PKR Empat

Di dalam hatinya Bara bersorak gembira melihat tubuh Inari yang membeku di ambang pintu.

“Cepat ambilkan, bisa-bisa aku terlambat!”

Inari menarik nafas panjang sebelum membalikkan tubuhnya, dari tempatnya Inari bisa melihat wajah tenang Bara yang menampilkan senyum tipis.

Perlahan tapi pasti Inari masuk kembali untuk mencari pakaian dalam untuk Bara. Matanya sudah melihat bentuk kain yang pernah ia temui di media online.

Rasa jijik menghampiri hatinya, tetapi dia tidak bisa menolak. Apalagi tugas pelayan adalah melayani majikannya.

Dengan ragu Inari mengambil pakaian dalam itu dan menyimpannya di dekat pakaian yang ia siapkan.

“Sudah tuan,” ucap Inari.

Bara memegang handuk yang melilit di pinggangnya. Inari yang melihat itu terkejut dia takut Bara akan membuka handuknya yang akan menampilkan kepemilikannya.

Saat melihat Bara yang akan membuka handuk di pinggangnya Inari menutup mata sambil berteriak, “Tidaaaaak.”

Bara tertawa terpingkal-pingkal melihat reaksi Inari, benar-benar membuatnya puas karena berhasil mengerjai pelayannya.

Mendengar tawa Bara, Inari mengintip lewat celah jarinya. Bara tidak benar-benar membuka handuk di pinggangnya.

Bibir Inari mengerucut sempurna, dia berjalan melewati bara dengan kaki yang di entakkan.

Bara hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan pelayanannya yang bagaikan anak kecil.

“Sebenarnya siapa dirimu?” gumam Bara begitu melihat punggung sang pelayan menghilang di balik pintu.

Inari keluar dari kamar tuan Bara dengan perasaan kesal. Dia mengepalkan tangannya di udara, wajahnya memerah menahan amarah. Karena tuan Bara telah berhasil mengerjainya.

Arzan membuka pintu kamarnya dengan perlahan, dia melihat inari tengah menahan emosi. Kerutan di keningnya muncul, “Kamu sedang apa?”

Inari terlonjak kaget dia membalikkan tubuhnya melihat ada Tuhan Arzan di depannya. Dia menunduk hormat, “Saya baru saja selesai menyiapkan baju tuan Bara.”

Arzan tidak menjawab ucapan Inari, Dia berjalan dengan santai menuju ruang makan tanpa memedulikan Inari yang terlihat kesal.

Helaan nafas keluar dari mulut inari, ia berjalan menuju ruang makan. Sesampainya di sana Arzan sudah duduk dengan tenang di kursinya.

Sesuai dengan tugas yang ada di map Inari mencoba melakukannya. Dia mengambilkan nasi untuk Tuan Arzan.

Arzan hanya diam memperhatikan Inari yang dengan sigap menyiapkan sarapannya.

Inari berdiri di belakang azan memperhatikan tuannya yang sedang menikmati sarapan paginya. Tidak berapa lama Bara muncul di ruang makan dengan pakaian yang berbeda, dalam artian baju yang Inari siapkan tidak dipakainya.

Senyum merekah muncul di wajah Bara, Dia sangat senang melihat Inari yang kesal.

Bara duduk di samping Arzan, dia menunggu Inari menyiapkan makanan untuknya.

Inari mengepalkan kedua tangannya saat melihat tatapan Bara yang meminta untuk disiapkan sarapan. Ia menarik nafas dan mengeluarkannya secara perlahan.

Inari berusaha meredam emosinya, setelah menyiapkan sarapan untuk Bara. Inari kembali berdiri di belakang tuannya yang sedang sarapan.

Bara mendorong sepiring nasi goreng menjauh darinya. “Pagi ini aku ingin sarapan roti panggang, dan aku ingin Inari yang membuatnya,” ucap Bara tanpa menengok pada Inari.

Inari berdecap pelan, “Sepertinya Bara memang ingin menguji kesabaranku,” batin Inari.

Kalau hanya roti panggang, Inari bisa melakukannya dengan lihai. Tidak memakan waktu lama keinginan Tuan Bara sudah terpenuhi.

“Silakan tuan Anda tinggal pilih selai yang Anda mau,” ucap Inari sambil menyimpan pesanan Bara di atas meja.

Arzan sudah menyelesaikan sarapannya, Dia bangkit dari duduknya dan berjalan meninggalkan ruang tamu untuk segera pergi ke kantor.

Bara mulai mengoleskan selai ke atas roti panggang yang sudah disiapkan inari. Dia mulai memakan sarapannya dengan tenang, Bara membalikkan tubuhnya menghadap Inari yang sedang berdiri tidak jauh darinya.

“Pelayan buatkan aku susu hangat!“ ucap Bara memerintah pada Inari.

