Dua Tahun Kemudian

Dua tahun berselang, kehidupan Emily masih berlanjut menyedihkan, namun ia berusaha tetap bekerja keras. Setelah perpindahannya, hidupnya sedikit berubah lebih baik sampai ia bisa melanjutkan pendidikan yang tertunda meski harus melalui banyak rintangan. Menjadi sebagai seorang mahasiswi memang sangatlah menyenangkan, tapi kisah kelam dalam usaha kerja kerasnya justru membuat ia dipandang sebelah mata bagaikan seoggok sampah yang tak berharga. Hingga sebutan 'kupu-kupu malam' selalu menghiasi hari-harinya.

Hanya memiliki seorang teman yang juga ia temui di bar, sebab Emily bekerja paruh waktu di bar untuk bisa memenuhi semua kebutuhannya. Tak banyak yang mengetahui kisah hidupnya, namun ia berusaha untuk mengeraskan telinganya agar tidak perlu mendengar semua hinaan yang selalu saja ia terima.

Seperti biasa, Emily melayani banyak tamu yang datang dengan memberikan pesanan yang tamu inginkan. Namun saat itu, seorang pria tiba-tiba saja datang dan memegang bahunya. Sontak membuat Emily terkejut karena selama ia bekerja tak ada yang berani menggodanya apalagi sampai menyentuhnya.

"Berikan aku sebotol wine sekarang," pinta pria tersebut.

"Baik, Tuan. Di tunggu sebentar ya," sahut Emily sembari ia menoleh ke belakang.

Sungguh tidak pernah Emily bayangkan di saat menatap wajah pria itu. Ia teringat dengan pertemuan dua tahun silam. Sontak membuat Emily terdiam sambil batinnya berkata. "Bukankah dia pria yang sudah aku tolong? Ya ampun ... Kenapa aku bisa bertemu dengannya sekarang? Jangan-jangan dia adalah jodohku."

Diamnya Emily justru membuat Joshua kebingungan, dan ditambah Joshua sempat tidak mengenali Emily karena wanita itu terlihat berbeda. Dengan pakaian yang lebih terbuka dan bekerja di tempat yang tidak Joshua sukai.

"Hey, kenapa kamu menatapku seperti itu?" Joshua kebingungan, dan membalas tatapan dari Emily. Ia berusaha mengingat walaupun wajahnya Emily yang terlihat lebih berbeda. Alhasil, Joshua pun menyadari bahwa dia adalah wanita yang telah menyelamatkan hidupnya.

"Ah, a-aku tidak menatapmu, Tuan. Kalau begitu aku harus kembali bekerja." Emily begitu gugup, dan bahkan dalam sekejap jantungnya terasa berdebar-debar. Ia tidak tahu kenapa saat ini hatinya tak berhenti berdetak. Sampai-sampai ia juga mengabaikan panggilan ketika kedatangan temannya.

"Ya ampun, bestie ... Sejak tadi aku sudah memanggilmu. Pesanan sedang datang bertubi-tubi, ayo cepat kita selesaikan agar bisa lebih cepat pulang." Pria lemah gemulai itu berusaha mencubit pipinya Emily dengan bersikap gemas. Nama panggilannya Santi—alias Satria.

"Oh ya? Maaf, San. Aku tidak mendengarnya," sahut Emily yang masih berusaha melirik kearah Joshua yang sedang duduk sendirian di ujung bar.

Lirikan Emily tak sengaja ditatap oleh Joshua. Pria itu kembali mengingat di saat wanita itu memberikan perhatian lebih ketika ia sedang terluka. Membuat hati Joshua mulai kembali tertarik dengan Emily, namun ia tak ingin mendekati wanita itu dengan terburu-buru.

"Aku harus mencari latar belakang dari wanita ini," gumamnya dengan perlahan sembari membuka ponselnya untuk menghubungi seseorang.

Panggilan pun terjawab. "Hallo, Han. Bisa kamu datang ke sini sebentar? Tempat bar yang biasanya kamu tempati."

"Oh, tentu saja, Tuan. Lima belas menit lagi saya akan sampai," sahut Han Hansel dengan bekerja secara profesional. Ia adalah orang kepercayaan dari Joshua dan sekaligus tangan kanan dalam segala urusan.

"Aku tunggu."

Tak berapa lama, Han pun datang tepat di saat waktu yang ia tentukan.

