[ E M P A T ]

Plak

Bunyi tamparan yang begitu kuat menggema di dalam mansion besar itu. Kayla yang baru muncul cuman bisa menutup mulutnya,kaget melihat begitu besar amarah sang ayah sampai sampai membuat orang yang ditamparnya seketika oleng akibat pusing.

"Biadab! Istri saya kalau mati kamu bisa hidupin kembali hah?!"marah Rey pada sosok pemuda yang tengah menunduk takut dengan memegang pipinya.

Ia akui dia memang salah, berkatnya yang ugal ugalan dalam membawa motor---dirinya malah menabrak seorang wanita paruh baya yang tengah berjalan di trotoar.

"Udah, aku nggak apa apa."lerai Nabila merasa kasihan pada pemuda itu karena bibirnya yang sobek akibat pukulan dan tamparan yang suaminya berikan.

Rey seketika menoleh menatap Nabila yang terduduk menatap dirinya. "Saya maafin,tapi saya ingatkan. Jadikan ini pelajaran,untung nggak ada yang mati kalau enggak---emangnya kamu mau masuk penjara ?"

"Pergi sana."

Cowok itu pun menatap tak percaya pada pria paruh baya itu lalu segera menoleh menatap istri dari pria itu yang tersenyum dan berkata bahwa ia telah memaafkannya. Dengan cepat ia pergi berlutut meminta maaf lalu segera bangkit berdiri berjalan pergi dari mansion besar itu dengan perasaan lega karena dimaafkan.

Setelah melihat pemuda itu pergi, Rey menoleh menatap kesal istrinya lalu segera pergi menuju kamarnya meninggalkan Nabila dan Kayla yang masih berada di ruang tamu.

"Mama ke atas dulu, ingat makan."

"Iya mah."

Segera ibunya berlalu, Kayla langsung saja berlari menuju ruang makan sekedar memeriksa menu makan siang hari ini.

Disaat Kayla sibuk mengunyah makanannya ia segera menggelengkan kepala melihat ibunya dari lantai atas tengah menarik tangan ayahnya, ia yang sudah tahu ibunya tengah mencoba merayu ayahnya untuk tak marah lagi. Seperti biasa, ibunya langsung menyendokkan nasi beserta lauk untuk ayahnya dan mau tak mau ayahnya terpaksa memakan makanan itu sambil mencoba memaksakan senyumannya kala melihat istrinya yang terus menyuruh dirinya untuk tersenyum.

°°°

Seperti biasa di pagi hari yang begitu indah,hari jumat dimana disetiap paginya---sekolahnya itu mengadakan senam pagi. Sudah sedari jam 6.00 sudah terdengar suara lagu senam.

Adena yang berada dalam mobil pun cuman bisa tersenyum senang mendengarnya, dengan cepat ia menoleh pada ayahnya yang masih sibuk mencari cari sesuatu.

"Aku pulang jam 13.30 yah."

Pria paruh baya yang masih terlihat tampan itu mengangguk mengerti lalu dengan cepat mengecup kening Adena saat sang anak sudah menyodorkan wajahnya.

"Ayah nggak bisa jemput,naik angkot atau ojek aja. Bisa kan?"

"Bisa yah. Kalau gitu Dena pergi,bye ayah!!"

Ia segera melangkah memasuki kawasan sekolah,sudah ada beberapa murid yang berlalu lalang dengan seragam olahraganya. Dengan semangat Adena menaiki tangga menuju lantai dua dimana khusus lantai dua hanya ditempati kelas 10 beserta toilet tak lupa mading , sedangkan untuk kelas 11 dan 12 berada di lantai tiga tak lupa juga toilet.

Di lantai satu terdapat kantin,lapangan olahraga indoor , lab kimia-biologi dan komputer,ruangan ekstrakurikuler seperti renang,dance dan tari tradisional, ruang band sekaligus tempat penyimpanan barang barang marching band ,UKS,ruang BK,aula (biasa digunakan sebagai tempat pensi juga sebagai tempat rapat bersama orang tua murid),lima ruangan digunakan saat mata pelajaran agama, toilet, tempat fotokopi,ruang guru dan ruang kepala sekolah.

Ada juga lapangan outdoor yang berada ditengah tengah biasanya digunakan sebagai lapangan upacara atau apel pagi,lapangan sepak bola dan tempat senam.Tak lupa di lobby terdapat etalase dimana disimpan beberapa piala dan beberapa piagam penghargaan hasil lomba para murid dan foto murid dan guru dari angkatan 1 sampai sekarang dimana sudah angkatan ke 12 yaitu angkatannya Dena yang saat ini masih kekas 10.

