Bersekongkol

“Katanya besok mau pindah, menpan sekarang masih belum beres beres. Mau ibu bantu?”tanya Yessi yang tiba tiba masuk ke kamar Delia dan Dafa setelah mengetuk pintu tadi.

“Aku akan mengurusnya bu. Ibu pergilah istirahat, sudah hampir tengah malam. ” Ucap Delia seraya menunjukkan jam.

“Dafa, seharusnya kamu cari wanita lain saja, istrimu ini sangat lelet dalam mengerjakan pekerjaannya. Rumah barumu nanti pasti akan terus berantakan dan penuh dengan debu. ” Yessi berucap dengan kolotnya, walaupun ada Delia di sana.

Namun Delia tetap tersenyum dan berusaha terlihat baik baik saja. Sementara Dafa, pria itu merasa tidak enak dengan Delia, tentang perkataan ibunya. Ingin sekali rasanya Dafa membantah ibunya itu. Namun, ia merasa harus tetap diam dan tidak ingin menambah masalah lainnya.

Delia yang melihat suaminya tetap diam tentu merasa disakiti hatinya.

“Delia, pergilah mandi, setelah itu kita bereskan pakaian kita bersama. ” Ucap Dafa seraya menuntun ibunya untuk keluar dari kamarnya.

Yessi dengan cepat melepas pegangan Dafa terhadapnya,“kenapa bersama? Istrimu harus melakukan itu sendiri. Jika ingin menjalin rumah tangga, setidaknya wanita memiliki tenaga yang super. Jangan sampai aku melihat putraku mengemasi pakaian itu ya, Delia! ” ucap Yessi lalu pergi setelah melihat Delia mengangguk pelan.

Tanpa mengatakan apapun, Delia mengambil handuknya lalu masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Dafa merasa bersalah karena tidak bisa membela istrinya saat itu, namun apa boleh buat. Dia juga tidak bisa membantah, karena itu malah akan menambah beban Delia nantinya.

Keesokan harinya Delia terbangun kesiangan karena semalam ia harus mengemasi semua pakaian sendiri. Dafa benar-benar dilarang untuk membantu Delia. Yessi menyeret Dafa untuk ikut makan malam bersamanya. Alhasil Delia melakukan semuanya sendiri, ia bahkan tidur dengan perut yang kosong karena jatah makan malamnya, harus ia sisakan untuk adiknya yang pulang larut malam.

Delia dengan cepat bersiap dan pergi ke halaman depan. Tak lupa dengan semua koper yang ia bawa.

Saat baru saja sampai di depan pintu luar rumah, Delia bertemu dengan suaminya yang juga hendak masuk membangunkan Delia. Karena ia berpikir Delia masih tertidur saat itu.

“Baguslah kalau kamu masih di sini, tolong bantu aku membawa semua tas ini, sangat berat rasanya membawa semua ini sendiri. ” Ucap Delia seraya menyodorkan tas yang ada di bahunya.

Baru saja Dafa hendak membantu Delia, Yessi tiba-tiba datang dari arah luar rumah.

“Jika kamu tidak kuat, bercerailah dengan putraku, masa cuman itu saja kamu tidak bisa. Wanita seperti apa kamu ini, tanpa ayah mertuamu dulu, aku bisa mengangkat 5 koper sekaligus sendirian. ” ucap Yessi dengan kolotnya.

Mau tidak mau Delia harus membawa semua barang itu sendiri ke depan mobil dan menaruhnya di dalam bagasi mobil sendirian.

Sementara Dafa ia mengomel di depan ibunya untuk tidak mengatakan hal seperti itu lagi sungguh sangat menyakitkan hatinya jika ibunya sendiri mengatakan hal itu di depan Delia.

Yesi menatap kepergian pengantin baru itu dengan wajah yang amat masam, sementara Risa, ia baru saja keluar dari kamarnya dan melihat mobil milik kakak iparnya telah melaju. Ia berdiri di samping Yessi dengan wajah yang masih berbau bantal.

“Mengapa kamu masih di sini apa kamu tidak mengikuti kakak tersayangmu itu?” Tanya Yesi dengan ketusnya.

“Kakak menyuruhku untuk bertanya padamu, apa aku boleh tinggal bersama mereka di rumah barunya? ” Risa menjawab perkataan Yessi dengan ketus pula.

“Berbicaralah dengan benar saat di depan orang tua. Entah ada di mana sopan santuna anak jaman sekarang! ” Racau Yessi seraya berjalan masuk ke rumahnya, di ikuti pula oleh Risa yang sedari tadi masih menatapnya.

