Sedangkan Arya, kini sedang merenungi permintaan Vano, dan memikirkan apa yang haru Arya lakukan. Arya benar-benar bingung, harus berbuat apa?
"Vano kamu adalah adiku, yang paling bodoh. Bagaimana kamu bisa, membuat wasiat seperti itu? Kamu membuat aku bingung, Dek." gerutu Arya sambil memandang surat yang di berikan Vano. Namun tak lama setelah itu, Fani datang dengan suara yang sedikit marah.
"Sayang, aku harap kamu gak akan tergiur warisan itu. Jika sampai kamu menerima itu, terus nasip aku bagaimana?" tanya Fani. Fani sudah merasa nyaman dengan Arya, dan dia gak mau sampai kehilangan orang yang dia cinta lagi.
"Bisakah kamu diam, dan tak membahas ini dulu? Kepalaku masih sakit, karena memikirkan ini semua. Lebih baik kamu pulanglah dulu, biar pak Iwan yang mengantarmu pulang," ucap Arya dengan nada sedikit meninggi. Arya sudah sangat pening dengan masalahnya, tapi Fani membebani semuanya.
"Aku mau pulang, tapi diantar kamu. Kamulah kekasihku, bukan pak Iwan," ucap Fani. Fani sengaja mengatakan hal, itu agar Arya sadar jika masih ada dirinya.
"Status kamu masih kekasih saja sudah berani gini, apa lagi nanti saat kamu menjadi istriku!" bentak Arya. Dan setelah itu Arya melihat mata Fani mulai berkaca-kaca, dan membuat Arya merasa iba.
"Maafkan aku, Fani. Aku mohon, mengerti sedikit keadaan ku. Aku butuh waktu untuk menyendiri," ucap Arya sambil mengelus rambut Fani.
"Baiklah, aku akan pulang dengan pak Iwan." Setelah itu Fani langsung pergi, tanpa mengucapkan sesuatu.
"Inilah yang tak aku suka Fani, kamu terlalu pencemburu, dan kekanak-kanakan. Kamu juga mau menang sendiri. Tapi tak bisa aku pungkiri, jika aku mulai mencintaimu." gunam Arya. Setelah itu, Arya kembali duduk di tepi ranjang dan membuka surat dari sang adik. Perlahan-lahan, Arya membuka selembar surat yang ditujukan untuk dirinya itu.
TERUNTUK KAKAKKU
HAI KAK, MAAF TELAH MEMBUATMU BINGUNG DAN MARAH. MAAF JUGA TELAH MERAHASIAKAN PENYAKIT KU INI, TAPI SEMUA AKU LAKUKAN, AGAR KALIAN TIDAK BERSEDIH ATAU MENGASIHANI AKU.
AKU MEMANG SALAH KAK. TAPI JIKA KAMU ADA DI POSISIKU, PASTI AKAN MELAKUKAN HAL YANG SAMA. AKU INGIN MEMBUAT SEMUA ORANG YANG AKU CINTAI, MERASAKAN KEBAHAGIAAN SEBELUM AKU PERGI UNTUK SELAMA-LAMANYA.
AKU TITIP MAMA DAN PAPA, JANGAN PERNAH BUAT MEREKA BERSEDIH. AKU SEKARANG TAK BISA MEMBAHAGIAKAN MAMA DAN PAPA LAGI, JADI AKU WAKILKAN SAMA KAKAK. DAN AKU JUGA TITIP DIRA, TOLONG JAGALAH DIA UNTUKKU, TOLONG GANTIKAN AKU UNTUK MENCINTAINYA, TOLONG BERI KEBAHAGIAAN UNTUK DIRA. HANYA KAMU KAK, SATU-SATUNYA ORANG YANG AKU PERCAYA.
AKU MOHON MENIKAHLAH DENGAN DIRA. AKU MOHON KABULKAN PERMINTAAN TERAKHIR KU KAK, SEMUA ASET-ASETKU SUDAH KU SERAHKAN KEPADAMU DAN DIRA. TOLONG RAWAT DENGAN BAIK SEMUANYA, DAN SATU LAGI DULU SAAT AKU MASIH SEHAT AKU SELALU MENYUMBANGKAN UANG KE YAYASAN PANTI ASUHAN ASIH. SETIAP BULAN AKU SELALU KESANA UNTUK MEMBERI MEREKA BANTUAN, UNTUK ANAK-ANAK PANTI.
