Beberapa hari kemudian, tepatnya ketika Tirani tengah berbelanja kebutuhan pokok bersama kedua asisten rumah tangga. Di sebuah pusat perbelanjaan nan besar ia mencari semua hal yang di butuhkan. Kali ini Tirani tidak bersama kedua buah hatinya "Coba lihat sebelah sana adalh kecapasin tidak?" Titah Tirani kepadasalah satu asiten rumah tangga. Setelah mendapat perintah tentu saja snag asisten langsung berjalan menuju tempat yang di tunjuk olehnya.
Setalah itu Tirani kembali memilih bebetapa bahan pokok dan juga sayur mayur. Tiba tiba saja seseorang menutup matanya dengan telapak tangan. "Siapa?" Berusaha melepaskan tangan kekar tersebut meski tidak mudah baginya.
"Coba tebak kalau bisa"
Tirani merasa tidak asing dengan nada suara itu "Ibu panti?"
Benar saja ketika Tirani berbalik badan tiba riba saja ia melihat sosok ibu panti sedang berdiri tersenyum di hadapannya "Sedang apa kmau di tempat ini, anakku?" Tanya beliau sambil berkaca kaca. Anak kecil yang dulu beliau rawat sepenuh hati telah menemukan jalan takdirnya sampai menjadi istri dari orang ternama.
"Lagi belanja ya pasti" sambil menyentuh pundak Tirani.
"Iya, bu. Bahan pokok di rumah sudah menipis. Kalau ibu sendiri mau cari bahan pokok juga ya?"
Ibu panti mengangguk "Kalau boleh ibu mau bicara sama kamu sebentar itu pun kalau kamu bisa"
Tentu saja Tirani tidak keberatan. Mereka memutuskan untuk mencari tempat nyaman untuk berbincang bincang. Tidak jauh dari tempat mereka terlihat ada ssbuah cafe kecil, mereka singgah sejebak di sana sambil bercengkrama melepas rindu.
Dengan ragu beliau berusaha menatap kedua mata sang anak asuhnya tersebut "Tapi sebelumnya ibu mau minta maaf padamu, karena mungkin beberapa pertanyaan dapat menyinggung hatimu, anakku" mengusap tepi wajah Tirani.
Meraih tangan ibu panti "Tidak akan, ibu adalah orang tuaku jadi apa pun pertanyaan ibu pasti akanku jawab apa adanya"
Menarik nafas "Sebagai seorang ibu tentu wajib menanyakan hal yang membuatnya gelisah (Manatap dalam netra Tirani) berdasarkan rumor di luar sana tentang kamu sebagai wanita malam, apakah itu benar?"
Seketika Tirani menunduk, hatinya bergetar takut ibu panti kecewa padanya.
"Iya, bu. Semua benar"
Ucapan Tirani mempu meruntuhkan diri Ibu Panti, sampai air mata berguguran "Jadi mereka semua benar, bahwa kamu adalah...." Mulut tak sanggup berkata kata setelah Tirani mengungkap segala kenyataan yang ada. "Kanapa bisa kamu tenggelam dalam dosa, anakku? Ibu sudah bilang jika kamu dalam kesulitan kembalilan pada ibu, setiap saat setiap waktu pintu rumah akan selalu terbuka"
Tirani menatapnya lalu menyeka air mata ibu panti "Semua karena pada waktu itu aku terlalu malu untuk kembali, kejadian malam itu merenggut semua harapanku" Bangkit lalu berjalan satu langkah. "Malam itu dunia serasa hancur, kiamat seolah telah terjadi padaku. Maafkan aku ibu secara langsung telah membuatmu kecewa atas semua didikanmu selama ini" Berbalik badan lalu bersimpuh di kaki beliau "Andai waktu bisa di putar maka hari ini ibu tidak akan meneteskan air mata untukku" Saking sayangnya Tirani kepada beliau, sampai rasa sayang seolah selayaknya ibu kepada sang anak.
Mengusap kepala Tirani dengan berderai air mata "Ibu tidak menyalahkan takdir, anakku. Semua yang telah terjadi tidak akan pernah kembali lagi, namun semua masih bisa di perbaiki. Sekarang kamu sudah menjadi seorang istri dan juga seorang ibu, untuk itu jagalah fitrahmu sebagai dua peran sekaligus. Jangan pernah kembali pada dunia malam yang kelam, ubahlah kegelapan lalu menjadi cahaya indah keesokan hari."
