Setelah selesai sarapan pagi, Dira memutuskan langsung masuk kedalam kamarnya, dan membereskan semua baju-bajunya ke dalam koper. Setelah mendengar perdebatan kecil antara Arya dan Dinda, akhirnya Dira memutuskan untuk pergi dari rumah ini, agar tak ada masalah di kemudian hari.
"Maafkan aku, Vano. Aku harus pergi meninggalkan rumah ini, dan aku tak bisa memenuhi keinginan kamu yang terakhir kalinya," ucap Dira. air mata Dira mulai mengalir, saat memandang foto pernikahannya dengan Vano.
"Sungguh aku belum merelakan kepergianmu, yang begitu cepat Van." Dira pun mengambil foto tersebut dan menciumi foto vano.
"Aku merindukan kamu, Vano," ucap Dira sambil memeluk foto Vano.
"Berat hati ini meninggal rumah, apalagi disini banyak kenang-kenangan kita bersama. Walaupun singkat, tapi aku sudah tau apa kebiasaanmu sebelum tidur dan saat tidur Vano." gunam Dira.
"Maafkan aku yang tak bisa, memenuhi keinginan terakhirmu Vano. Karena ini sangat berat untuk ku jalani, aku mohon kamu jangan marah sama aku karena tak memenuhi keinginan terakhirmu." Dira pun kembali menangis dan memeluk erat foto pernikahan mereka.
"Aku selalu mencintaimu, Sayang. Aku izin pergi." Dira pun menaruh foto pernikahan mereka di dalam koper, dan setelah itu memasukkan semua baju-bajunya ke dalam koper.
"Mau kemana kamu?" tanya Arya. Arya baru saja ingin membicarakan masalah mereka, tapi Arya sudah melihat Dira mengepak baju-bajunya.
"Kakak," ucap Dira yang terkejut. Dira sangat kelimpungan, melihat Arya yang menatap Dira dengan tajam.
"Aku tanya, kamu mau kemana! Dan kenapa semua barang-barang kamu masukan ke koper? Cepat jawab aku, Dira Larasati!" Dira langsung tersentak saat Arya menyebut nama lengkapnya. Jika Arya sudah mulai menyebutkan nama asli seseorang, itu pertanda dia marah.
"Dira mau pergi dari rumah ini, Kak. Dira gak mau jadi beban kalian, dan Kakak tak perlu memikirkan permintaan Vano. Menikahlah dengan kak Fani, dia yang lebih membutuhkan kepastian dari pada Dira," ucap Dira yang berusaha membuat Arya mengerti.
"Apa hubungannya aku menikah dengan Fani, sama kepergian mu dari rumah? Walaupun aku menikah dengan Fani, kamu tetap akan tinggal di sini, karena ini juga rumahmu," ucap Arya nada membentak.
"Kakak tau kan, gara-gara wasiat Vano, sifat kak Fani sedikit berubah. Setiap melihat aku, kak Fani selalu menatap tak suka," jawab Dira. Sedangkan Arya hanya mendengar penjelasan Dira, tanpa mencela.
"Aku sadar kok, kenapa kak Fani begitu. Siapa sih yang tak marah, jika kekasihnya harus menikah dengan orang lain, di saat hubungannya tak ada masalah sama sekali," ucap Dira sekali lagi. Bahkan keringat Dira juga mulai bercucuran, Dira takut akan membuat Kakak iparnya marah.
"Jadi Dira mohon, biarkan Dira pergi. Dira janji setiap hari minggu akan datang kesini, untuk menengok Mama dan Papa." Dira terus berusaha agar Arya mengerti, walau hatinya sangat takut dan ingin mati saja jika ditatap tajam oleh mata itu. Mata seorang Arya Wiguna yang sangat tajam, dan tak lupa dengan jenggot yang tubuh di area wajahnya, yang semakin membuat Arya semakin garang.