Yessi benar benar tidak nyaman dengan tatapan tersebut. “Apa kamu tidak ada pekerjaan? ” Tanya Yessi, menatap balik Risa.

“Anda masih belum menjawab pertanyaan saya. Dan juga, apa anda begitu membenci kakak saya? Kenapa anda begitu kasar dengannya? ” Tanya Risa dengan intens, juga matanya yang masih menatap lekat pada Yessi.

“Kenapa tiba tiba berbicara sopan? ” Tanya Yessi dengan heran sekaligus terkejut. Semakin ia bertanya-tanya Risa juga melangkahkan kakinya mendekati Yessi.

“Anda menyuruh saya untuk berbicara sopan tadi, ” ucap Risa.

“Berhenti berbicara seperti itu. Sopan memang sangat penting, tapi entah kenapa saat kamu yang bicara sopan terdengar aneh di telingaku.” Ucap Yessi seraya menjauh dari Risa.

“Kalau begitu jawab pertanyaanku! ” Ucap Risa dengan intens lagi dan lagi.

Yessi berjalan mendekati sofa, “apa kamu benar benar adiknya, bagaimana bisa seorang adik tidak bisa mengerti sifat kakaknya sendiri. ” ucap Yessi seraya duduk di sofa tersebut.

“benar kan kamu tidak menyukai kakakku? Aku juga begitu tidak menyukainya, sangat tidak menyukainya! ” Risa sampai menalukan perkataan nya untuk membuat Yessi yakin.

“Aku tidak menyukai kakakmu sejak pertama kali dia ke sini. Aku bahkan tidak suka caranya berbicara. ” Yessi yang tidak percaya berusaha memanas manaskan keadaan.

Namun, bukan Risa namanya jika terpancing. Ia bahkan tidak merasa tersinggung sedikitpun dengan perkataan Yessi.

“Itu waktu yang singkat, Bu. Aku bahkan tidak menyukainya sejak masih kecil. Aku terus berada di sisinya seumur hidupku.”

“berlagak seolah dialah yang paling berjasa. Aku sungguh tidak menyukai sombongnya itu.” ucap Risa dengan sungguh sungguh. Perasaan yang ia pendam selama ini hanyalah rasa iri dan benci. Nan yang paling runyam adalah, orang yang ia benci tidak lain adalah kakaknya sendiri.

“Apa yang membuatmu begitu membenci kakakmu sendiri? Aku penasaran dengan hubungan kalian yang retak?” tanya Yessi seraya menyelupkan satu potongan biskuit ke mulutnya.

“Ibu ... kak Dafa, dulunya adalah kekasihku. Kakakku sendiri merebutnya dariku. ” Ucap Risa dengan penuh keyakinan akan kebohongannya itu.

Perkataan Risa saat itu tentu sangat meyakinkan Yessi.

“lalu apa yang akan kamu lakukan sekarang? ” Tanya Yessi

“Apa kamu akan melakukan apapun demi mendapatkan putraku kembali? ” tanya lagi Yessi.

Risa tersenyum sumringah saat mendengar itu dari Yessi langsung, seakan dirinya mendapat bantuan Risa mengatakan “ya” dengan sangat senang.

Kebohongan Risa saat itu mungkin akan sangat ampuh dalam menghancurkan kehidupan Delia nantinya. Terlebih saat Yesi memilih untuk membantu Risa untuk mendapatkan Dafa kembali.

Kebencian Risa saat itu sangat memuncak, hanya demi seorang pria ia rela mengorbankan kakaknya sendiri hanya untuk mendapat kebahagiaannya.

Dulu Delia mengorbankan mimpinya lalu memilih membanting tulang dan melakukan apapun demi kehidupan yang layak untuk Risa. Namun, kini Risa terlihat seperti kebanyakan pepatah, yang mengatakan “kacang lupa kulitnya” atau sesuatu seperti “tidak tahu terima kasih.”

Pada dasarnya Risa tidak boleh melakukan hal yang membuat orang terdekat satu-satunya tersakiti. Terlebih orang itu telah bersamanya seumur hidupnya

Terpopuler

Comments

Dinnost

Dinnost

Bah....
😡😡😡
Tak hbis pikir sama iblis...

2023-05-23

0

Dinnost

Dinnost

Nah,, kalo yg ini lawan seimbang...
bisa kamu gencet terus nyonya

2023-05-23

0

Dinnost

Dinnost

piso onlen mempan gak untuk mertuanya ini?
Aku punya banyak stok..
🔪🔪🔪

2023-05-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!