Hal pertama yang ia lihat saat sampai di depan ruang IGD adalah kenampakan calon menantunya yang berantakan. Gadis yang biasanya berpenampilan rapi itu menangis tersedu dengan penampilan kusut. Wajah yang biasanya terkesan tenang itupun terlihat dipenuhi kepanikan dan kecemasan.
Saat itupun Agung menyadari bahwa keadaan puteranya sangatlah serius. Kalau tidak, tidak mungkin Nawang seperti itu.
Ketika mata mereka bertemu, Nawang yang tadinya terduduk lesu langsung bangkit dan menghampiri Agung dan Ria. Tangisnya pecah saat menjelaskan keadaan Sagara yang mengalami cedera berat di kepala dan harus dioperasi segera.
Ria yang mendengarnya pun syock dan tidak sadarkan diri lagi!
Agung pun tidak bisa mengendalikan dirinya, hatinya hancur berkeping-keping!
Mungkin ia masih bisa menahannya saat melihat keadaan Juni, namun sekarang ditambah dengan keadaan Sagara.. sungguh! Agung tidak bisa menahannya.
Air matanya pecah dan ia menangis tersedu.
Jika saja ia bisa menggantikan posisi kedua anaknya itu, maka ia akan melakukannya dengan sukarela.
Bagaimana bisa kedua buah hatinya mengalami nasib buruk hampir di waktu bersamaan?!
Apakah ini adalah buah dari karmanya?! Dosa apakah yang telah ia perbuat sehingga Tuhan sangat marah dan menghukumnya seperti ini?!
Agung tidak pernah membunuh, mencuri, berjudi, bahkan main serong pun ia tidak! Paling buruk dia hanya berbohong atau sedikit egois pada keluarganya! Tapi apa ini bisa menjadi ganjaran untuk tingkahnya?!
Jika ini memang kesalahannya, kenapa kedua anaknya yang menerima penderitaan?! Tidakkah Tuhan tahu pepatah, siapa yang menanam dialah yang menuai?!
"Apa salah ku?! Kenapa kedua anakku mengalami ini ya Tuhan?!" Gumam Agung mengeluh pada Tuhan.
Nawang yang berada di sebelahnya kaget, kedua anakku?! Apa maksudnya?!
"A-apa yang om maksud?! Ke-kedua anak?!" Terbata Nawang bertanya, "J-juni kenapa om?!"
"Subuh tadi, Juni mencoba bunuh diri!" Ujar Agung dengan lesu.
*****
Rambut keriting hitam kuncir kuda, wajah bulat kecil dengan pipi kemerahan, begitu juga dengan mata bulat yang jernih menatap Nawang seolah-olah Nawang adalah sebuah mainan baru yang sangat menarik perhatian.
Namun Nawang yang diperhatikan oleh bocah itu dengan penasaran, balik memperhatikan bocah itu dan satu bocah lain di sebelahnya yang terlihat mirib.
'Bagaimana bisa dua orang itu punya wajah yang sama? Satu rambut panjang, satu tidak ada rambut!' pikir Nawang.
Saat itu Nawang masih sangat kecil. Mungkin usianya tujuh tahunan.
Belum pernah dalam hidupnya ia melihat dua orang berlainan jenis memiliki rupa yang benar-benar mirib.
Dia jadi bingung karena merasa itu sangat aneh.
"Apa mereka kembar ma?!" Tanya Nawang pada mamanya.
Mamanya tersenyum tipis, "Iya,mereka kembar!"
Nawang mengangguk paham. Di benak Nawang, orang kembar selalu memiliki jenis kelamin yang sama. Ini pertama kalinya dia melihat kembar, dimana yang satunya laki-laki dan satunya lagi perempuan!
Ini unik dan menambah stok pengetahuan di otaknya.
Kali itu untuk pertama kalinya Nawang bertemu dengan si kembar Adyatama.
