Setelah dinyatakan meninggal, jenazah Vano kini mulai di mandikan, oleh pihak rumah sakit. Sedangkan keadaan Dira, dia sangat terpuruk hingga pingsan berkali-kali.
Setelah selesai di mandikan, jenazah Vano langsung di kafan ni. Setelah selesai, jenazah Vano langsung disholatkan. Semua orang rumah sakit, ikut serta menyolatkan jenazah Vano.
Setelah selesai, jenazah Vano langsung dimasukkan kedalam keranda dan dimasukkan kedalam ambulance. Dira sebenarnya tak kuat, tapi Dira juga ingin berada di samping jenazah suaminya.
"Ma, Dira ikut mobil jenazah saja." pinta Dira.
"Terserah kamu, Sayang." Dira pun langsung memasuki mobil jenazah, Dira duduk persis di depan keranda Vano. Hati Dira sangat hancur, ingin sekali Dira memeluk suaminya, tapi semua tak bisa dilakukan lagi. Karena tubuh suaminya, sudah terbujur kaku dan diselimutin kain kafan.
"Ma, aku ikut Dira. Aku takut dia pingsan lagi, aku gak mau nanti terjadi apa-apa."
"Iya, tolong jaga Dira. Dia sangat terpukul, aku tau dia hanya mencoba tegar saja." jelas Dinda. Namun Fani terlihat sangat tak setuju dengan usul Arya, karena Fani sangat cemburu jika Arya dekat dengan Dira.
"Gak bisa, Arya kamu ikut aku di mobil. Aku gak mau kamu dekat-dekat dengan Dira, ayolah dia pasti kuat." protes Fani. Namun dengan cepat Arya langsung melotot, karena perkataan Fani benar-benar tak sopan.
"Bicara sekali lagi, aku robek mulutmu. Yang meninggal ini adalah adikku, dan kenapa kamu melarang aku melakukan semua ini!" bentak Arya. Arya sangat kesal dan berapi-api, Arya benar-benar gak terima dengan perkataan Fani barusan.
"Sudah, jangan ribut. Cepat masuk ke ambulance, agar Vano segera dimakamkan." Arya pun langsung mengangguk. Fani sangat kesal, saat Arya benar-benar masuk kedalam ambulance bersama Dira. Sungguh hati Fani sangat kesal, dan ingin menyingkirkan Dira dari keluarga, Wiguna.
****
Pemakaman Vano akhirnya pun telah selesai. Dira yang masih sangat terpukul hanya bisa menangis, sambil memeluk foto pernikahan mereka. Bahkan pandangan Dira juga kosong, seperti orang yang tak punya jiwa.
Raga Dira memang berada di sini, namun nyawanya entah kemana. Dira bagaikan orang gila, yang duduk di kamar sambil menangis namun, kadang kala dia tertawa tak jelas.
"Dira, makan dulu. Kamu belum makan dari kemarin, nanti kamu sakit kalau terus-terusan begini," ucap Arya. Dengan sangat telaten, Arya membawakan makanan untuk Dira. Bahkan sampai rela membawa, nampan yang berisikan makanan dan minuman.
"Dira gak lapar, Kak," balas Dira. Bahkan Dira berbicara tanpa melihat Arya, tatapan Dira masih tetap sama ke arah jendela kamarnya.
"Dira jika Vano tau kamu kayak gini, dia pasti tak akan tenang. Apa kamu mau Vano bersedih dan merasakan sakit lagi, karena melihat mu yang begini?" tanya Arya. Sedangkan Dira langsung menggeleng, tanda tak mau jika Vano merasakan sakit lagi.
"Kalau gitu, makanlah sedikit saja.
Kamu gak ingat kata dokter, jika lambung mu kambuh lagi, akan sangat berbahaya. Jadi lebih baik kamu makan ya, walau sedikit." bujuk Arya. Arya tak mau jika, Dira sampai sakit lagi.
"Baiklah, Kak." jawab Dira. Setelah itu rya mencoba menyuapi Dira dengan telaten, walau terkadang Dira menolak, namun Arya tetap memaksa agar perut Dira terisi dengan makanan.