KARENA AKU TAK LAGI BISA KESANA, JADI AKU MOHON DATANGLAH KE PANTI SETIAP DUA MINGGU SEKALI. ANAK-ANAK DI SANA BERGANTUNG DENGANKU KAK, JADI AKU MOHON SAMPAIKAN PERMINTAAN MAAF KU KARENA TAK BISA LAGI KE SANA DAN TAK BISA BERCANDA LAGI.
KU HARAP KAKAK BISA MENGABULKAN PERMINTAAN TERAKHIRKU, KARENA JIKA KAKAK MENOLAK, AKU TAK AKAN TENANG DI SANA KAK. JADI AKU MOHON TERIMALAH PERMINTAAN KU INI, MENIKAHLAH DENGAN DIRA. AGAR AKU TAK SIA-SIA MELAKUKAN INI SEMUA.
Seketika air mata Arya langsung menetes, Arya benar-benar menjadi bimbang dan bingung. "Aku harus bagaimana? Disatu sisi, aku tak bisa melepaskan Fani, tapi disisi lain, aku harus menepati janjiku pada Vano. Kenapa kau berikan aku cobaan seperti ini, ya Allah." teriak Arya.
"Jika aku menepati janjiku pada Vano, apakah pernikahan ini akan berhasil tanpa adanya cinta, di antara aku dan Dira?" gunam Arya. Arya yang semakin bingung, akhirnya memilih untuk tidur dan menenangkan otaknya itu.
"Vano, kamu membuat Kakak gila."
****
Pagi harinya Dira bangun lebih awal, dan menyiapkan sarapan pagi untuk mertua dan kakak ipar nya. Walaupun hati Dira hancur, tapi Dira tak akan melupakan tanggung jawabnya sebagai menantu didalam rumah itu.
Bahkan semua makanan pun sudah tersaji dengan rapi, di atas meja. Bebagai menu makan Dira masak, karena memang Dira gemar memasak. Setelah selesai menata makanan, Dira bergegas memanggil semua orang, agar segera melakukan sarapan pagi. Dengan cepat Dira menuju kamar mertuanya, dan segera mengetuk pintu kamar Dinda dan Ryant.
"Ma, sarapan sudah siap. Dira tunggu di luar ya?" ucap Dira sambil mengetuk pintu kamar Dinda.
Cklek..
"Dira, kamu sudah bangun Nak?" ucap Dinda dengan lembut.
"Iya Ma, sarapan juga sudah siap. Ayo kita makan, Ma." ajak Dira. Setelah itu,m Dinda langsung memeluk tubuh Dira, dan di cium kening Dira.
"Kamu memang menantu Mama, yang paling baik, Sayang. Walaupun kamu masih sedih, tapi kamu tak melupakan tugas mu. Semoga kamu bisa memikirkan permintaan Vano, dan Mama gak akan kehilangan menantu sebaik kamu Nak," ucap Dinda. Dinda sangat menyayangi Dira, dan tak mau sampai kehilangan Dira.
"Papa juga berharap, kamu tetap menjadi menantu Papa. Karena hanya kamu yang bisa membuat Papa, semangat hingga bisa berjalan lagi," ucap Ryant. Sebelum Dira menjadi menantu di keluarga Vano, Ryant mengalami kelumpuhan akhibat kecelakaan. Namun setelah Dira masuk kedalam keluarga Vano, Dira selalu bersemangat melakukan terapi kepada Ryant, hingga saat ini Ryant bisa berjalan walau masih menggunakan tongkat.
"Dira tetap menantu Mama dan Papa walaupun, Vano sudah tiada. Jadi Dira tak perlu menikah dengan kak Arya, Dira tetap menantu kalian," jawab Dira dengan memaksakan senyuman manis di bibirnya.
"Sudah ah, jangan bahas ini lagi. Ayo cepat ke ruang makan, nanti makanannya jadi dingin. Dira mau memanggil kakak dulu, Papa dan Mama duluan saja." Dira berusaha mengalihkan pembicaraan, karena Dira gak mau membahas masalah wasiat Vano terus.
"Maaf Dira, sungguh Dira belum bisa mengambil keputusan ini. Menurut Dira ini terlalu terburu-buru, karena masih banyak waktu untuk memikirkan ini semua." gunam Dira dalam hati.