Arya merasa hatinya sangat sakit, saat melihat Dira menangis sambil menjelaskan semuanya. Entah rasa apa itu, tapi Arya ingin memeluk tubuh itu dan menenangkan wanita yang ada di hadapannya. Dengan sangat lembut, Arya menghapus air mata Dira dan mengecup kening Dira dengan perasaan hangat di hatinya.
Dira yang merasa keningnya di kecup dengan lembut, langsung membelalakkan kedua matanya dengan sangat lebar. Dira sangat terkejut tapi Dira juga tak menolak kecupan itu, bahkan Dira menikmati kecupan hangat yang di berikan Arya, hingga dira memejamkan mata.
Deg Deg Deg
"Kenapa jantungku berdetak dengan kencang, saat mencium kening Dira? Ada apa denganku? Ini seharusnya tak boleh terjadi," ucap Arya dalam hati.
"Emm, maaf." Arya semakin gugup saat melihat kedua mata Dira, yang begitu indah.
"Iya" jawab Dira singkat.
"Biarkan Papa dan Mama yang memutuskan. Lebih baik kamu bicarakan dulu dengan mereka, dan setelah itu memutuskan apa yang ingin kamu mau," ucap Arya. Setelah itu Arya langsung keluar dari kamar Dira, tanpa menoleh kearah Dira lagi.
"Sungguh bodoh kamu Arya! Bagaimana bisa kamu mencium kening adik ipar mu sendiri, bagaimana bisa kamu se ceroboh itu Arya!" Arya terus menerus menyalahkan dirinya sendiri, karena telah berani mencium kening Dira. Sedangkan Dira masih terdiam seperti patung di tempat nya, karena tak percaya dengan apa yang Dira rasakan barusan.
"Apa yang aku lakukan barusan?Kenapa aku tak menolak, malah menikmati semuanya. Dira dia adalah kakak ipar mu, bagaimana bisa kamu jadi serendah itu." Dira terus saja merutuki, kebodohannya.
"Aahh, sudah lupakan. Aku harus pamit sama mama dan Papa, benar kata kakak, aku harus izin sama mereka dulu." Setelah itu Dira langsung keluar dari kamar dan mencari keberadaan Dinda dan Ryant.
****
Setelah menemukan keberadaan Dinda dan Ryant, Dira langsung meminta izin untuk pergi dari rumah ini, dan tak menerima wasiat yang di berikan Vano. Namun kenyataannya, Dinda tak mengizinkan Dira pergi dan membuat Dinda semakin marah.
"Siapa yang mengizinkan kamu pergi dari sini? Mama melarang kamu untuk pergi, ini rumahmu juga, jadi kamu gak perlu pergi dari sini!" tolak Dinda.
"Ma, Dira mohon biarkan Dira pergi. Dira janji setiap hari, Dira akan menjenguk Mama dan Papa." Dira terus berusaha membujuk Dinda dan Ryant, agar mengizinkan Dira pergi.
"Mama gak mau!" tolak Dinda. Setelah itu Dinda langsung menyeret koper Dira, dan membawa nya ke dalam kamar.
"Ma, koper Dira mau di bawah kemana?" teriak Dira, saat kopernya di bawa masuk oleh Dinda.
"Koper kamu Mama sita!"
braakkk
Dinda pun membanting pintu, hingga menimbulkan suara dentuman yang amat keras. Sedangkan Dira hanya menarik nafas panjang, karena melihat tingkah Dinda.
"Papa juga tak izinkan kamu pergi,Sayang. Tapi jika itu pilihan mu, Papa tak bisa berbuat apa-apa," ucap Ryant. Dira yang mendengar perkataan Ryant, langsung tersenyum lebar dan memancarkan kecantikan yang Dira miliki.
"Papa serius?" Dira bertanya dengan memasang wajah polos nya.
"Iya sayang," ucap Ryant sambil mencubit pipi Dira.
PLAK..
Dira dan Ryant pun tersentak kaget, saat melihat tangan Ryant di tampel oleh seseorang. Dira yang merasa kesal langsung menoleh ke arah tangan tersebut, dan betapa terkejutnya Dira saat melihat siapa pemilik tangan tersebut. Ternyata orang yang menampel tangan mertuanya, adalah kakak iparnya sendiri. Arya Wiguna.
"Apa kami tak pernah mengajar kan sopan santun kepadamu, bisa-bisanya kamu memukul tangan Papa, hingga bunyi kayak gitu!" bentak Ryan. Sedangkan Arya sama sekali tak mendengar perkataan Ryant, karena Arya sibuk dengan batinnya sendiri.
"Bagaimana bisa aku memukul tangan Papa? Kenapa saat aku melihat Papa, mencubit pipi Dira membuat ku kesal, dan tiba-tiba seperti ada dorongan hingga aku menampel tangan Papa." gunam Arya dalam hati.
"Kak, apa kamu baik-baik saja?" ucap Dira sambil memegang bahu Arya. Arya pun merasakan ada sengatan listrik, saat Dira memegang bahu Arya hingga membuat Arya tersentak.
"Maaf aku pergi dulu," ucap Arya dengan gugup. Sedangkan Dira dan Ryant memandang heran, dengan perlakuan Arya barusan.
"Apa tangan Papa gak kenapa-napa?" ucap Dira untuk memecahkan keheningan.
"Papa baik-baik saja kok," jawab Ryant. Dira pun tersenyum setelah mengetahui jika Ryant tak mengalami lecet, karena pukulan keras dari Arya.
****
Sedangkan di sisi lain, Arya merutuki kebodohannya itu. Arya benar-benar tak tau, apa yang membuatnya seperti tadi.
Arya merasa kesal dengan dirinya sendiri, dan dengan reflek Arya langsung memukuli tembok yang tanpa dosa itu. Arya terus menerus menonjok tembok, hingga semua jemari Arya terluka dan berdarah.
"Kamu kenapa sih Arya? Kenapa sekarang setiap aku melihat Dira menjadi berbeda, tak seperti dulu. Dan apa tadi itu?, kenapa saat Dira memegang bahuku terasa ada aliran listrik yang membuat aku berdebar, bahkan merinding." gerutu Arya.
"Apa aku kabulkan saja permintaan Vano? Tapi bagaimana dengan Fani. Jujur saja bersama Fani, aku tak pernah merasakan hal seperti tadi. Tapi difikir-fikir, aku sama sekali tak mencintai Dira. Aku hanya mencintai Fani, dan tak ada yang lain." Arya semakin frustasi, karena perasaannya. Tanpa dia sadar, Dira sudah memasuki kamar Arya.
"Kak." Arya pun terkejut saat Dira sudah berdiri di hadapannya. Arya sangat takut, jika Dira mendengar ucapannya tadi.
"Apa Dira mendengar perkataan ku tadi?" batin Arya.
"Ada apa kamu kesini?" ucap Arya dengan nada tinggi.
"Tangan kakak kenapa? Dan di tembok itu, apa darah Kakak?" tanya Dira yang mulai khawatir. Dengan sangat cepat Dira mengambil kotak P3K, dan setelah itu mengobati tangan Arya dengan telaten. Hingga Dira melupakan tujuannya, menemui Arya.
"Tangan Kakak sudah aku obati dan aku plester, jangan sampai kena air dulu, takutnya nanti belum kering," ucap Dira sambil membereskan kotak P3K.
"Tujuan kamu kesini, tadi mau apa?" tanya Arya. Sedangkan Dira langsung menghentikan kegiatannya sebentar, dan menatap Arya begitu dalam.
"Aku hanya ingin berpamitan, Kak. Tolong titip mama sama papa, dan jaga mereka berdua. Cepatlah menikah dengan kak Fani, biar mama dan papa ada teman bicara saat kakak berangkat kerja," ucap Dira dengan senyum manisnya. Ada rasa tak rela yang di rasakan Dira tapi, ini semua demi menjaga perasaan Fani.
"Baiklah jika itu sudah keputusan mu, tapi jangan lupa lima bulan lagi kamu harus datang ke sini, karena di saat itu pengacara membutuhkan tanda tangan kamu untuk memindahkan harta Vano ke panti asuhan," ucap Arya.