Mendongak menatap wajah ibu panti "Tirani akan berusaha menjadi istri dan ibu yang baik, bu. Dengan menikah dengan ayahnya anak anak, Tirani akan tinggalkan dunia gelap itu" Janji Tirani pada diri sendiri untuk tidak kembali terjerumus dalam lembah dosa.
"Baguslah kalau begitu" Membawa Tirani kembali duduk di samping beliau lalu mereka berpelukan sejenak.
"Dia....?" Seorang wanita gempal mengepalkan kedua tangan ketika tanpa sengaja melihat Tirani. Tanpa basa basi ia langsung menghampiri Tirani.
"Dasar wanita tidak tau malu, bagaimana bisa kamu duduk manis di sini berbelanja apa pun yang kamu mau,....." Menyeret paksa Tirani lalu dengan keras ia menamparnya sampai kedua pipi Tirani memerah seperti buah tomat.
Menyentuh pipi "Bunda Siska?" Betapa terkejutnya Tirani ketika melihat bunda Siska sudah berada di depan matanya.
Menjambak rambut belakang "Masih bisa kamu hidup bahagia sedangkan aku menderita, kamu harus menebus semua perbuatanmu itu" Menoleh kebelakang memberi kode pada empat orang di belakangnya. Empat pria tinggi besar yang selalu menjaganya setiap hari. Sejak kejadian pembakaran itu bunda Siska meminta bantuan pada beberapa orang.
"Semua bukan salahku, tapi salah anda sendiri. Bukankah perjanjian awal sudah jelas bahwa aku sudah menjadi milik Pria bertopeng itu, yang tidak lain adalah suamiku sekarang." Tirani bukan wanita lemah seperti dulu lagi, ia mampu membalas semua ucapan bunda siska.
"Berani sekali kamu mengajariku tentang apa yang salah dan yang benar? tau apa kamu tentang semua itu?" kedua mata membulat sempurna seolah emosinya meledak dalam satu waktu.
"Jelas aku tau semuanya, karena memang dalam perjanjian tertulis bahwa suamiku telah membebaskanku dari jeratanmu. Suamiku telah mengeluarkan banyak uang dan kamu masih menjebakku untuk mengahsilkan uang di club malammu itu" Kedua tangan Tirani mengepal erat.
Ibu panti melihat semua tentu memint Tirani untuk tidak teebakar api, beliau juga mengajaknya untuk pergi.
"Kamu tunggu saja pembalasan dariku...." lantang Bunda Siska dari kejauhan.
Setelah Tirani berhasil pergi dari hadapan Bunda Siska, Ibu panti memintanya segara pulang karena tidak aman jika beradadi tempat itu. Benar saja beberapa orang suruhan bunda Siska mengikuti mereka kemana pun mereka pergi. Tiba saatnya Tirani keluar mall bersama dengan ibu panti. Ibu panti sudah mendapatkan taksi online dan segera pergi. Tirani masih terdiam sambil melambaikan tangan.
Tak lama seelah itu tiba tiba seseorang membekap mulutnya hingga kesadarannya mulai menghilang. Dari kaca mobil terlihat Tirani di bawa paksa oleh beberapa orang "Stop, pak. Berhenti sebentar" Pinta ibu panti. Beliau lalu turun dari mobil dan melihat Tirani di bawa pergi oleh orang surahan bunda Siska.
"Hey....berhenti kalian mau di bawa kemana anakku" berlari mengejar mobil yang membawa Tirani, namun semua sia sia, mobil melaju dengan kencang sahingga tenaga maanusia tidak akan bisa mengalagkan tenaga mesin.
Ibu Panti lalu kembali menghampiri taksi online "Ikuti mobil di depan tadi, pak" Dengan tergesa gesa beliau meminta driver taksi online mengikuti mobil yang tengah membaw Tirani.
"Tapi....bu"
"Tidak usah tapi tapian, ikuti saja masalah uang naanti bisa saya bayar dua kali lipat"
"Baiklah kalau begitu, bu." Pak Driver langsung mengikuti mobil itu meski sudah tertinggal jauh.
"Bagaimana ini jalanan macet" Memijat kepala karena jalanan siang itu begutu padat. Mobil hitam milik Bunda Siska pun telah menghilang dari pandangan.
"Maaf bu kita kehilangan jejak mereka"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments