"Sudah, sudah. Masalah cincin saja kalian ributkan. Sekarang ganti topik saja," kata Tante Ellis ketus.
"Oya, Indah. bagaimana sudah ada tanda tanda?" tanya Tante Ellis lagi. Indah kembali menarik nafas panjang. Indah mengetahui jika pertanyaan Tante Ellis bukan hanya sekedar mengalihkan topik pembicaraan tapi untuk menyadarkan dirinya akan kekurangan yang tidak diinginkan semua wanita di dunia ini.
"Belum tante."
Indah menjawab dengan pelan. Tangan Rama meraih tangannya seakan mengetahui kesedihan istrinya. Manis sekali, tindakan suaminya itu. Andaikan perselingkuhan itu tidak diketahui oleh Indah. Tindakan Rama saat ini akan membuat Indah semakin mencintai pria itu. Tapi kini, tindakan Rama tidak ada artinya bagi Indah.
"Jangan menanyakan hal itu lagi Tante. Kami tidak pernah mempersalahkan tentang anak. Tanpa anak tidak akan mengubah kehidupan rumah tangga kami."
Indah muak mendengar perkataan suaminya. Perkataan itu berbanding terbalik dengan kenyataan sekarang. Rumah tangga mereka sudah diambang kehancuran. Dan Indah sangat membenci pengkhianat.
"Terima kasih mas," jawab Indah membalas sandiwara suaminya. Rama menganggukkan kepalanya dan membawa Indah ke pelukannya. Perlakuan manis tapi menyakitkan bagi Indah.
Indah tidak lagi menemukan kesedihan di wajah mertuanya. Sebelumnya jika membahas tentang kehadiran anak di rumah tangga mereka. Ibu Yanti yang paling terlihat sedih. Mungkin, karena akan mendapatkan cucu dari selingkuhan putranya. Bu Yanti tidak merasa sedih lagi.
"Kamu tidak ke kantor lagi mas?" tanya Indah. Bersamaan dengan itu. Ponsel Indah berdering. Nama Naya sahabatnya terlihat sebagai pemanggil di sana. Indah menolak panggilan itu. Indah mengirimkan pesan kepada Naya supaya nanti saja mereka berbicara.
"Sudah minta ijin tadi tidak masuk lagi sayang."
Wajah wajah panik tidak terlihat lagi di wajah orang orang itu. Indah pun merasa sudah cukup memberikan sport jantung kepada keluarga suaminya. Indah juga menyesuaikan diri dengan pembicaraan pembicaraan yang muncul begitu saja. Meskipun begitu, Indah masih berpikir siapa wanita kedua suaminya. Rasanya tidak mungkin wanita itu langsung pulang begitu makan siang selesai. Mungkinkah, wanita itu disembunyikan di salah satu kamar di rumah ini?
Indah berpikir keras bagaimana caranya untuk mengetahui siapa wanita kedua itu.. Hanya sekedar mengetahui tanpa mengungkapkan perselingkuhan itu. Mona tidak ada di ruangan itu. Indah sangat yakin jika adik iparnya itu sedang menemani calon istri kakaknya.
"Mbak Indah sudah makan?" tanya Intan. Indah menatap adik iparnya itu. Dia sudah mendengar pembelaan Intan atas dirinya. Dan Indah menghargai itu. Tapi untuk bertanya tentang wanita kedua milik suaminya kepada Intan. Rasanya tidak mungkin. Indah tidak yakin akan mendapatkan jawaban. Di bandingkan dirinya. Tentu lah Intan lebih memihak ke keluarganya sendiri. Intan memang membela dirinya. Tapi berusaha menyembunyikan perselingkuhan Rama tetap saja membuat hatinya kecewa.
"Sudah," jawab Indah berbohong. Dia belum makan siang karena rencana akan makan siang bersama mama mertua dan ipar iparnya. Ternyata keluarga suaminya juga sudah merencanakan makan siang bersama di rumah ini dengan seseorang yang menjadi duri dalam rumah tangganya.
Kali ini, Indah merasakan perbedaaan sikap Rama kepada dirinya. Kedatangannya di rumah itu sudah lewat jam makan siang. Tapi sepertinya Rama tidak perduli akan itu. Ketika Intan bertanya. Rama terus memandangi layar ponselnya seakan apa yang dilihatnya di layar ponsel itu lebih penting dari jawaban Indah.
"Mau jus mbak, biar aku ambilkan?" tanya Intan lagi.
"Kenapa harus pake tanya Intan. Ambil sana jus untuk mbak mu!. perintah bu Yanti.