Juna Sagara Adyatama dan Juni Agnita Adyatama.
Mereka adalah anak kembar dari keluarga Adyatama yang baru saja pindah ke kompleks perumahan yang ditinggali Nawang dan kebetulan tinggal di sebelah rumah Nawang.
Sebagai tetangga yang baik Karina, ibu Nawang mengunjungi keluarga itu dengan mengajak serta Nawang.
Sejak saat itu Nawang menjadi dekat dengan kedua anak kembar itu. Mereka sering bermain bersama, menginap bersama, bersekolah di tempat yang sama bahkan melakukan beberapa aktifitas bersama-sama.
Seperti amplop dan perangko, ketiganya tidak pernah terpisahkan. Bahkan karena kedekatan ketiga anak mereka, kedua orang tua merekapun menjadi dekat.
Hingga suatu ketika sebuah musibah datang menghampiri Nawang.
Saat itu Nawang masih menduduki bangku Sekolah Menengah Pertama, ketika sang Ayah meninggal dunia karena serangan jantung.
Waktu itu kehidupan Nawang sempat terpuruk karena ayahnya adalah satu-satunya pencari nafkah. Sedangkan ibu Nawang hanyalah pemilik butik kecil yang tidak memiliki banyak pelanggan.
Dengan meninggalnya ayah Nawang, kondisi keuangan mereka menurun.
Penghasilan Karina dari butiknya tidak mampu mencukupi kebutuhan mereka. Hingga akhirnya Karina memutuskan untuk menjual rumah mereka, kemudian membuka sebuah butik yang lebih besar di jalan utama.
Butuh waktu yang lama bagi Karina untuk bisa berhasil di bisnis kain itu. Dia jatuh bangun bahkan sampai guling-guling untuk bisa bertahan. Karina mengorbankan banyak hal dalam prosesnya. Salah satunya adalah Nawang.
Ketika Karina disibukkan oleh butiknya, Karina tidak memiliki waktu untuk memperhatikan anaknya sehingga Nawang merasa diabaikan. Nawang sempat merasa kehilangan arah.
Nawang sudah merasa sangat terpukul dengan kematian ayahnya namun kemudian ibu yang seharusnya menemani di sisinya tidak peduli padanya.
Nawang merasa sendirian!
Untung saja saat itu ada keluarga Adyatama di sisinya. Kedua anak itu mengisi kekosongan hati Nawang.
Ria dan Agung juga memberinya kasih sayang dan cinta selayaknya orang tua terhadap anaknya. Sehingga Nawang secara alami sangat mengasihi keluarga Adyatama selayaknya keluarganya sendiri dan mulai terikat dengan keluarga Adyatama tanpa disadarinya.
Membayangkan masa lalu. Nawang sedih, hatinya sesak dan tubuhnya merasa lemas. Ia lunglai berjongkok di lantai dengan tangis tertahan.
Bagaimana bisa sahabat yang sudah bagaikan saudara untuknya mengalami hal semenyakitkan itu?! Seberapa putus asanya ia sehingga lebih memilih mati ketimbang hidup?! Nawang merasa benar-benar sakit!!
Nawang merasa hancur!!
Nawang bahkan tidak tahu. Setiap kali Nawang menghubungi Juni, selalu saja Juni mengatakan bahwa ia baik-baik saja. Bahkan tiga hari lalu saat Nawang meneleponnya, Juni hanya menanyakan tentang persiapan pernikahan Sagara dan Nawang. Tidak sekalipun mengungkit tentang masalahnya.
Dan dengan bodohnya, Nawang tidak pernah bertanya. Ia selalu berfikir bahwa pernikahan Juni dan Eric berjalan baik.
Juni dan Eric bukanlah pasangan yang menjalin hubungan dalam semalam. Bertahun-tahun lamanya mereka bersama. Bahkan Nawang hafal dengan setiap perjuangan keduanya hingga sampai di pelaminan.