"Ikhlaskan, Vano. Dia pasti sudah bahagia di sana, dan Vano juga tak merasakan sakit lagi." Arya berusaha menenangkan Dira, yang masih saja terpuruk.
"Aku akan, mencoba Kak. Walaupun sulit, aku akan mencobanya." Dira pun tersenyum tipis. Namun tak lama setelah itu, Fani datang dengan wajah yang sangat kesal.
"Sayang, ayo kebawah. Om dan Tante, memanggil kalian berdua. Kalian berdua di suruh cepat, keruang tamu," ucap Fani. Sebenarnya Fani ingin sekali marah, tapi Fani sadar ini belum waktu yang tepat.
"Tunggu sebentar, aku mau merapikan rambut Dira. Nanti aku menyusul mu, Sayang," ucap Arya lembut. Sedangkan Fani hanya bisa mengangguk, ingin rasanya dia mengumpat tapi tak bisa.
"Kak, aku bisa menata rambutku. Lebih baik Kakak turun dulu, aku juga gak enak dengan, Kak Fani," ucap Dira. Dira sangat tau jika Fani sangat cemburu, dan Dira gak mau sampai mereka bertengkar.
"Fani, bukan orang yang seperti itu. Sudahlah, sini aku tata rambutmu. Aku sangat gemar, menata rambut. Namun sayangnya, aku tak memiliki adik perempuan." jelas Arya. Dira tak bisa menolak permintaan Arya, akhirnya dia membiarkan Arya menata rambutnya dan terlihat Arya mengepang rambut Dira dengan telaten.
***
Setelah selesai menata rambut Dira, mereka langsung turun kebawah dan menuju ruang tamu. Semua keluarga Vano, juga ikut berkumpul di ruang tamu. Bahkan di sana juga ada pengacara kepercayaan Vano juga.
Sebenarnya yang menyuruh berkumpul, bukanlah Dinda dan Ryant, melainkan pengacara Vano lah yang menyuruh mereka berkumpul.
"Baiklah, karena semua sudah berkumpul, jadi saya akan memulai membacakan surat wasiat dari Saudara Vano wiguna. Surat ini beliau buat, lima bulan yang lalu, sebelum Pak Vano menikah dengan Bu Dira." terang pengacara. Sedangkan semua orang hanya bisa diam, dan memandang pengacara tersebut.
"Sebenarnya, aku malas menghadiri ini. Aku gak butuh wasiat, yang ku butuh hanya Vano. Jadi lebih baik saya pergi dari sini," ucap Dira yang memotong perkataan pengacara. Setelah itu, Dira bergegas ingin meninggalkan ruang tamu dan kembali ke kamarnya.
"Ini ada hubungannya dengan anda, jadi saya harap anda bisa ikut serta. Karena jika Ibu tak ada, saya gak bisa membacakan surat wasiat ini." jawab pak Lukman.
"Sayang, Mama mohon, dengarkan sebentar saja." pinta Dinda. Akhirnya mau tak mau, Dira terpaksa kembali duduk dan mendengarkan semuanya.
"Oke,karena semuanya sudah ada, maka saya umumkan sekarang. Saya selaku pengacara pribadi pak Vano, mau menyampaikan surat wasiat dari pak Vano untuk Bu Dira dan Pak Arya" setelah itu pengacara memberikan surat tersebut kepada, Dira dan Arya. Dengan sangat cepat Dira dan Arya langsung mengambil surat itu, dan ingin langsung membukanya.
"Jangan di buka dulu, itu nanti saja kalian bacanya. Sekarang saya mau membacakan surat wasiat pak Vano, yang sesungguhnya." Dira dan Arya langsung mengurungkan niat nya, dan kembali menyimak perkataan pak Lukman.
SAYA YANG BERTANDATANGAN DI BAWAH INI.
NAMA: VANO WIGUNA
TEMPAT/TANGGAL LAHIR: JAKARTA-21-10-XXXX
UMUR: 28 TAHUN
ALAMAT: XXX
DENGAN SURAT INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SAYA MEMBERIKAN ATAU MENGANGKAT ISTRI DAN KAKAK SAYA SEBAGAI AHLI WARIS SAYA YANG BERNAMA
DIRA LARASATI, JAKARTA-11-09-XXXX
ARYA WIGUNA, JAKARTA-11-09-XXXX
MEREKA ADALAH SAH AHLI WARIS SAYA, UNTUK PENGANGKATAN SEBAGAI BERIKUT
RUMAH DI KOMPLEKS XXX
BEBERAPA ASET PERUSAHAAN ACV GRUB 3. TABUNGAN BERJUMLAH 4.000.000.000 (EMPAT MILIYAR RUPIAH)
DAN HARTA SAYA AKAN DIKELOLA OLEH ISTRI DAN KAKAK SAYA, DAN INI BERLAKU JIKA MEREKA MENIKAH. JIKA SALAH SATU ATAU KEDUANYA MENOLAK MAKA SELURUH ASET DAN UANG SAYA AKAN SUMBANG KAN KE YAYASAN ANAK YATIM PIATU.
JAKARTA-23-02-XXXX
"Itulah isi surat wasiat pak Vano. Disini pak Vano memberi waktu untuk kalian hanya enam bulan, dan sebelum enam bulan kalian harus sudah menikah," ucap pak Lukman. Sedangkan semua orang langsung terkejut, dan tak menyangka Vano akan membuat wasiat seperti itu.
"Apa-apaan ini? Sayang kamu gak akan menerima wasiat, adikmu kan? Lagian ini juga gak masuk akal, mau meninggal saja kenapa harus membuat wasiat sekonyol itu!" ucap Fani yang kesal. Sedangkan Arya tak terima dengan perkataan Fani, dengan sangat cepat Arya melayangkan sebuah tamparan.
Plaakkkk...
"Jaga ucapanmu Fani! Vano adalah adikku, bagaimana bisa kamu bicara seperti itu!" bentak Arya. Arya sangat kesal, dan marah saat Fani berkata seperti itu.
"Kamu berani memukul ku?" tanya Fani dengan kesal. Fani sangat marah, karena Arya menampar nya dengan keras.
"Sudah, cukup. Jangan bertengkar, semua keputusan ada di tanganmu dan Arya. Kalau Mama ikut saja, karena ini juga butuh proses," ucap Dinda. Sebenarnya Dinda juga terkejut, tapi setelah itu Dinda menjadi senang karena Arya lebih baik mendapatkan Dira dari pada Fani.
"Dira lebih memilih harta Vano di sumbangkan, Ma. Dira gak mau nikah sama kak Arya, sungguh Dira tak bisa melakukan itu." jawab Dira.
"Sama, Arya juga memilih harta Vano di sumbangkan, karena Arya gak bisa menikahi Dira," ucap Arya. Bagaimana pun juga, Arya gak bisa melakukan itu. Sedangkan Fani langsung bernafas lega, karena Arya dan Dira menolak semuanya.
"Kalian fikirkan kembali dengan matang-matang. Waktu kalian hanya enam bulan, dan saat itu kalian harus memiliki jawaban yang tepat." jelas pak Lukman. Setelah itu, pak Lukman memutuskan untuk undur diri.
***
Setelah pak Lukman pergi, Dira langsung kembali ke dalam kamarnya dan mendudukkan dirinya di samping ranjang. Dira memandang surat yang diberikan Vano, dan perlahan-lahan dia membuka surat itu.
TERUNTUK ISTRIKU
HAI SAYANG. JIKA KAMU SUDAH MEMBACA SURAT INI BERARTI AKU SUDAH BERADA DI SURGA, SAMBIL MENATAP DIRIMU DARI LANGIT.
AKU TAU KAMU SEKARANG JUGA LAGI MARAH KAN SAMA AKU? KARENA TELAH MENYEMBUNYIKAN SEMUA PENYAKITKU DARIMU. JIKA IYA, AKU MINTA MAAF KARENA MEMBUATMU KESAL KARENA KEBOHONGAN KU.
