"Mbak, sini," panggil Indah kepada sosok wanita salah satu tetangga mertuanya. Wanita itu mendekati kemudian tersenyum kepada Indah.
"Mau mulung mbak?" tanya Indah lagi. Wanita itu menganggukkan kepalanya. Karung yang sudah berganti warna di tangan kirinya dan kawat yang dibengkokkan ujungnya di tangan kirinya. Mertuanya memang mempunyai tetangga berbagai profesi termasuk wanita pemulung itu. Keluarga Rama bukan keluarga kaya sebelumnya. Mereka tidak tinggal di komplek perubahan yang warganya bisa dikategorikan semua orang kaya.
"Mbak Indah kok disini, padahal di rumah bu Yanti lagi rame loh," kata wanita itu.
"Ini juga mau ke Sana mbak. Ini untuk mbak. Dan ini untuk si kecil ya. Di kecil dimana mbak?"
Indah memberikan rantang susun dan dua lembar uang kertas merah ke tangan wanita itu. Setelah mengetahui kebohongan mama mertuanya. Tidak sudi rasanya memberikan masakan untuk mama mertuanya itu. Lebih baik diberikan kepada wanita pemulung itu yang lebih membutuhkan.
"Terima kasih ya mbak Indah. Si kecil di rumah mbak lagi tidur. Selagi si kecil tidur. Aku cari barang bekas dulu. Makasih ya mbak,"
Indah tersenyum. Dia adalah sosok yang suka memberi. Bukan hanya sekali ini, dirinya memberikan sesuatu kepada ibu pemulung itu. Dan yang paling disukai Indah dari wanita itu, tidak pernah menolak atau pura pura menolak.
Indah mengelus perut ratanya. Ekonomi yang cukup tidak menjanjikan mereka langsung punya anak. Sedangkan wanita itu, wanita yang mencari rejeki di saat anaknya tertidur tanpa ada yang menjaga. Benar benar kehidupan yang sulit.
Indah menarik nafas panjang menghilangkan sesak di dadanya. Pengkhiatan Rama yang diketahui hari ini membuat Indah berpikir alangkah baiknya tidak ada kehidupan di rahimnya saat ini. Setelah wanita itu, memoles wajahnya dengan bedak untuk menyamarkan wajah sembabnya. Indah bergegas ke rumah mertuanya.
Dengan langkah pasti, Indah menghampiri gerbang rumah mertuanya. Dia sengaja bersuara supaya orang orang di dalam rumah mengetahui kehadirannya. Saat ini, bukan waktu yang tepat untuk membongkar perselingkuhan suaminya. Indah ingin memberikan waktu kepada suami dan keluarganya bersandiwara.
"Loh, mas Rama disini?. Bukannya tadi di kantor?" tanya Indah pura pura tidak tahu. Rama terlihat gugup tapi bisa mengusai diri. Rama menyambut kedatangannya hingga ke pintu utama. Mobil milik Rama yang terparkir di depan rumah tidak bisa menutupi keberadaan Rama di rumah itu.
"Baru saja sampai sayang. Kok, tidak bilang bilang mau ke sini. Kan bisa mas jemput tadi."
"Tadi aku menghubungi kamu mas. Mas juga tidak cerita mau ke rumah mama kan."
"Mas lupa sayang. Soalnya baru saja, mama menghubungi dan langsung meluncur ke mari."
Indah pura pura percaya. Kakinya terus melangkah hingga ke ruang tamu. Benar seperti dugaan tadi. Keluarga Rama dari pihak papanya berkumpul di rumah itu dan hanya satu orang dari pihak ibunya. Sepupu jauh Rama yang sudah dua tahun ini menumpang di rumah ibu Yanti. Namanya Giska status mahasiswa dan satu kampus dengan Mona.
"Selamat siang ma, semuanya," sapa Indah. Sapaan disambut dengan senyuman manis ibu Yanti dan yang lainnya. Tidak ada keterkejutan di wajah orang orang itu, mungkin mereka sudah bisa mengusai diri ketika suara Indah terdengar mulai dari gerbang.
"Wah, Indah. Kamu tas baru sayang?" tanya ibu Yanti. Tas baru yang dimaksudkan ibu Yanti adalah tas yang sebelumnya hendak di berikan kepada wanita itu. Tapi karena Indah sudah mengetahui kebohongan mama mertuanya. Indah memakai tas itu dan memasukkan tas selempang yang hanya muat ponsel dan dompet ke dalam nya. Indah sama sekali tidak ingin memberikan apapun kepada mama mertuanya itu. Sakitnya berlipat lipat ketika orang yang disayangi secara tulus sanggup membohongi dirinya. Dan yang paling menyedihkan akan menghancurkan rumah tangganya.