Bagaimana bisa cinta yang berlangsung sangat lama itu berakhir dengan penghianatan?!
Apakah Eric sangat bodoh?! Ataukah wanita j*l*Ng yang berselingkuh dengan Eric sangatlah lihai?! Sehingga Eric lebih memilih wanita itu ketimbang Juni, yang telah berjuang bersama dengannya selama bertahun-tahun?!
Hati Nawang seketika panas!! Ia marah!
"Nawang! Nawang!" Panggil Agung saat melihat Nawang termenung di sudut sembari menangis dengan tatapan kosong.
Nawang kaget dan menatap bingung pada Agung.
"Iya om?!" Ujar Nawang linglung.
"Teleponmu terus berdering!" Ujar Agung.
Nawang terkejut kemudian refleks memeriksa smartphonenya.
"Rani" muncul di layar smartphonenya yang berdering dan bergetar. Seketika Nawang ingat telah meninggalkan Rani begitu saja. Bagaimana anak itu kembali ke kantor?!
Nawang bahkan sudah pergi selama berjam-jam tanpa kabar. Pasti Rani mencemaskannya.
Nawang kemudian mengangkat telepon dari Rani. Di seberang sambungan ia mendengar suara cempereng Rani yang marah-marah.
"Mbak! Mbak kemana sih?! Mbak bikin aku cemas tahu! Seharian ngilang gak ada kabar! Aku telepon gak diangkat-angkat!" Ceroscos Rani di seberang.
Rani sangat cemas, ia takut terjadi apa-apa pada Nawang. Nawang terlihat aneh dan pergi begitu saja dengan kondisi yang setengah sadar.
"Maaf Rani, mbak ada sedikit masalah. Nanti mbak ceritain! Untuk sementara waktu mbak mungkin gak bisa ke kantor." Sahut Nawang sembari menghela air matanya yang berlinang. "Maaf ya tadi mbak ninggalin kamu gitu aja!"
"Gak apa mbak!" Ujar Rani, "Yang penting mbak baik-baik aja!"
"Aku udah balik ke kantor kok mbak,
Sebenarnya Rani menghubungi Nawang bukan hanya untuk menanyakan kabar Nawang. Namun juga memberi kabar terbaru tentang kesepakatan dengan Sunshine.
Sunshine adalah dept store besar yang telah bekerja sama dengan perusahaan mereka sejak beberapa tahun lalu. Namun karena penjualan 'the last' menurun beberapa bulan ini, mereka berniat menghentikan kontrak dan menendang 'the last' begitu saja.
Menurut rumor, Sunshine akan menarik 'Cleve' musuh bebuyutan 'the last'.
'Cleve' adalah satu-satunya perusahaan kosmetik lokal yang mampu menembus pasar internasional. Meski tidak bisa dibandingkan, 'the last' juga merupakan salah satu perusahaan teratas sejak tiga tahun terakhir ini.
Walau tidak bisa menembus pasar internasional, produk 'the last' diakui sebagai produk teratas mengekori 'Cleve'.
Nawang sempat marah dan langsung menemui perwakilan dari Sunshine dan berusaha membuat kesepakatan.
Awalnya kesepakatan tidak terjalin. Sunshine tetap berniat memutus kontrak namun beberapa jam yang lalu mereka menerima penawaran dari Nawang.
Jika 'the last' berhasil meningkatkan jumlah penjualan mereka, Sunshine akan tetap mempertahankan 'the last'
Rani berniat memberi kabar ini pada Nawang, tapi mendengar suara Nawang yang serak dan lemah Rani mengurungkan niatnya.
Ia tidak ingin mengganggu Nawang dengan pekerjaan untuk saat ini! Ia merasa Nawang sedang berada dalam kondisi yang buruk.
"Mbak jangan lupa makan ya!" Ujar Rani kemudian.
"Makasih ya Ran!" Ucap Nawang sembari memutus sambungan telepon.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments