Happy Ending

Happy Ending

Perdebatan tengah malam

“Kakak.”Risa memanggil kakaknya Delia dengan penuh manja seraya memeluknya. Delia yang baru saja selesai menggelar pernikahannya kini duduk di bibir ranjang rumahnya, dengan raut wajah yang sangat lelah.

“Aku benar-benar takut untuk tinggal sendiri. Aku tinggal sama kakak dan kakak ipar saja ya? ”Risa kembali merengek seraya menggoyang-goyangkan tubuh Delia.

Setelah keluar dari panti asuhan, Delia dan Risa hidup bersama semasa sekolah meraka dulu, hingga saat ini setelah pernikahan Delia. Mereka saudara kandung yang hidup saling menggantung.

Alih-alih mendengarkan adiknya Delia malah tertidur dengan lelapnya setelah berbaring, karena merasa sangat kelelahan setelah pesta pernikahannya bersama Dafa.

Risa yang kesal dengan sikap kakaknya pun keluar dari kamar pengantin baru itu. Baru saja berada di depan pintu, Risa melihat seorang pria yang tidak lain dan tidak bukan adalah Dafa, suami dari Delia.

Dafa melontarkan senyumnya ke arah Risa membuatnya menyentuh dadanya sendiri karena merasakan degup jantungnya yang berdetak sangat kencang.

“Kakakmu mungkin sangat kelelahan hari ini, kamu bisa masuk lain kali. Jadi biarkan pengantin baru ini mengurusnya. ”Dafa menarik Risa dengan lembut keluar dari kamar itu, tak lupa dengan senyum lembut di wajahnya.

Risa bahkan tidak menyadari jika Dafa sudah masuk ke kamar dan menguncinya. Entah apa yang Risa lihat hari ini. Ia sudah sangat sering melihat wajah itu, tapi kenapa baru sekarang ia merasakan hal aneh?

“Sayang, apa kamu terlalu lelah? ”Dafa bertanya dengan lembut seraya memeluk istrinya, di atas ranjang yang hangat.

Dafa hanya mendapat dengkuran sebagai jawaban. Pria itu terkekeh kecil ketika mendapati istrinya yang konyol.

Para tamu yang memenuhi aula sangatlah padat, rasanya sulit bagi Delia untuk bernafas dengan tenang. “Seharusnya kita tidak menggelar pesta jika tau kamu akan lelah seperti ini. ”Dafa bergumam seraya menatap istrinya dengan tatapan iba. Melihat istrinya yang tergeletak kelelahan itu membuatnya sedikit sedih karena itu membuatnya seakan tidak bisa mengurus istrinya.

Saat tengah malam tiba, Delia terbangun karena merasa sangat haus. Yah, itu sudah kebiasaan Delia, terbangun di tengah malam hanya karena kehausan.

“Aku tahu kamu pengantin baru. Tapi, tolong, pakailah pakaian yang lengkap,”Suara yang terdengar akrab membuat Delia tersedak air yang diminum nya. Dia adalah Ibu nya Dafa yang bernama Yessi.

Delia melihat tubuhnya yang hanya memakai pakaian tipis. Tadinya Delia tertidur menggunakan gaun pernikahan yang masih melekat di tubuh, namun sepertinya Dafa melepas gaun itu tadi saat Delia tengah terlelap.

“Maaf Bu, aku tidak menyadarinya.”Delia menunduk karena merasa malu. Jika ia meninggalkan ibu mertuanya saat itu, Delia merasa itu tidaklah pantas.

“Tapi, apa ada sesuatu yang harus Ibu lakukan, kenapa masih terjaga di tengah malam ini? ”Tanya Delia seraya menuangkan air minum di gelas yang baru, lalu memberikannya pada ibu mertuanya.

Bukannya menerima air itu, Yessi malah memasukkan tangannya ke saku piyama yang ia pakai.

“Kamu benar-benar tidak tahu malu Lia. Kamu tinggal di rumah putraku dan menanyakan hal konyol ini sebagai basa basi, kepada ku? ” Ucap Yessi dengan kolotnya. “Jangan lagi menanyakan hal bodoh itu dan tidur saja sana, ”imbuhnya dengan ketus.

“Ibu, Aku dan Dafa memutuskan untuk tinggal di rumah yang sudah kami beli bersama dulu.” Delia berucap tiba tiba sebelum Yessi melangkahkan kakinya.

Yessi memutar bola matanya. Yessi benar benar merasa sangat kesal pada Delia.

Menurut Yessi, Delia sudah seperti memegang remot kontrol yang sedang mengendalikan Dafa, putranya.

