagi Joshua dibuat gila akan permintaan ibunya yang sangat tidak sabaran. Ia bahkan mendengar hal bodoh yang sama sekali tidak benar.

"Ma, Joshua masih menyukai wanita, tapi Mama tolong bersabar sebentar karena aku masih berusaha menyelidiki kasus pembunuhan berencana yang dulu kita alami. Bagaimanapun kita tidak bisa bersikap seolah-olah tidak terjadi apapun? Ini sudah lebih dari dua tahun, dan aku masih belum mengetahui siapa pelaku dibalik semua ini," sahutnya.

"Ya, Mama sangat mengerti sekali, Nak. Namun, kamu juga tidak bisa terus-menerus hidup sendirian tanpa ada pendamping kan? Masa depanmu bukan sekedar tentang uang, tapi juga harus dengan adanya pernikahan karena kamu harus memiliki seorang pewaris yang nantinya akan menggantikan kamu. Terlebih Mama sangat ingin cucu laki-laki," sahut Mama Rossa yang semakin memaksa.

Terdengar sangat serius, dan memang Joshua juga setuju dengan keputusan ibunya. Akan tetapi, ia masih belum bisa menemukan calon yang terbaik di dalam hidupnya, meskipun banyak wanita di luar sana yang bahkan rela untuk dijadikan sebagai simpanan hanya karena dirinya memiliki kekuasaan yang tinggi.

Tentu saja Joshua tidak menginginkan hidup dengan wanita yang rakus akan harta. Jelas saja akan membuatnya sengsara karena terbukti bahwa hanya akan dicintai karena ada sesuatu. Namun, ia juga ingin memiliki keturunan agar bisa mewariskan semua hartanya kepada anaknya nanti.

Membuat Joshua terdiam beberapa saat, hingga akhirnya terbayang dipikirannya dengan sebuah ide yang gila. "Ma, nanti malam aku akan membawa seorang gadis untuk aku perkenalkan denganmu, kebetulan kamu sudah berpacaran selama kurang lebih satu tahun."

Seketika raut wajahnya Mama Rossa terlihat kebingungan, namun ia pun tersenyum sembari bertanya. "Kamu jangan bercanda, Nak? Tadi kamu bilang kalau belum ada pasangan, tapi sekarang sudah ada. Yang benernya yang mana? Sengaja ya mau bohong sama Mama?"

Joshua pun terkekeh di saat melihat reaksi ibunya yang masih tetap belum percaya, meskipun senyuman terlukis di wajah ibunya. Memberikan pelukan dengan manja agar bisa membuat ibunya percaya.

"Joshua tidak berbohong, Ma. Sebenarnya memang sudah ada, tapi Joshua merasa malu untuk mengakuinya."

"Ya ampun ... Putra kecil mama ini ternyata sudah besar ya? Kalau begitu baiklah nanti malam Mama akan tunggu kunjungan kamu bersama dengan calon menantu ke dalam rumah kita. Ya sudah, Mama pulang dulu ya karena Mama ke sini cuma merasa rindu denganmu. Barang belanjaan saja masih banyak di mobil belum Mama coba."

Bagi Mama Rossa, anaknya tetaplah putra kecil yang dulunya sangat ia manja-manja, walaupun sekarang sudah tumbuh menjadi pria dewasa yang tampan. Dengan begitu senangnya, meskipun masih merasa ragu akan kebenarannya. Namun, Mama Rossa mencubit pipinya Joshua layaknya anak yang masih kecil.

"Siap, Ma. Joshua akan membawa gadis cantik itu. Ya sudah Mama pulang dengan hati-hati ya."

Belum sempat Mama Rossa menjawabnya tiba-tiba saja sudah terdengar suara ketukan pintu dari luar. Joshua segera mempersilahkan masuk. Ternyata kedatangan Alona yang sedang mencari muka dengan membawa dua gelas minuman tanpa diminta oleh Joshua.

"Silahkan dinikmati, Nyonya," ucap Alona dengan berusaha tersenyum manis dan memperlihatkan kebaikan hatinya dengan kepedulian yang ia berikan.

"Ah, ya terima kasih. Tapi, saya sudah mau langsung pergi. Ya sudah kamu saja yang minum ya bersama dengan Joshua. Nak, Mama pergi dulu ya. Jangan lupa nanti malam."

"Siap, Ma," sahut Joshua sembari mengacungkan jempolnya.

