"Leon".. Panggil Lea
Lea menarik tangan Leon dengan paksa dan berdiri tepat di hadapannya, Leon hanya menatap kesal pada gadis yang ada di depannya.
"kenapa?". Tanya Leon
"Aku sudah bilang, aku gk mau menikah denganmu. Jadi tolong batalin ini semua, bilang sama Om dan Tante bahwa perjodohan ini gk akan terjadi". Pinta Lea memohon
"Nanti, setelah lo tahu siapa gue yang sebenarnya. Mari kita bercerai, asal lo tahu gue juga ogah punya istri kayak lo!". Ucap Leon menunjuk Lea dengan telunjuknya
"Pernikahan itu sakral leon, dan gk seharusnya kamu mempermainkannya".
"huuusstt". Leon meletakkan jari telunjuknya di bibir Lea, agar gadis itu tidak berisik lagi.
"Oh ya, kata mama lo kelas sebelas kan?. kenalin gue kelas dua belas, yang artinya gue kakak kelas lo". Ujar Leon
Lea tak menghiraukan ucapan Leon, ia lalu menuju kembali ke arah ruang tamu di mana orang tuanya berada. Dia bingung hendak melakukan apa, rasanya sia sia saja membujuk Leon.
Apakah Lea harus kabur? Tapi jika ia kabur, pasti akan membuat kedua orang tuanya kecewa. lea mendengus kesal, mengapa takdirnya harus seperti ini. Apakah Lea harus menerima takdirnya yang seperti ini?.
Perasaan Lea sangat kacau hari ini, kenapa dia di takdirkan untuk menikah semuda ini. Kenapa juga orang tuanya mengadakan perjanjian macam ini.
Mungkin jika perjanjian perjodohan ini di lakukan saat Lea sudah lulus sekolah, pasti ia tak kan menolak. Tapi kenyataannya, malah lebih cepat lebih baik katanya.
Malam yang indah di hiasi bintang bintang, Lea belum tertidur. Dia melihat ke arah langit, dan dia berdoa didalam hatinya untuk kebaikan dan kelancaran hidupnya setelah perjodohan ini.
"Ya Tuhan, apakah memang takdirku harus seperti ini? Bisakah dirubah saja, ini terlalu sulit untuk ku jalankan". Ujar Lea masih menatap bintang bintang di langit
"Sebentar lagi jari ku ini akan di isi sebuah cincin oleh seseorang yang tak ku kenal, bolehkah aku meminta bantuan seseorang pangeran berkuda putih untuk menyelamatkanku dari sini".
Takkk..
"Aaww..". Ucap Lea memegang dahinya yang sakit akibat di sentil oleh Leon
"Ngapain kamu di kamarku ha". Tanya Lea dengan kesal
"gue di suruh manggilin Lo, Acaranya udah mau mulai, lo jangan buang buang waktu berharga gue". Ucap Leon dengan ketus
"Kak, aku mohon batalin perjodohan ini. Kakak juga gk mau kan nikah sama aku, kita bisa sama sama mencari seseorang yang kita cintai". Pinta Lea memohon kepada Leon seraya memegang tangannya
"udahlah cepetan, gue tunggu lo di bawah. awas lo ya, buang buang waktu gue lagi". Ujar Leon mengancam Lea
Setelah mengancam Lea, Leon membalikkan tubuhnya dan berjalan meninggalkan Lea yang masih termenung di kamarnya.
Tanpa sadar Leon tersenyum tipis saat meninggalkan Lea, sedangkan Lea masih terdiam sembari mengumpat kesal kepada Leon atas sikapnya itu.
Dengan sangat terpaksa, Lea menuju ke ruangan di mana acara tersebut diadakan.
Tiba saat acara dimulai, Leon dan Lea duduk berdampingan, dan memasangkan sebuah cincin pada jari manis masing masing.
Raut wajah mereka sama sama datar, hanya sesekali tersenyum dengan paksa. Sedangkan kedua orang tua mereka masing masing, saling berpelukan dan merasa sangat senang bisa menepati janji mereka dulu.
Acara pertunangan itu hanya di hadiri keluarga inti saja, serta sepupu Leon yang bernama Rangga dan juga mamanya.
Lea terlihat cantik dan manis, sehingga membuat semua orang takjub dan ingin terus memandangnya. Namun Lea sendiri sedang menjerit didalam hatinya.
Lea terus memikirkan bagaimana nasib kedepannya, ingin sekali membatalkan perjodohan ini. Tapi orang tuanya sudah jelas jelas sangat menolaknya, apalagi saat ini. Mereka terlihat Bahagia saat Loen dan Lea bertukar cincin Tunangan.