KAMU TAU SAYANG. SAAT AKU MENGETAHUI PENYAKIT KU INI, SAAT ITU JUGA AKU HANCUR. BAHKAN AKU BARU TAU SAAT KANKER YANG KU DERITA, SUDAH STADIUM AKHIR.
BAHKAN DOKTER MEMVONIS AKU AKAN BERTAHAN HIDUP, GAK SAMPAI SATU TAHUN. AKU HANCUR SAAT ITU JUGA, KARENA IMPIAN-IMPIANKU SEPENUHNYA BELUM TERWUJUD.
SEBAB ITU AKU MEMPERCEPAT PERNIKAHAN KITA, KARENA AKU INGIN MENINGGAL SAAT STATUS KU SUDAH MENJADI SUAMI MU. DAN KAMU PERNAH BERTANYA KENAPA AKU BELUM MAU MENYENTUHMU BUKAN! INILAH ALASAN KU SAYANG.
AKU BUKAN JODOHMU. JADI AKU TAK BERHAK MENGAMBIL KESUCIANMU, CUKUP KAMU MENJADI ISTRI VANO WIGUNA SAJA, ITU SUDAH SANGAT MEMBUATKU BAHAGIA DI AKHIR HAYATKU.
DAN ADA SATU LAGI, SELAMA AKU MENIKAH DENGANMU, ADA RASA TAKUT DI HATIKU. TAPI BUKAN RASA TAKUT AKAN KEMATIANKU, TAPI TAKUT AKAN KAMU. AKU BERFIKIR SETIAP HARI JIKA AKU PERGI SIAPA YANG AKAN MENJAGAMU DISAAT AKU TIDAK ADA?
NAMUN SETELAH AKU FIKIRKAN BERULANG-ULANG, KAK ARYA LAH YANG BISA MENJAGAMU. JADI AKU MOHON SETELAH AKU TIDAK ADA, MENIKAHLAH DENGAN KAKAK AGAR AKU MERASA TENANG.
JIKA KAMU MENOLAK SEMUA APA YANG KU INGINKAN, SAMA SAJA KAMU MEMBUAT AKU TAK TENANG DI ATAS SANA. JADI AKU MOHON MENIKAHLAH DENGAN KAK ARYA, INI ADALAH PERMINTAAN TERAKHIRKU SAYANG. APA KAMU SETEGA ITU MENOLAK NYA?
KUHARAP KEPUTUSANMU ADALAH MENERIMA SEMUANYA, KARENA AKU VANO WIGUNA, SUAMIMU TAK AKAN TENANG JIKA KAMU BELUM MENIKAH DENGAN KAK ARYA.
SALAM MANIS,KECUP RINDU DARI AKU SUAMIMU.
Dira pun langsung menangis sesegukan, saat membaca surat dari mendiang suaminya. Sungguh Dira bingung dengan semuanya, dan membuat Dira semakin kalut dalam kesedihan.
"Kenapa kamu memberi aku pilihan yang sangat sulit, Vano. Apa kamu tak berfikir, bagaimana aku bisa menikah dengan orang yang sama sekali tidak aku cintai," ucap Dira sambil menangis. Dira benar-benar bingung, dan tak tau harus melakukan apa.
"Terus jika aku mau, apakah kak Arya akan terima? Terlebih lagi dia sudah memiliki kekasih, sungguh kamu menempatkan aku di antara jurang dan api Vano." Dira semakin menangis, dan memikirkan semuanya di dalam kamar. Dira ingin menenangkan semua fikirannya dulu, dan melupakan wasiat itu.
.
.
.
Happy Reading
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 220 Episodes
Comments
Dyah Shinta
Wuihh... main geplak ajah... emaknya ngamuk loh...
2022-10-07
0
⁹🇳🇮🇩🇦
lebih baik Terima aja dira lagian bner tuh kta mama nya lebih baik Arya sma dira ketimbang sma fani
2022-05-05
0
Maya Ratnasari
Arya Wiguna:
DEMI TUHAN,,,,,,,,
#hehheeee, maaf Thor, jadi inget Arya Wiguna yg viral itu
2022-03-19
0