"Ada masalah apa, Tuan Muda? Padahal tadi Tuan mengatakan kalau ingin menikmati malam dengan kesendirian."

"Aku ada pekerjaan baru untukmu. Bisakah kamu mencari tahu dengan keberadaan dari wanita itu?" tanya Joshua sembari menunjuk kearah Emily yang sedang menaruh pesanan di meja pelanggan.

"Maksudnya Emily, Tuan Muda? Aku pernah mendengar namanya dari beberapa temanku di kampus dengannya. Tapi, kenapa tiba-tiba Tuan bisa tertarik dengan wanita seperti itu? Jika aku tidak salah dia selalu dikaitkan dengan wanita tidak benar," sahut Han.

"Oh ya?" Joshua terheran.

"Benar, Tuan Muda. Banyak orang yang mengatakan jika dia terlahir dari keluarga yang tidak jelas, dan bahkan ia tidak tahu siapa kedua orangtuanya. Sejak kecil dia selalu dirawat oleh pihak keluarga pamannya. Namun, ada rumoh berkata bahwa sebenarnya dia hanyalah anak yang tidak sengaja ditemukan. Terlebih dengan pekerjaannya seperti ini yang mengundang banyak mata pria hidung belang," lanjut Han dengan penjelasannya.

Sontak membuat Joshua terdiam di saat mendengar semua itu. Ia benar-benar tidak habis pikir bahwa ternyata Emily bukanlah wanita yang seharusnya ia idam-idamkan. Semua perkataan Han selalu saja Joshua percayai, meskipun belum ada kebenaran atas ucapan dari pria itu.

"Baiklah kalau begitu bayarkan pesanan ku, dan kita segera pulang."

"Baik, Tuan Muda."

Melihat kepergian Joshua secara tiba-tiba justru membuat Emily kebingungan, dan ditambah pria itu juga tidak menghabiskan pesanannya. Begitupun dengan pria lemah gemulai yang ikut terheran ketika melihat Emily banyak diam.

"Ya ampun, perasaan sejak tadi kamu terus menatap kearah pria tampan itu. Kamu menyukainya ya?"

"Apa? Jelas saja tidak. Sudahlah ayo lanjutkan kerja." Emily segera beranjak pergi.

Setelah pertemuan singkat mereka, membuat Emily terus-menerus memikirkan tentang Joshua. Entah mengapa ia sangat ingin untuk bertemu lagi dengan pria itu, namun ia tidak tahu bagaimana caranya.

Melanjutkan rutinitasnya sebagai mahasiswi di siang hari, dan saat itu telah keluarnya pengumuman untuk melakukan magang sebagai syarat akhir sebelum ia lulus nanti.

Tak ada yang mengajak Emily untuk ikut magang bersama dengan teman-teman yang lain, ia hanya menatap kearah papan tulis yang terlihat kosong, dan seperti itulah kekosongan yang sedang ia rasakan di dalam hatinya yang selalu saja tidak memiliki teman perempuan.

Pria lemah gemulai yang tiba-tiba datang dengan membawa dua lembar kertas sebelum menuju ke tempat magang. Memberikan kertas tersebut kepada Emily sembari ia berkata. "Nih aku udah bawa khusus buat kamu, dan yang lebih serunya lagi ini tuh perusahaan terkenal. Aku harap kita bisa masuk ke dalam sana lebih dulu sebelum teman-teman yang lain tahu."

"Oh ya? Apa nama perusahaannya, San? Apa tidak sebaiknya kita ikut magang di tempat yang sama seperti mereka saja?" Emily merasa bingung akan kemampuan yang ia miliki.

Membuat Santi menepuk jidatnya sendiri ketika mendengar sahutan dari Emily yang tidak ada semangatnya sama sekali.

"Ayolah, Em. Kamu itu memiliki bakat, dan nilai mu lebih tinggi dari kita semua. Yah meskipun tidak akan ada yang mau berteman denganmu selain aku yang cantik ini. Sudahlah kamu ikuti saja aku, dan nama perusahaannya adalah Harsa Karya Furniture, ini keren sekali tahu."

"Harsa Karya Furniture? Apa kamu yakin kita akan masuk ke dalam perusahaan besar itu dan terkenal dengan ceo-nya yang super galak?" Emily semakin terlihat ragu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!