"Akhirnya, kita akan berbesan". Ucap Mama Indah tersenyum bahagia
"Iya, saya juga sangat senang melihat anak anak kita bersama". Timpal Bu Wati
"Saya mohon anggap Lea seperti anak kandungmu sendiri, tolong jaga Lea. Saya percaya bahwa Leon mampu menjaga Lea". Sambung Bu Wati lagi
"Tenang aja, Leon pasti akan menjaga Lea dengan baik". Ucap Mama Indah lalu mereka berpelukan kembali
Setelah acara selesai, Lea langsung bangkit dan berjalan pergi menuju ke arah kamar yg di sediakan untuknya.
Lea langsung membersihkan diri setelah itu, dia beranjak ke arah kasur. Lea langsung merebahkan dirinya di atas kasur, sambil berusaha memejamkan matanya. Karena besok hari adalah hari dimana dia pertama bersekolah, bertemu dengan teman teman baru. Lea hanya menghembuskan nafas dengan berat, semoga hari harinya bersekolah lancar.
Di sebelah kamar Lea adalah kamar milik Leon, Lelaki itu juga sama gelisahnya dengan Lea. Dia menyesali perbuatan bodohnya menerima perjodohan ini. Dia menatap cincin pertunangannya, dan hendak melepasnya. Namun saat dilepas terlintas ekspresi mamanya saat bertanya cincin itu. Lalu di urungkannya tak jadi melepas cincinnya.
"Aarrgg.. Kenapa gue harus di jodohkan sama cewek kampung itu sih". Gerutu Leon dengan menyugar rambutnya kasar
Karena merasa lelah dengan memikirkan sesuatu yang mengganggu fikirannya, Leon akhirnya memejamkan matanya dan terlelap dengan sendirinya.
...****************...
Ke esokan paginya, semua orang sudah berkumpul di meja makan. Lea duduk di sebelah mamanya dengan wajah yang di tekuk dengan tak semangat, Lalu Hendra menatap Lea dengan tersenyum
"Lea, nanti kamu berangkatnya sama Om ya. Biar nanti Om yang akan urus semuanya". Ujar Hendra kepada Lea
"iya, terimakasih Om". jawab Lea hanya tersenyum dan menganggukan kepalanya.
Semua orang makan dengan nikmat, namun Leon hanya mengaduk ngaduk makanannya saja. Entah kenapa hari ini menurut Leon, ia tidak selera makan.
Leon melamun karena memikirkan nasibnya di sekolah, bagaimana kata teman temannya jika mereka tahu kalau Leon telah bertunangan dengan gadis kampung ini.
Leon menatap Tajam ke arah Lea, Leon berfikir, jika dia harus membicarakan ini semua kepada Lea.
Setelah selesai makan, Lea berpamitan kepada kedua orang tuanya dan juga kepada Mama Indah. Begitupun dengan Leon. Setelah selesai berpamitan, Leon melangkahkan kakinya menuju mobilnya dan meninggalkan pekarangan rumah. Lea juga ikut masuk kedalam mobil Om Hendra, karena Om Hendra yang akan mengantarnya ke sekolah barunya.
"Lea, kalau Leon menyusahkanmu atau mengganggumu. Kamu bilang saja pada Om ya". Ucap Hendra dengan tangan masih fokus mengemudikan mobilnya
"Iya Om". Jawab Tiara dengan menganggukan kepala
Setelah 20 menit lamanya berkendara, akhirnya Lea sampai pada sebuah sekolahan yang akan menjadi tempatnya mencari ilmu yang baru.
Sekolah SMA Tunas Bangsa, sekolah yang sangat terkenal di kota.
"Lea ini sekolahmu yang baru, ayo turun".
Lea hanya menganggukan kepalanya, lalu dia keluar dari dalam mobil, banyak tatapan yang memgarah ke arah dirinya. Membuat Lea sedikit gerogi dan akhirnya menunduk karena merasa canggung di situasi seperti ini.
Om Hendra lalu masuk ke sebuah ruangan untuk mengurus semuanya, Lea hanya duduk menunggu di samping Om Hendra.
"Pak Hendra, gk perlu repot repot mengurusi semuanya sendiri. Tinggal hubungi saya saja, semua pasti beres". Ujar kepala sekolah SMA Tunas Bangsa
"ini sudah selesai, kalau begitu saya pamit pergi dulu ya". Hendra berdiri seraya menjabat tangan bapak kepala sekolah tersebut
"Lea, nanti kamu akan di antarkan ke kelas sama seoramg guru. Kamu tunggu di sini dulu ya, Om pergi dulu. Ingat jika Leon mengganggumu, beritahu Om". Ujar Hendra pergi melangkahkan kakinya keluar
"Makasi Om". Lea hanya tersenyum dan melambaikan tangan ke arah Om Hendra
"Bu Retno, kita kedatangan siswi baru. Jadi tolong antarkan ke kelas XI IPA 1 ya". Ujar Bapak sekolah tersebut kepada ibu guru itu
"Baik pak".
"Mari ikut ibu, ibu antarkan ke kelas dan nanti ibu kenalkan dengan teman teman baru kamu". Ujar Bu Retno
"Baik bu".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Juliai Ani
dongeng dung
2023-09-19
1