Nama-nama seluruh hewan di kebun binatang diabsennya satu per satu, setiap sumpah serapah yang ada di dunia telah ia muntahkan selama berjam-jam, namun Odelia masih belum merasa puas.
Kontras dengan baju pelangi dan sarung pantainya, Odelia memaki-maki dengan amarah yang meluap-luap!
Seminggu yang lalu Odelia berlibur bersama suami dan anaknya, Brandon ke Bali. Ia pulang dengan perasaan bahagia memikirkan betapa terkejutnya teman-temannya dengan oleh-oleh yang ia bawakan.
Namun bukannya mereka yang terkejut, Odelia-lah yang dikejutkan dengan berita percobaan bunuh diri yang dilakukan oleh Juni.
Odelia langsung melaju ke rumah sakit begitu saja. Ia bahkan tidak peduli dengan penampilannya yang salah kostum itu!
Ketika ia melihat Juni dalam kondisi yang buruk, Odelia mengomel tiada henti.
"Apa kamu bodoh, heh?! Apa kamu gila?! Apa kamu kehilangan otak?! Bagaimana bisa kamu memutuskan untuk mati hanya karena b*adab yang selingkuh itu?! Bagaimana bisa, heh?!" Ujar Odelia lantang.
Wajahnya merah padam saking marahnya. "Apa kamu pikir kalau kamu mati dia bakal sakit hati?! Dia bakal nyesel terus menyusul kamu bunuh diri gitu?!"
"Kalau kamu tidak peduli pada dirimu, kalau kamu tidak peduli pada hidupmu seharusnya kamu peduli pada keluargamu, ayah ibumu, Zoe bayimu yang baru lahir! Kamu harus peduli!! Kamu harus peduli pada saudaramu yang akan menikah dengan sahabatmu!! Kamu harus peduli, heh?!" Ujar Odelia dengan nafas ngos-ngosan.
"Jika tidak.. jika tidak.. maka kamu harus peduli padaku!! Pedulilah padaku!! Apa kamu pikir saat aku kembali dari Bali dan melihatmu seperti ini, maka aku tidak akan merasa sakit?! Apa kamu pikir aku tidak akan merasa sedih?! Heh??!"
Suara yang tadinya sarat akan emosi perlahan-lahan berubah basah dan diselingi Isak tangis. Odelia kemudian menangis tersedu memeluk Juni yang juga menangis lunglai di ranjangnya.
Meski Odelia mencaci makinya seperti itu, Juni sedikitpun tidak marah. Ia malah merasa lega.
"Kamu tidak perlu memikirkan b*jingan itu!! Atau j*lang itu! Aku akan buat mereka hidup segan mati tak mau!" Geram Odelia.
Odelia adalah sahabat Juni dan juga Nawang. Berbeda dari Nawang yang telah mengenal Juni sejak kecil, Odelia berteman dengan keduanya saat menginjak Sekolah Menengah Atas.
Odelia adalah gadis yang unik. Berbeda dari namanya yang sangat feminim, Odelia adalah gadis tomboi yang agak kasar dan blak-blakan.
Hampir seluruh teman perempuan di kelas tidak menyukainya, karena cara bicaranya itu. Namun Juni dan Nawang tidak! Juni dan Nawang malah mendekatinya dan menjadi teman baiknya.
Meski Odelia tidak pernah menyaring kata-katanya dan sering membuat orang sakit hati, namun kata-kata Odelia seringnya adalah kebenaran. Seperti saat ini!
"Aku bodoh ya?! Kenapa aku hari itu sebodoh itu..?!" Gumam Juni sembari menghapus air matanya.
"Kamu gak bodoh! Dia yang bodoh!" Ujar Odelia sembari menghapus kasar air matanya.
"Plin-plan sekali kamu!" Sahut Juni, "Tadi kan kamu bilang aku bodoh?!"
Odelia terkekeh. "Oh ya?! Aku lupa!"
Juni pun ikut terkekeh sembari menghapus kasar air matanya.
Sejak sadar, ia merasa tubuhnya sangat berat dan dadanya terasa sesak. Namun ajaibnya saat Odelia datang dan memarahinya, perasaannya membaik. Ia merasa lega dan tubuhnya amat ringan.
"Seharusnya aku pukul dia hari itu!" Ujar Juni tiba-tiba.
"Kamu gak pukul dia?!" Odelia balik bertanya.
Juni menggeleng, "Aku malah nyuruh dia milih aku atau Dina!"
"Lalu?! Lalu dia jawab apa?!" Odelia mengepalkan erat tangannya. Ia tahu apa jawabannya.
Jika Eric mengatakan memilih Juni, tidak mungkin Juni akan bunuh diri. Odelia mengenal baik sahabatnya.
"Dia bilang.. dia bilang.. dia jatuh cinta pada Dina dan dia sudah.. sudah tidak merasakan apapun padaku!"
Tangan Odelia memutih saking kuatnya ia mengepalkan tangannya. Urat sarafnya naik ke permukaan. Ingin rasanya ia mencabik-cabik tubuh Eric dan Dina sesegera mungkin. Namun ia menahannya dan mendengarkan perkataan sahabatnya.
"Dengar.. itu tidak akan lama! Percaya padaku, mereka akan hancur segera!" Ucap Odelia penuh amarah tertahan.
Odelia tahu dengan baik bagaimana kisah cinta Juni dengan Eric, ia juga mengenal dengan baik Dina. Karena Odelia juga berada di perkumpulan yang sama. Bahkan ia juga sempat memperkenalkan seorang pria muda pada Dina.
Ia tidak menyangka wanita yang pernah mendapatkan rasa ibanya telah berbuat sehina itu pada sahabatnya.
****
Meski capek karena bermalam di rumah sakit, Nawang harus kembali ke rutinitasnya.
Setelah Ria menggantikannya menjaga Sagara, Nawang kembali ke kantor. Ada banyak pekerjaan yang harus ia lakukan. Salah satunya yang paling mendesak dan penting, adalah peluncuran produk baru.
'The last' sudah menyiapkan produk baru yang rencananya akan diluncurkan beberapa hari lagi. Ada banyak persiapan yang harus mereka lakukan dan Nawang sebagai marketing manager 'the last' tidak luput akan hal itu.
"Apa persiapan launchingnya lancar?!" Tanya Nawang saat Rani menghampirinya.
"Untuk saat ini gak ada kendala mbak!" Sahut Rani.
"Bagus!" Seru Nawang.
"Oh iya mbak, kemarin perwakilan dari Sunshine menghubungi. Mereka memberi kita waktu sebulan! Jika penjualan kita terus meningkat, Sunshine akan mempertimbangkan untuk mempertahankan kontrak kerjasama dengan kita!" Lapor Rani.
Nawang tersenyum tipis. Setelah beberapa hari terakhir, itu adalah berita baik pertama yang ia dengar.
"Oke! Kita pasti bisa melakukannya!" Ujar Nawang lagi.
Rani mengangguk antusias.
Rani yakin penjualan mereka akan meningkat saat produk baru ini diluncurkan. Produk mereka kali ini adalah produk yang sangat bagus. Bahkan bisa dibilang sebagai produk terbaik sejak 'the last' memutuskan untuk terjun ke dunia make up.
Sebelumnya 'the last' adalah perusahaan yang memproduksi skincare, selama puluhan tahun dan tidak pernah memproduksi produk make up sedikitpun. Namun semenjak Sagara menduduki posisi sebagai Presdir, ia mulai beralih dan memproduksi make up.
Awalnya mereka sangat kesulitan, karena persaingan di dunia bisnis kosmetik sangat ketat. Ada begitu banyak produk make up dipasaran yang sudah memiliki banyak penggemar setia. Sehingga sulit bagi 'the last' untuk muncul dan menarik minat customer.
Namun setelah Nawang bergabung dengan mereka, seperti sebuah keajaiban produk 'the last' yang tidak pernah dilirik barang sedikitpun, berangsur-angsur mulai dikenal dan dicintai oleh banyak orang.
"Mbak, apa mbak sakit?! Kok mukanya mbak kayak pucat gitu?!" Tanya Rani tiba-tiba.
Meski tidak terlalu kentara, namun wajah Nawang terlihat sedikit pucat. Ada segurat tipis kantong mata yang menghiasi wajah cantiknya.
"Oh? Kelihatan ya?!" Ujar Nawang kaget. Padahal ia sudah membubuhi make up untuk menutupi penampilannya yang pucat hari ini. "Mbak cuma kurang tidur kok!"
Rani terdiam. Ia merasa sangat penasaran. Ia ingin bertanya namun ia merasa terlalu lancang jika melakukannya. Ia juga penasaran kenapa Presdir Sagara tidak muncul hari ini. Apa ada masalah dengan persiapan pernikahan mereka?!
Namun Rani menelan rasa penasarannya. Ia takut menyinggung atasannya.
"Mbak kalau capek, istirahat dulu mbak!" Ujar Rani, " Atau mau saya belikan jus buah?! Biar lebih seger?!"
Nawang menggeleng, kemudian melayangkan senyum tipis ke arah Rani kemudian berkata, "Gak usah Ran, terimaksih!"
Nawang sedang tidak menginginkan apapun saat ini. Meskipun ia merasa bahwa tubuhnya letih, namun pikirannya sendiri jauh lebih letih. Ia tidak ingin melakukan apapun jika ia mengikuti kata hatinya.Ia hanya ingin berada di sisi Sagara dan mengawasi Sagara dengan mata kepalanya sendiri.
Tapi Nawang terus mengingatkan dirinya, bahwa pekerjaan yang dia lakukan ini juga demi Sagara. Jika peluncuran produk baru ini gagal, 'the last' akan mengalami masalah besar. Nawang tidak bisa membiarkan hal ini terjadi! Dia harus memastikan semuanya berjalan degan sukses.
Saat ia merenung, dering smartphone mengagetkannya. Ia pun mengalihkan pandangannya pada benda pipih itu.
"Hallo om?!" Sapa Nawang.
"Hallo, Nawang.." suara berat Agung terdengar di seberang, "Apa kamu sibuk? Om bisa minta tolong?!"
"Ada apa om?!" Tanya Nawang.
"Tadi pagi pihak kepolisian menghubungi om, om diminta untuk datang ke kantor polisi mengambil barang-barang milik Sagara!" Ujar Agung, "Om tidak bisa kesana karena harus mengurus kepindahan Juni!"
Agung berniat untuk memindahkan Juni ke Bima Sakti agar bisa menjaga kedua anaknya dengan mudah. Karena kondisi Juni lebih baik, Juni-lah yang dipindahkan ke rumah sakit dimana Sagara dirawat.
"Apa kamu bisa menggantikan om datang ke kantor polisi nanti siang?!" Tanya Agung.
"Iya om! Nanti Nawang yang kesana!" Sahut Nawang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments