Pelayan Keluarga Ravindra

Pelayan Keluarga Ravindra

PKR Satu

Seorang wanita muda berjalan dengan tergesa menuju ruangan CEO yang ada di perusahaan yang baru ia datangi, tanpa mengetuk pintu perempuan tersebut membuka kasar pintu ruangan CEO.

Dia berjalan menghampiri pria paruh baya yang tengah duduk di meja kerjanya yang kini melihat ke arah pintu yang terbuka dengan seorang wanita yang dia kenali.

Wanita tersebut duduk di kursi yang berada tepat di depan meja pria yang kini menatapnya. “Maksud Papa apa?” Wajah wanita itu merah menahan amarah, bagaimana tidak pria di hadapannya mendaftarkan dirinya di fakultas Bisnis.

Pria yang masih duduk dengan tenang di meja kerjanya adalah Kuswanto, CEO di perusahaan itu. Pria itu memperhatikan anaknya yang mulai protes atas keputusannya. Wanita di hadapannya adalah putri semata wayangnya bernama Inari.

“Jawab Pa!” bentak Inari, kesabarannya sudah habis. Inari mengatur nafasnya, mencoba menenangkan emosinya.

Kuswanto merasa Inari sudah sangat keterlaluan, sifatnya tidak mencerminkan anak seorang CEO. Selama ini Kuswanto menuruti semua keinginan anaknya, tapi kali ini Inari harus mau mengikuti keinginannya.

“Tidak sopan kamu!”

Inari berdecap kesal, “Inari sudah bahas ini, Inari mau ambil seni, kenapa Papa malah mendaftarkan Inari di kelas bisnis.”

“Kamu harus masuk bisnis, dan menggantikan kedudukan Papa!”

Helaan nafas keluar dari mulut Inari, “Kalau Papa masih memaksa Inari untuk menggantikan Papa, lebih baik Inari pergi dari rumah!” Inari mencoba memberi ancaman.

Dia tidak suka bisnis, Inari lebih suka bermain musik atau kesenian lainnya.

Kuswanto bangkit dari duduknya, matanya menatap Inari dengan tatapan tajamnya. Kuswanto ingin tahu seberapa nekat Inari, selama ini Inari selalu di manjakan dengan berbagai fasilitas yang di sediakan nya.

“Oke, silahkan pergi!” tegas Kuswanto.

Mata Inari terbelalak mendengar ucapan tegas yang keluar dari mulut papanya. Tapi dia tidak boleh lemah, Inari tidak ingin duduk dan membaca berkas seperti Papanya karena itu adalah kegiatan yang sangat membosankan menurutnya.

Inari bangkit dari duduknya, memberi tatapan permusuhan pada Kuswanto. “Oke, Inari akan pergi!”

Inari memalingkan wajahnya, dia berjalan hendak melangkah untuk keluar dari ruangan Papanya. Kuswanto tersenyum tipis melihat Inari yang bersemangat untuk keluar dari ruangannya.

“Berhenti!”

Inari menghentikan langkahnya, dia membalikkan tubuhnya menatap Papanya. Dalam hati Inari bersorak gembira ternyata Papa bisa dengan mudah membatalkan keinginannya hanya karena Inari akan kabur dari rumah.

“Kartu ATM, kunci mobil, dan ponselmu kembalikan. Itu semua milik Papa, kalau kamu mau pergi silakan dengan tangan kosong.”

Mulut Inari menganga, mendengar rentetan kalimat yang di ucapkan Papanya. Sorak gembira di hatinya musnah seketika, Inari mulai berdebat dengan pikirannya. Dia tidak mungkin meninggalkan rumah tanpa membawa benda berharga miliknya.

“Kenapa, kau takut jadi gelandangan?” ucap Kuswanto dengan tenang sambil menunggu reaksi Anaknya.

Inari mengepalkan tangannya, dia merasa di remehkan oleh Papanya. “Enggak, Inari enggak takut.” Ucap Inari penuh keyakinan untuk membuktikan pada Papanya kalau dia bisa hidup tanpa bantuan fasilitas Papanya.

Dia berjalan mendekati Papanya, mengeluarkan kunci mobil dari saku jaketnya lalu menyimpannya di atas meja kerja Kuswanto.

“Oke Inari kamu pasti bisa,” ucap Inari di dalam hatinya untuk menyemangati dirinya.

Inari mengeluarkan dompet yang ada di dalam tasnya, memberikan semua kartu ATM yang dia pegang. Inari tersenyum gembira, karena dewi keberuntungan berpihak padanya. Sebelum datang ke ruangan Papanya Inari sempat menarik uang sebesar satu juta rupiah.

Kuswanto memperhatikan dompet Inari yang sedikit membengkak karena ada uang lembaran yang sedikit menonjol. “Uang tunainya juga, itu milik Papa.”

Inari membelalakkan matanya, Papanya ini benar-benar tidak memiliki belas kasihan padanya. Inari mengeluarkan uang tunainya juga tapi tidak semua, dia sengaja menyisihkan nya.

“Semua!”

Inari mengerucutkan bibirnya, dengan berat hati Inari mengeluarkan semua uang tunai miliknya tanpa menyisakannya satu pun. Lalu meletakkannya dengan kasar di meja kerja Papanya, “Ini sudah semua.”

“Ponsel.”

Inari mencoba mencari Alasan, jika semua uang dan ATM di sita oleh Papanya bagaimana caranya Inari bisa meminta bantuan pada teman-temannya. “Ponselku ketinggalan di rumah Ajeng,” ucap Inari memberi Alasan.

Kuswanto mengeluarkan ponselnya lalu menekan nomor ponsel Inari. Dia tersenyum mendapati nada ponsel milik Inari yang berdering di tengah keheningan.

Inari melirik sebal pada Papanya, kali ini dia tidak ingin mengakui pria menyebalkan yang ada di depannya ini adalah papa kandungnya. “Dasar Papa tiri,” gerutu Inari di dalam hatinya.

Dengan berat hati Inari mengeluarkan ponselnya dari saku celananya, lalu menyimpannya di atas meja kerja Papanya.

“Silakan pergi,” ucap Kuswanto mengusir Inari dengan nada sombongnya.

Inari membalikkan tubuhnya dia berjalan dengan mengentak-entakkan kakinya. Dia benar-benar kesal dengan sikap yang di tunjukan Papanya, Inari membuka pintu ruangan Papanya dan berjalan ke luar ruangan CEO.

Kuswanto tersenyum melihat tingkah yang di tunjukan Inari, dia yakin Inari akan kembali ke ruangannya dalam hitungan menit. Kuswanto benar-benar mengenal sifat anak semata wayangnya itu, Inari tidak akan pernah bisa hidup tanpa kemewahan.

Bahkan Kuswanto tidak pernah merasa sayang dalam mengeluarkan uang berapa pun demi membuat Inari bahagia. Saat ulang tahun Inari yang ke dua puluh saja Kuswanto mengeluarkan uang miliaran untuk menggelar pesta mewah untuk Inari.

Inari berjalan menuju lift, lalu masuk ke dalam lift dan turun di lobi. Inari berjalan keluar menuju parkiran, di tatapnya mobil lamborgini kesayangannya dengan perasaan sedih.

Bahkan air mata Inari berhasil menetes, namun dengan cepat Inari menghapusnya. “Dadah Cici, Inari harus pergi dulu,” ucap Inari sambil melambaikan tangannya ke arah mobil berwarna merah muda di hadapannya. Cici adalah nama mobil kesayangan Inari, ini adalah hadiah ulang tahun dari Papanya yang baru beberapa bulan dia pakai.

Inari berjalan meninggalkan area tempat parkir dengan tubuh lesunya. Namun dia paksakan untuk berjalan tanpa arah tujuan. Langkah Inari sangat pelan, dia memikirkan beberapa kemungkinan yang harus dia lakukan untuk menjalani hidupnya.

Inari tidak pernah bekerja sama sekali, untuk apa harus bekerja jika Papanya bisa menyediakan semua keinginannya. Inari mengerucutkan bibirnya, dia bingung harus pergi ke mana. Semua rumah teman-temannya memiliki jarak yang cukup jauh dari kantor Papanya.

Andai saja Kuswanto menyisakan sedikit uang untuk Inari membayar ongkos taksi mungkin Inari tidak akan kelelahan seperti ini.

Di bawah terik mata hari yang menyengat, Inari sudah merasa sangat kepanasan. Dia tidak bisa pergi seperti ini, dia memutar balik langkahnya. Dia merasa tidak sanggup untuk menghidupi dirinya sendiri, Inari memilih menyerah.

Tidak ada ide sama sekali di kepalanya, dengan langkah tergesa-gesa Inari berjalan menuju perusahaan Papanya. Namun setelah sampai di area parkir Inari menatap gedung tinggi di depannya. Inari tidak ingin duduk di belakang meja hanya membaca berkas-berkas yang harus di pelajarinya.

Inari menggelengkan kepalanya, dia tidak ingin menjadi CEO seperti papanya. Yang setiap pagi berangkat dan pulang malam hanya untuk menghadapi berkas-berkas yang menumpuk di meja kerjanya.

Sementara di ruangan kerja pria paru baya bernama Kuswanto sedang tersenyum melihat tubuh anaknya yang kembali menghampiri perusahaannya. “Kamu tidak akan bisa melepas kemewahan ini Inari,” ucap Kuswanto dengan senyum merekah.

Terpopuler

Comments

Devinta ApriL

Devinta ApriL

wkwkwkkk sudah pilihan kamu sendiri ya Inari.. jadi harus tanggung semua resiko dan konsekuensinya.. 😂😂😅

2023-04-17

1

Devinta ApriL

Devinta ApriL

keren! gk cuma cowok yang bisa hidup mandiri,tetapi wanita juga bisa asalkan diimbangi tekad dengan usaha.. semangat Inari.. 💪💪
dah mampir ya Thor

2023-04-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!