"Tidak perlu Intan. Ma. Nanti kalau aku mau. Biar aku ambil sendiri. Sekarang memang benar benar masih kenyang," tolak Indah. Dia tidak ingin menikmati jamuan pertunangan suaminya dengan wanita lain meskipun itu hanya segelas jus.
Pembicaraan itu berlanjut tentang warisan papanya Rama yang menjadi sengketa di kampung halaman.
"Rama, warisan itu semua hak kamu. Kamu harus bisa merebut dari sepupu sepupu papa kamu," kata bu Yanti.
"Pasti ma. Dan aku membutuhkan bantuan Tante Ellis untuk itu," jawab Rama.
"Tante mendukung kamu Rama."
"Emang warisan itu bentuk apa tante. Tanah atau rumah?"
Giska yang sedari tadi tidak tertarik dengan pembicaraan apapun kini bertanya tentang warisan sengketa itu. Intan juga sepertinya tertarik dengan pembicaraan itu terbukti dari matanya berpaling dari layar ponsel.
"Warisan itu berupa sawah beberapa hektar jika diuangkan bisa mencapai milyaran rupiah."
"Lalu kok bisa sepupu sepupu papa yang menguasai tante?" tanya Intan.
"Aku dan papamu kan hanya dua bersaudara. Itu pun tidak ada yang tinggal di kampung. Daripada sawah sawah itu lahan kosong. Papa kalian mengijinkan sepupu sepupu kami menggarapnya. Tapi setelah papa kalian meninggal. Mereka mengklaim jika persawahan itu sudah dijual oleh papa kalian," jawab tante Ellis.
Indah tidak tertarik dengan pembicaraan itu karena dia merasa jika itu bukan urusannya lagi.
"Mas, aku ke atas dulu," kata Indah. Rama menganggukkan kepalanya.
Indah melangkahkan kaki ke arah dapur. Tujuan nya tentu saja tidak untuk mengambil makanan atau minuman melainkan mencari jejak wanita kedua suaminya. Entah mengapa, Indah sangat yakin jika wanita kedua suaminya itu berada di rumah ini.
Indah semakin merasakan hatinya berdenyut nyeri. Di atas meja di dapur itu. Indah menemukan Tupperware kuning miliknya. Untuk memastikan kecurigaannya. Indah membuka tutup Tupperware itu dan terlihat lah makanan yang sama dengan makanan yang dia berikan ke wanita pemulung tadi.
"Mungkinkah, wanita kedua itu Mirna?" tanya Indah dalam hati. Hatinya semakin sakit membayangkan hal itu. Tapi keberadaan Tupperware itu meyakinkan Indah akan dugaannya kepada Mirna. Tadi pagi, dirinya sendiri yang membagi makanan itu ke dalam rantang susun dan Tupperware itu. Indah mengetahui saudara seperti apa yang akan dikunjungi Mirna sehingga dirinya berinisiatif memberikan oleh oleh untuk dibawa Mirna.
Indah memegang dadanya. Air matanya hampir menetas tapi Indah berusaha menahannya. Dia tidak akan menunjukkan air matanya kepada orang orang dekat yang ternyata tega menusuk dirinya dari belakang.
Indah kembali menghubungi nomor Mirna. Jika wanita itu di rumah ini. Maka, Indah akan menyelesaikan permasalahan ini sekarang juga. Ternyata nomor Mirna sudah aktif dan berdering.
"Dimana kamu mir?" tanya Indah pelan sambil berjalan menaiki tangga. Jika Mirna di rumah ini. Dia sangat yakin jika wanita itu berada bersama Mona sekarang. Dan kini, tujuan Indah juga mengarah ke kamar mona.
"Aku baru sampai di rumah saudara mbak. Mbak sendiri di rumah kan?" tanya Mirna dari seberang. Indah tidak menjawab lagi. Dia memutuskan panggilan itu karena dirinya sangat yakin jika Mirna berbohong. Jantungnya berdetak dua kali lipat untuk membuktikan jika Mirna adalah wanita kedua itu. Indah berjalan sepelan mungkin setelah langkahnya mendekati kamar Mona. Dengan cepat, Indah mendorong pintu kamar Mona yang ternyata tidak terkunci.
"Ya ampun. Dasar Binatang kalian berdua."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Sukliang
mirna?
2023-06-14
0
Yusria Mumba
kasiang intan,
2023-06-12
0
Yuliana Tunru
jd benar mirna thorr..musuh dlm selimut di bantu kerja malah menusuk tak apa indah cukip semua x selesaikan dgn kehirmatan mu yg utama..gemes q thorr baca bahwa orang2 jahat adalah orang yg terdekat kita..rama sungguh tegaas
2023-04-18
0