Namun tidak dengan Alona yang berusaha menahan malu karena ulahnya sendiri. Begitupun dengan Joshua yang perlahan terkekeh di saat melihat Alona yang harus menghabiskan minumannya sendirian.

"Um, Tuan Muda. Apa tidak sebaiknya kita minum sebentar?" tanya Alona sembari memegang dua gelas minuman sekaligus.

"Enggak deh perutku masih kenyang. Yang ada nanti kembung. Udah enggak apa-apa kamu aja yang habisin ya daripada sia-sia."

Seketika raut wajah keceriaan Alona mendadak berubah ketika perhatiannya tak dihiraukan. Ia pun segera ke luar dengan membawa dua gelas minuman tersebut. Berjalan kearah dapur perusahaan, dan segera membuang minuman itu.

"Arghh! Sial! Kenapa sih Tuan Muda enggak bisa sedikit aja bersikap manis kepadaku? Bete tahu selalu dicuekin!" kesalnya sembari memeluk meja dapur.

"Aduh ... Mbak, jangan kebayangkan menghayal buat bisa dapetin Tuan Muda seperti CEO Joshua. Dikasih kerjaan aja udah mendingan," timpal seorang wanita yang bekerja sebagai office girl.

Dengan seketika Alona melirik tajam kearah wanita tersebut karena sudah berani-beraninya menyepelekan urusannya itu. "Hey! Enggak usah ikut campur."

Alona bergegas pergi ke luar dari ruangan dapur. Tetapi saat itu ia seketika tidak sengaja melihat kearah Emily yang sedang bekerja. Namun anehnya wanita itu pergi dengan tiba-tiba kearah ruangannya Joshua.

Semakin membuat Alona penasaran dengan tujuan yang akan dituju oleh Emily. Ia pun berusaha untuk mengikuti. Hingga akhirnya terbukti bahwa saat itu Emily memang benar-benar masuk ke dalam ruangannya CEO.

"What? Dia lagi? Tapi, kenapa ya dia bisa masuk dengan semudah itu ke dalam ruangan Tuan Muda? Padahal ini hari pertamanya kerja. Mau mencari tahu, tapi tak ada cara untuk bisa masuk ke dalam ruangan itu," gumam Alona dalam kebingungannya.

Hingga Alona memilih untuk menunggu di luar meskipun ia harus mengabaikan pekerjaannya sendiri demi bisa menemukan kejelasan dari semua pertanyaan yang membuat benaknya runyam.

Emily dipanggil secepat mungkin untuk masuk ke dalam ruangannya CEO Joshua, dan ia tidak memiliki alasan untuk harus menolak. Meskipun merasa sedikit segan ketika banyak mata yang sedang menatap kearah dirinya saat namanya dipanggil langsung oleh Tuan Muda Joshua.

"Um, ada apa memanggilku, Tuan Muda?" tanya Emily dengan kedua tangannya yang entah mengapa terasa sangat dingin, layaknya seperti seseorang yang sedang demam panggung. Ia bahkan tak mengerti dengan kondisinya saat ini.

"Duduklah." Joshua pun bangkit dari meja kebesarannya untuk ikut duduk bersama dengan Emily di atas sofa tamu.

"Um, sebenarnya aku juga merasa bingung harus memulai darimana. Tapi, aku ingin kamu melakukan sesuatu untukku. Dengan begitu pekerjaan kamu saat magang di sini akan lebih terasa ringan," ucap Joshua dengan tiba-tiba.

Sontak membuat Emily kebingungan hingga memperlihatkan garis halus di atas kedua keningnya. "Apa maksudnya, Tuan Muda? Bukannya aku di sini diajarkan untuk bisa bekerja dengan baik? Lantas, jika dipermudah akan semakin membuatku merasa tidak memiliki skill yang baik."

Mendengar pertanyaan dari Emily, seketika membuat Joshua merasa kagum akan pemikiran yang sedang wanita itu perlihatkan kepadanya.

"Wow! Menarik juga. Tapi, baiklah kalau memang kamu berkata seperti itu. Jadi, semakin menyenangkan, namun aku ingin minta satu hal denganmu, bisakah?"

"Sebenarnya apa itu, Tuan Muda?"

"Begini, aku ingin mulai nanti malam kamu harus bisa berpura-pura menjadi kekasihku, hanya untuk sandiwara di depan keluargaku saja. Nama baikmu yang bekerja sebagai karyawan magang tidak akan tercemar karena mereka tidak akan mengetahuinya. Jadi, apa kamu terima?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!