Kegugupan Delia

Hari mulai gelap dan hampir waktunya bagi Risa untuk pulang kerja.

Risa mengirim pesan pada kakak iparnya untuk menjemput dirinya. Tidak ingin menyerah, Risa menunggu di toko kelontong terdekat saat pesannya pada Dafa masih belum mendapat respon.

Malam itu riuh air tiba tiba saja menghempas aspal. Risa merasa sedikit panik karena jalanan juga mulai sepi. Orang orang yang tadinya hendak menyebrang di perempatan jalan, mulai memberundung ke sisi sisi gedung atau bahkan toko terdekat hanya untuk berteduh.

Risa dikejutkan lagi dengan gemuruh petir yang menyambar. Ia benar-benar tidak kepikiran untuk membawa payung hari itu.

Hujan sudah deras dan hal itu juga mulai membasahi daun yang ada di pepohonan.

“Mba, saya ingin semangkuk sup hangat.” Pekik Risa, memesan makanan hangat yang menurutnya bisa menghangatkan tubuhnya saat hujan.

Yah, seperti biasa saat hujan, hawa sekitar mulai terasa sangat dingin. Risa menahan dirinya dan tetap menunggu kakak iparnya bisa menjemput dirinya, jam demi jam.

Petir juga menyambar dengan cepat tiap menitnya. Dafa sampai kerumah tanpa menjemput Risa. Karena berpikir, mungkin adik iparnya sudah sampai di rumah.

“Lia di mana bu?”tanya Dafa ketika melihat ibunya setelah masuk ke rumah.

“Ah, sepertinya dia ada di kamar mandi Ibu. ”Jawab Yessi dengan santainya sambil meminum teh hangat dan membaca majalah. “Apa kamu mau minum teh bersama ibu. Ibu akan memanggil Delia untuk membuatnya. ”Imbuh Yessi seraya menawarkan teh.

“Kenapa Delia bisa ada di kamar mandi, kamar ibu? ”Tanya Dafa dengan penasaran.

Yessi mendekati Dafa lalu menjawab pertanyaannya,“hm. Kamar mandi di kamar ibu sangat kotor, jadi ibu meminta bantuan Delia untuk membersihkannya.”

“Jika meminta bantuan, setidaknya bantu Delia bu, Lia mungkin lelah mengurus semuanya sendiri.” ucap Dafa seraya ikut duduk bersama ibunya.

“Istri kamu itu masih muda, staminanya juga pasti kuat. Dan juga, dia harus punya tubuh yang bugar untuk memberikan ku seorang cucu. Kalau tidak bisa. Kamu menikah lagi sana!”

Ucap Yessi dengan sinisnya. Dafa yang baru saja duduk kini beranjak lagi dari tempatnya dan masuk ke ruangan kamarnya. Merasa kesal dengan perkataan sangat ibu yang terasa menusuk.

Dafa membuka ponselnya ketika sampai di kamar. Ia melihat pesan dari adik iparnya yang mengabarkan bahwa Risa masih menunggu dirinya untuk di jemput.

Dafa sangat tidak menduga akan hal itu. Ia berpikir adik iparnya itu akan pulang lebih dulu karena dirinya yang pulang lebih malam dari biasanya.

Dafa hendak menunggu istrinya terlebih dahulu untuk menenangkan istrinya yang sudah direpotkan oleh ibunya. Namun, pikirannya menjadi buncah ketika mendapat pesan dari adik iparnya.

Masih berpikir mau melakukan apa, sebuah telepon masuk ke ponsel genggam Dafa. Dafa dengan cepat menerima telepon tersebut.

Dalam diam, Dafa menunggu Risa untuk bersuara terlebih dahulu.

“Kakak ipar, aku masih menunggumu. Apa kamu akan memberikan aku sebuah kekecewaan dengan menunggu seperti ini?”Tanya Risa setelah Dafa menggesek ponsel pintarnya.

“Aku pikir kamu akan pulang lebih dulu. Sekarang kamu di mana, mau aku jemput?” Tanya Dafa. Hujan yang di sertai petir juga terus menerus terdengar dari suara ponsel Dafa.

“Sudahlah, hujan sangatlah deras. Aku tidak ingin kamu mengalami peristiwa mengerikan hanya karena mendatangiku. ”

“Jalanan pasti sangat licin. Aku akan pulang naik taxi. Katakan pada kakak untuk tidak mengunci pintu depan. ” Ucap Risa lalu dengan cepat menutup sambungan telepon itu.

Sungguh, Dafa merasa tidak nyaman di buatnya.