“Apa maksudmu mengatakan hal ini. Apa kamu akan pamer karena sudah membeli rumah? Mau bagaimanapun, uang putraku tetap keluar untuk hal itu! ” ucap Yessi dengan nada suaranya yang amat ketus.

“Bu, aku tidak bermaksud untuk pamer atau apapun itu. Aku hanya ingin mengatakan jika kita akan benar-benar memulai hidup yang baru. Dan untuk itu kami butuh dukungan mu sebagai orang tua.” Delia menjelaskan maksud dari pekerjaannya tadi agar Ibu mertuanya tidak salah paham. Namun, itu sia sia saja. Yessi memalingkan wajahnya dan pergi dari hadapan Delia, dengan dalih dirinya mengantuk karena sudah tengah malam.

Delia hanya menghela napasnya dan berusaha untuk tegar. Bahkan saat Dafa dan Delia masih masa pacaran, Yessi sudah terang-terangan sangat tidak menyukai Delia. Dan dengan rayuan Dafa saja Yessi mau merestui hubungan Delia dan Dafa, itu pun karena terpaksa.

Restu dan dukungan dari orang tua menyangkut hidup baru seorang anak sangatlah penting. Banyak yang mengatakan jika memulai hubungan yang sangat serius tanpa restu tersebut, maka hubungan itu tidak akan bertahan, pasangan yang memulai hubungan tidak akan pernah mendapatkan kebahagian dalam hidupnya.

Maka dari itu Delia sangat sedih dan takut jika menyangkut tentang Ibu mertuanya. Terlebih tentang dirinya yang masih belum mendapat restu resmi dari Yessi

Keesokan harinya Delia memulai hari seperti Ibu rumah tangga pada umumnya. Membersihkan rumahnya, memasak, dan melakukan hal lainnya.

Baru selesai menata meja sarapan, Risa baru bangun dari tidurnya. Menghampiri Delia dan memeluknya dari belakang.

“Lepaskan, rasanya geli dan tidak nyaman.” ucap Delia seraya berusaha melepas pelukan Risa.

Setelah Risa melepas pelukannya dari Delia, Dafa datang dan duduk di depan meja makan yang sudah disiapkan Delia.

Dafa dan Delia berbincang seraya menyantap makanan mereka. Sementara Risa merasa sedikit iri dengan hal tersebut.

Sedari kecil sampai sekarang yang Risa rasakan jika di dekat Delia, tidak lain dan tidak bukan hanyalah rasa iri dengki.

Rasa sayang, perilaku hangat dan apapun itu jika menyangkut hal yang baik hanyalah kebohongan belaka.

Hidup tanpa di dampingi orang tua membuat Risa tidak bisa merasakan apa itu kasih sayang. Delia terlalu sibuk bekerja dan belajar hingga melupakan adiknya itu. Maka dari itu rasa benci dan iri menyelimuti dirinya.

Risa mendengar percakapan antara Dafa dan Delia di meja makan itu. Mereka membicarakan tentang kepindahan mereka ke rumah baru yang sudah dibeli sejak dulu.

Risa beranjak dari duduk nya dan menghampiri Dafa dan Delia yang tengah asik berbincang.

“Kak, kakak ipar. Apa aku bisa ikut kalian untuk tinggal bersama di rumah baru itu. Tenang saja, aku akan membayar sewa tiap bulannya. Aku kan sudah bekerja dan mendapat gaji yang tetap. ” Ucap Risa, merayu Delia dan Dafa dengan wajahnya yang sengaja diimutkan.

Delia dan Dafa saling bertatapan seolah meminta pendapat satu sama lain. “Risa, kita bicarakan ini lain kali. Kalian pergilah bekerja sebelum terlambat, ”ucap Delia setelah melihat piring Dafa dan Risa sudah kosong.

Tersirat pikiran yang bagus menurut Risa.

“Kak, antarkan aku juga ya, tempat kerja kita kan searah. ”Ucap Risa seraya menyelipkan rambutnya ke belakang telinganya.

Sekali lagi Dafa dan Delia saling bertatapan. Delia menganggukkan kepalanya, pertanda izin telah diberikan.

Dafa mengiakan permintaan Risa dan mereka beranjak dari tempatnya masing-masing.

Risa tersenyum penuh arti dengan sumringah.

Terpopuler

Comments

kim myujin 💜

kim myujin 💜

wah ada bibit pelakor nih🤭💜

2023-05-31

0

Nenk Dewi

Nenk Dewi

wah adenya ada niat yg lain ini

2023-05-27

0

Nenk Dewi

Nenk Dewi

hai akak ,,aku mampir

2023-05-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!