“Baik Tuan,” jawab Inari. Dia berjalan menuju pantry yang kebetulan ada Minah yang sedang mencuci wajan yang telah dia pakai.

Minah yang sudah mendengar jelas permintaan Tuan bara, dia mencuci tangan lalu mengambil kotak susu dan memberikannya pada Inari.

“Terima kasih,” ujar Inari pelan.

Minah menganggukkan kepalanya sebagai jawaban sama-sama.

Semua keinginan Tuan Bara sudah Inari penuhi sebagai pelayan. Dia menghela nafas lega karena semua majikan sudah meninggalkan rumah.

“Ternyata melelahkan juga menjadi seorang pelayan,” keluh Inari.

***

Siang itu inari bisa bersantai di dalam kamarnya, dia mempelajari beberapa hal yang harus diketahui tentang majikannya yang baru ia baca sekilas pagi tadi.

Suara ketukan di pintu membuat Inari mengalihkan perhatiannya dari map yang sedang ia pegang. Dia berdiri dan membuka pintu perlahan, di sana ada Bara yang terlihat berbeda raut wajahnya. Seperti sedang menahan marah dan kesal, “Kenapa pria itu?” tanya Inari di dalam hatinya.

“Ada apa tuan?” tanya Inari ramah sambil berusaha tersenyum.

“Kamu ikut saya!” Bara berjalan meninggalkan Inari yang mematung di tempatnya.

Inari sedang tidak ingin mencari masalah pada Bara, dia berjalan mengikuti Bara sampai di luar rumah keningnya berkerut melihat Bara naik ke atas motor dan menghidupkannya.

“Cepat naik!”

“Tapi tu-“ ucapan Inari di potong oleh Bara.

“Cepat Riri!” pekik Bara.

Tanpa banyak bertanya Inari mendekat dan naik ke motor sport bara, “Aduh bagaimana naiknya?” batin Inari.

Ini pengalaman pertama Inari naik motor, apalagi baju pelayannya sungguh merepotkan karena bagian bawahnya rok seperti baju pelayan pada umumnya.

“Pegang bahu saya, kaki kamu pijak step lalu duduk dengan manis,” imbuh Bara.

Inari mengikuti arahan Bara, dan dia bisa duduk dengan tenang di motor. Tangan Inari mengambil helm yang di berikan bara lalu memakainya. Motor yang di kendarai bara mulai membelah jalan yang cukup menyengat siang itu. Inari merasa kulitnya terbakar karena sinar matahari langsung mengenai kulitnya, dia menggosokkan tangan kanan pada tangan kirinya dan ia melakukannya secara bergantian.

“Kamu kenapa, Tidak pernah naik motor?” ucap Bara sambil memperhatikan Inari lewat kaca spion motornya.

Inari tidak mungkin jujur pada Bara, yang ada pria itu akan bertanya lebih banyak tentangnya. “Pernah tuan, tapi saya tidak pernah keluar siang bolong seperti ini.”

“Kenapa kau takut hitam?”

“Bukan takut hitam hanya saja saya tidak senang mandi keringat.”

Setelah itu keheningan menyapa mereka, sampai di tempat tujuan Bara memarkirkan motornya di basemen. “Kita mau apa ke sini tuan?”

“Kamu harus tampil cantik mala mini untuk menemani aku ke pesta ulang tahun,” jawab Bara sambil melangkah menuju lift.

Inari berjalan mengekor di belakang bara, “Kenapa saya? Memangnya tuan tidak punya pacar untuk di pamerkan?”

Bara menghentikan langkahnya, hingga Inari yang tidak siap menabrak tubuh Bara yang tiba-tiba berhenti. “Aduh tuan sakit,” Inari meringis sambil meraba keningnya.

Bara membalikkan tubuhnya, dengan jarak yang cukup dekat dia mendekatkan wajahnya untuk melihat keadaan kening Inari.

Inari menahan nafasnya, saat jari tangan bara menyentuh keningnya. Apalagi dengan posisi sedekat ini, Inari tidak pernah berdekatan dengan pria hingga seintim ini.

Inari mendorong tubuh Bara agar sedikit menjauh darinya, “Saya baik-baik saja tuan.”

Bara melihat pipi Inari memerah terkekeh, “Kenapa wajahmu semerah itu?”

Inari menundukkan kepalanya, dia benar-benar malu. “Sepertinya udara di sini sangat panas tuan.”

Bara menggelengkan kepalanya melihat Inari yang berjalan mendahuluinya, “Polos sekali wanita itu.”

Terpopuler

Comments

Devinta ApriL

Devinta ApriL

bakalan sama siapa nih si Inari.. Arzan apa Bara.. mungkinkah Arzan ya.. karena lebih Dewasa..

2023-04-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!