Baru saja ingin melangkah untuk menjemput adik ipar nya itu, dafa melihat istrinya yang teramat pucat masuk ke dalam kamarnya.

“Sayang? ”Dafa lekas memapah Delia dan membantunya duduk di kasur. Mengambilkan nya minuman dan membantu Delia untuk minum.

“Katakan saja kalau kamu tidak bisa melakukan pekerjaan sebanyak itu. Kenapa memaksakan diri?”Ucap Dafa setelah menaruh gelas ke meja.

“Aku tidak bisa melakukan itu. Ibu juga pasti lelah, setidaknya aku membantu ibu sebelum kita pindah bukan? ”Meskipun lelah, Delia berusaha untuk tetap tegar saat mengatan hal itu.

“Benar. Energimu pasti terkuras. Istirahatlah, Aku akan mengemasi semua pakain sendiri. ” ucap Dafa seraya berusaha menidurkan Delia.

Namun Delia menolak hal itu. Ia bahkan belum sempat mandi dan makan, maka dari itu Delia memutuskan untuk membantu Dafa.

Mereka saling bertatapan dan terbawa suasana. Setelah pernikahan, Delia tidur begitu saja meninggalkan suaminya. Mereka belum sempat menikmati malam pertama bersama.

Mata mereka yang tengah saling menatap itu seakan membuat seluruh tubuh mereka bergerak dengan sendirinya.

Tangan Dafa menyentuh wajah Delia. Dafa mendekati Delia dengan perlahan, satu tangannya lagi menahan tangan Delia yang hendak menghalangi wajah Dafa yang semakin mendekat.

Delia menurunkan tatapannya, “Apa kamu lapar ? ”tanya Delia. Dirinya sungguh sangat gugup. Perutnya terasa dipenuhi ribuan kupu-kupu. Belum lagi dadanya yang berdegup sangat kencang.

Dafa memperhatikan istrinya dengan sebuah senyuman, ia sangat paham dengan kelakuan Delia saat itu.

“Aku sudah makan diperjalanan pulang tadi. Sayang, kenapa wajahmu memerah?”tanya Dafa. Sungguh menyenangkan baginya untuk mengerjai Delia saat itu.

Delia menjauhkan diri dari tatapan Dafa. Namun, Dafa melakukan hal sebaliknya. Hidung mereka sudah menempel saat itu.

“Aku sudah masak udang tumis kesukaan mu, mau makan lagi? ”Tanya Delia seraya berusaha menghindari tatapan Dafa.

Tangan kanan Dafa yang tadinya menyentuh wajah Delia, kemudian beralih ke tangan Delia yang satunya.

Kedua tangan Delia kini dipegang sepenuhnya oleh Dafa. Wanita itu tidak bisa bergerak lagi.

“Kenapa kamu begitu gugup, Sayang?”tanya Dafa seraya mendekatkan wajahnya lagi.

Delia kembali menatap Dafa, “Itu ... ”

Dafa mengulangi perkataan Delia dan tersenyum jahil ketika Delia lagi-lagi menghindari tatapannya.

Meskipun rasanya gugup setengah mati, Delia dengan berani menatap Dafa kembali walaupun sesaat.

“Apakah aku boleh mandi terlebih dahulu, tubuhku terasa lengket karena detergen tadi, ”Ucap Delia.

“Bolehkah? Apa kamu mau melakukannya dengan tubuh yang sudah bersih? ” Dafa tersenyum jahil setelah mengatakan nya.

Pipi Delia lebih memerah lagi, hawa panas menyelimuti dirinya. Ia merasa pipinya akan kram, dan kupu kupu di perutnya akan keluar dengan ramainya.

Delia berencana berdiri dan langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Tapi, hal itu di gagalkan lagi karena Dafa menahannya lebih kuat lagi.

Saat mereka berdua terhanyut dalam tatapan mereka, tiba tiba saja ponsel Delia yang ada di atas meja lampu berdering dengan keras, dan suara ketukan pintu yang bersamaan membuat keduanya terkejut dan melepaskan pegangan satu sama lain.

Terpopuler

Comments

Sri. Rejeki

Sri. Rejeki

semangat semangat lanjut kakak.. 😊

2023-05-10

1

Galaxy

Galaxy

bau2 mbak kunti, mau keliling 🤣🤣🤣

2023-04-16

1

🍭ͪ ͩ🏡 ⃝⃯᷵ᎢᶬKristin⒋ⷨ͢⚤

🍭ͪ ͩ🏡 ⃝⃯᷵ᎢᶬKristin⒋ⷨ͢⚤

siapa ya yang ngetuk itu.. bau bau gak enak ini🤣🤣🤣

2023-04-16

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!