"Iya ma. Cantik tidak?" tanya Indah. Tas itu diangkat dan diputar menunjukkan ke ibu Yanti.
"Cantik sayang. Ini tas yang mama mau itu."
Indah ingin tertawa. Wajah ibu Yanti terlihat menginginkan. Andaikan mereka berdua di ruangan itu, bisa dipastikan ibu Yanti tidak akan segan meminta tas itu. Tapi karena ada keluarga lain terutama Tante Ellis. Mama mertuanya menjaga gengsi.
Sedangkan Tante Ellis sendiri sama sekali tidak terlihat dengan tas yang dipakai oleh Indah. Selera wanita itu jauh diatas ibu Yanti. Tante Ellis mempunyai uang yang banyak, suaminya bekerja sebagai Direktur di perusahaan asing. Tas yang seharga dua jutaan tidak membuat matanya tertarik.
"Ma, ada acara apa disini. Sepertinya hanya aku saja yang tidak diundang."
Indah mengedarkan matanya menatap wajah wajah disekitarnya. Terlihat mereka semua menyembunyikan kegugupan apalagi dengan suaminya. Indah sangat yakin acara kumpul kumpul itu berkaitan dengan rencana pernikahan kedua suaminya bulan depan. Indah baru sadar, ternyata adik iparnya yang bernama Mona tidak ada di ruangan itu. Sedangkan Intan dan Giska duduk bersebelahan dengan tangan yang memegang ponsel.
"Ini bukan acara Indah. Kebetulan saja, Ellis lewat dan mampir. Berhubungan ada yang ingin ditanyakan om Gun kepada suami mu. Makanya dia dihubungi. Lagipula tidak mungkin ada acara di rumah ini, kamu tidak diundang. Kamu kan menantu mama."
Lagi lagi Indah menganggukkan kepalanya pura pura percaya. Tapi jangan tanya hatinya bagaimana. Selain sakit, dia marah kepada semua orang yang ada di ruangan itu apalagi melihat ada yang berbeda di jari manis suaminya sebelah kanan. Ada cincin baru. Indah menyimpulkan jika acara di rumah ini adalah acara tukar cincin dengan calon istri suaminya. Dan jika benar pemikirannya. Dimana wanita kedua itu. Tidak ada perempuan lain di rumah itu.
"Mas, kamu cincin baru?" tanya Indah. Dia sengaja membuat suaminya dan keluarganya sport jantung. Terserah Rama mau memberikan jawaban. Tapi Indah puas melihat wajah wajah panik di sekitarnya.
Om gun yang sedang meneguk minuman hampir tersedak sedangkan istrinya langsung meraih botol minum dan pura pura minum. Intan dan Giska pura pura melihat layar ponsel sedangkan ibu Yanti memalingkan wajahnya. Rama jangan ditanya lagi. Wajahnya memerah dan terlihat gelisah. Laki laki itu yang terlihat paling gugup kemudian menarik cincin itu dari jari manisnya.
"Ini punya mama sayang. Pemberian papa katanya. Aku suka, jadi aku minjam sebentar. Ini ma cincinnya."
"Ah Masa sih. Sepertinya cincin itu model terbaru mas," kata Indah lagi. Mungkin karena tidak tahan dengan pertanyaan Indah. Om Gun sampai beranjak dari duduknya dan pergi ke arah dapur. Istrinya terbatuk batuk sedangkan bu Yanti langsung menerima cincin itu dan memasukkan ke jari tengahnya.
"Ini benar cincin mama Indah. Tidak mungkin kan suami mu membeli cincin tanpa sepengetahuan kamu," jawab ibu Yanti.
"Mungkin juga ma. Kalau mas Rama berencana menikah di belakang ku, Kan tidak mungkin memberitahukan membeli cincin pertunangannya."
Indah puas menikmati wajah wajah panik yang ada di hadapannya. Tapi sepertinya Rama dan keluarganya adalah orang orang yang pandai bersandiwara. Mereka hanya terlihat panik sedetik dan langsung bisa mengusai keadaan. Mungkin seperti itulah selama ini mereka pura pura baik kepada Indah dan Indah tidak menyadarinya.
"Kamu berkata apa sih sayang. Kamu wanita yang paling aku cintai. Tidak mungkin aku menikah lagi."
Rama memainkan sandiwaranya. Demi apapun, Indah sangat menginginkan wanita selingkuhan suaminya berada saat ini bersama mereka supaya mendengar perkataan Rama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Uthie
seru 👍😁
2023-10-15
0
Sukliang
mulaiiii
2023-06-14
0
Yuliana Tunru
rama dusta mu sangat sempurna..sabar indah nikmati semua proses x agar kamu tau langkah sekanjut x tp q yakin thor klo pelakor itu bkn orang yg indah tdk kenal..seru yg byk up x q ksh bintang 5
2023-04-18
0