Cukup lengkap,namun sayangnya sekolahnya tak memiliki rooftop dikarenakan takut murid banyak yang menyalahgunakannya dan menjadikan tempat untuk bunuh diri.

Cewek mungil berambut merah itupun kini sibuk menurunkan kursinya lalu segera mengeluarkan botol minuman dan beberapa buku lalu memasukkannya kedalam laci. Suara gebrakan pintu membuat Adena yang tadi bengong pun segera menoleh dan ternyata disana terdapat dua cowok kembar yang ternyata adalah kakak kelas.

"Wih ada cewek nih Hip,nanya kedianya aja. Baru kamu sendiri nih?"tanya cowok yang lengan bajunya dilipat .

'Yaiyalah baru aku yang ada dikelas,masih muda kok udah buta.'batin Adena.

"Iya kak,ada apa ya?"

"Eh kenalin nama aku Hiro,kamu?"tiba tiba cowok bertato tengkorak yang terlilit duri itu di lengannya menyodorkan tangannya sambil tersenyum menatap Adena.

Adena pun segera meraih jabatan tangan cowok bernama Hiro itu lalu menyebutkan namanya. "Eh kenalin juga,aku Hipo."

Adena segera membalas jabatan tangan sicowok bernama Hipo yang memiliki tatto busur di punggung tangannya.

"kamu punya concealer nggak? Apa aja deh yang bisa nutupin tatto. Punya nggak?"tanya Hipo.

"Aku nggak ada kak."

"Aduh mati nih kita dari pak Sipri."decak kedua cowok itu. "Makasih,ouiya hati hati sama rambut kamu entar dicat hitam sama pak Sipri. Kalau gitu kita pergi dulu, bye bye nona manis!"

Adena dengan kaku cuman membalas lambaian tangan kedua cowok itu yang sudah pergi tak lupa dengan senyuman kakunya yang masih ia pertahankan.

"Pagi pagi udah aneh aneh aja."gumam Adena lalu segera menelusupkan pada lipatan tangannya mencoba tidur sekedar menyimpan tenaga untuk mengganggu pujaan hatinya.

°°°

"Pagi Gavin."sapa Adena saat sang cowok manis berkacamata itu tengah menyimpan tasnya.

Bukannya menjawab sapaan wanita mungil itu, Gavin malah berbalik keluar dari kelas--menghiraukan cewek itu.

Adena pun segera mengerucutkan bibirnya lantas mengejar Gavin.

Bruk

"Aduh maaf maaf,aku nggak sengaja."kaget Adena langsung membantu cewek berjilbab itu.

"Cantik banget."ceplos Adena membuat cewek berjilbab abu abu itu tersenyum menampilkan giginya yang berbehel.

"Terimakasih."

Adena yang mendengar suara lembut cewek itu cuman bisa memegang dadanya mendengar suara yang begitu lembut dari cewek itu bahkan sampai sosok berjilbab itu menghilang Adena masih berdiri terpaku. "Adem banget aku lihatnya. Udah cantik,suaranya lembut lagi. Kalau aku jadi cowok dah aku ajak pacaran tuh cewek.

Segera menggeleng, Adena lantas melangkah mencari Gavin. Ternyata si cowok berkacamata itu lagi berbincang lebih tepatnya lagi dideketin oleh seorang cewek. Adena pun langsung berlari lalu segera menarik tangan Gavin.

Gavin yang ditarik tiba tiba langsung saja spontan mendorong Adena alhasil Adena terjatuh.

"Aww, kenapa didorong sih?"

Gavin cuman terdiam menatap datar cewek yang masih terduduk di lantai untunglah hari ini ia memakai seragam olahraga. "kamu yang kenapa? Nggak jelas banget main tarik tarik orang."

"aku lihat tuh cewek lagi ngedeketin kamu."dumel Adena.

"Apa bedanya dengan kamu?"

Hening

Melihat Adena terdiam, Gavin pun pergi setelah berdecih menatap jijik cewek itu. Setelah Gavin pergi Adena yang masih menunduk

Cukup lama Adena terdiam merenungi ucapan Gavin, namun sayangnya ia lantas tersenyum." Gila, Avinnya aku hot banget kalau lagi marah."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!