"Pasti Kak, Dira akan datang kesini lima bulan lagi. Terima kasih telah mengizinkan aku pergi, tolong sampaikan permintaan maafku pada kak Fani. Karena aku sudah membuatnya merasa takut, dan marah. Aku juga minta tolong buat mama mengerti, akan kepergianku." Dira pun mulai meneteskan air matanya, saat mengingat betapa sedihnya Dinda saat Dira memutuskan pergi.
"Kamu akan tinggal di mana, biar Kakak antar kamu. Ini juga sudah malam, gak mungkin kan kamu pergi sendiri? Dan masalah baju-bajumu, nanti kakak antar saat mama sudah membuka pintu." Arya pun berdiri dan mencari kunci mobil untuk mengantarkan Dira. Namun saat Arya sibuk mencari kunci, Dira menolak ajakan Arya.
"Tak perlu Kak, aku sudah di tunggu taxi online di luar. Aku hanya ingin berpamitan saja gak lebih. Lagian tangan kakak juga masih sakit, jadi lebih baik Kakak istirahat saja." tolak Dira. Sedangkan Arya langsung mengerinyitkan kening, saat mendapat tolakan dari Dira.
"Apa kamu mencoba menghindari kami?" ucapan Arya membuat dira semakin gugup, karena Arya dapat menebak rencana Dira.
"Tidak Kak." Dira semakin terbata-bata saat bicara, dan membuat Arya semakin tak percaya dengan ucapan Dira.
"Jawab yang jujur!" Dira pun tersentak saat Arya membentaknya. Karena baru kali ini, Dira di bentak oleh kakak iparnya, dan itu membuat hati Dira terasa sakit.
Arya terus menanti jawaban Dira, namun Dira tak kunjung menjawab dan membuat Arya yakin, jika Dira berusaha menghindari keluarga mereka.
"Baiklah, diam mu adalah jawaban. Sekarang silahkan pergi, tak perlu kamu fikirkan mama dan papa. Jika memang kamu mau pergi, gak perlu beralasan takut Fani salah paham akan semuanya," ucap Arya.
"Kak, maksud Dira bukan kaya gitu." Dira mencoba untuk menjelaskan, namun Arya sama sekali tak mau mendengarkan. Arya terlanjur salah faham dengan tujuan Dira, dan menjadi marah.
"Tunggu apa lagi? Cepat pergi, sebelum aku marah!" bentak Arya. Dengan terpaksa Dira langsung pergi dari kamar Arya, dengan keadaan menangis. Namun mereka tak tau jika sedari tadi Ryant menguping pembicaraan mereka berdua.
"Pa, Dira berangkat ya?" ucap Dira saat tau Ryant berada di ambang pintu.
"Kamu hati-hati di jalan, jangan pernah lupa hubungi kami dan jangan memutuskan hubungan kamu dengan keluarga ini. Walaupun Vano sudah pergi, kamu tetap Papa anggap anak." Dira pun langsung memeluk erat Ryant, dan merasa sangat berat meninggalkan mereka semua.
"Dira, titip mama" ucap Dira lirih. Setelah itu Dira langsung berlalu pergi meninggalkan rumah, yang selama ini Dira huni bersama suaminya.
"Kamu itu munafik Arya. Sebenarnya hati kecil mu menginginkan Dira, tapi egomu terlalu besar dan menutupi rasa cinta yang mulai perlahan tumbuh di hati kamu," ucap Ryant. Setelah itu, Ryant pergi meninggalkan Arya yang merenung di dalam kamarnya.
.
.
.
Happy Reading
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 220 Episodes
Comments
Ariyani Ariyani
hadir
2022-08-20
1
⁹🇳🇮🇩🇦
nah bner tuh tanpa Arya sadari ternyata Arya sudah mulai ada rasa tp terlalu menutupi dengan ke ego mu
2022-05-05
1
Yuna Yusnia
pedih mataku thorrr 😢😢
2021-11-19
0