"Baiklah, kami tunggu kamu di meja makan. Jangan lupa, suruh Arya cepat turun." balas Ryant. Setelah itu, Dira langsung bergegas memanggil Arya.
Saat Dira sampai didepan kamar Arya, Dira langsung mengetuk pintu kamar Arya. Namun tak ada balasan dari Arya, yang membuat Dira jengkel.
"Kak." Dira terus memanggil Arya, Namun tak ada balasan dari Arya.
"Kak, ayo kita makan!" teriak Dira. Dira berkali-kali mengulang perkataannya, karena takut Arya mendengar teriakkan Dira.
Dira yang merasa jengkel, akhirnya mencoba membuka pintu kamar Arya, dan ternyata kamar Arya tak di kunci. Dira memang sudah sering masuk kedalam kamar Arya, karena harus membersihkan kamarnya. Sebab itu, Dira tanpa canggung masuk kedalam kamar sang kakak ipar, karena memang sudah terbiasa.
"Dira masuk ya, kak." teriak Dira. Setelah itu, Dira masuk perlahan-lahan dan melihat sekeliling.
"Jelas aku panggil-panggil, gak ada yang jawab. Ternyata yang punya kamar gak ada, kemana gerangan orang ini? m" setelah itu Dira memandang seluruh kamar Arya, dan sedikit melotot melihat isi kamar Arya.
"Berantakan lagi!" dengan sangat cepat, Dira mengambil semua pakaian kotor Arya, dan tak lupa dengan gerutuan Dira yang ketus.
"Baru dua hari saja aku tak membersihkan kamar ini, tapi sekarang sudah seperti kapal pecah. Ya Allah, apa saja yang di lakukan orang ini hingga kamar nya seperti ini?" Dira pun meraih semua baju-baju kotor itu, dan segera pergi. Namun saat Dira berbalik badan, Dira bertabrakan dengan seseorang hingga membuat baju yang dia pegang terjatuh.
"Aduh!" pekik Dira.
"Kamu gak apa-apa?" tanya Arya. dan setelah itu, Arya berniat membantu dira berdiri. Namun tak jadi, karena Dira langsung terkejut.
"Astaghfirullah!" Dira pun langsung menutup kedua matanya, dan itu membuat Arya bingung.
"Kamu kenapa begitu, seperti melihat hantu saja," ucap Arya sedikit kesal, karena tak terima dengan expresi Dira saat melihatnya.
"Aku bukan takut karena melihat hantu, tapi aku terkejut denganmu. Bagaimana bisa, kamu menghampiri ku dengan bertelanjang dada dan hanya memakai handuk untuk menutupi badanmu!" oceh Dira dengan mata tertutup. Sedangkan Arya langsung tersadar, jika dia salah.
"maaf aku baru selesai mandi, dan saat aku keluar dari kamar mandi. Aku melihat kamu bersih-bersih, niat ingin menyapa tapi, kamu sudah menabrak ku terlebih dulu," ucap Arya sambil memakai baju.
"bukalah matamu, aku sudah berpakaian lengkap." Dira pun langsung membuka mata dengan perlahan, karena takut Arya berbohong.
"Kalau gitu akau pergi dulu," ucap Dira. Setelah itu Dira memungut baju-baju Arya, dan bergegas pergi. Namun saat sampai di depan pintu, Dira baru sadar tujuan nya ke sini untuk memanggil Arya.
"Kak sarapan sudah siap, Mama dan Papa juga sudah menunggu di bawah." Arya hanya menganggukkan kepala, saat Dira berkata seperti itu.
Sedangkan di ruang makan, Dinda dan Ryant menunggu kehadiran Dira dan Arya. Mereka sudah menunggu 10 menit, tapi mereka tak kunjung turun.
"Dira lama sekali memanggil Arya," ucap Ryant sambil membolak-balikan makanannya.
"Biarkan saja, Pa. Mungkin mereka sedang diskusi tentang pernikahan mereka," ucap Dinda dengan terkekeh.
"Semoga saja mereka mau menikah, lagian Papa juga tak suka dengan si Fani. Dia sangat kasar, Papa gak suka." jelas Ryant.
"Sama, Mama juga gak suka sama Fani. Cuma Mama gak bisa berbuat apa-apa, karena Papa tau sendiri jika Arya sangat mencintainya." Dinda pun mendengus sebal, saat mengingat perlakuan Fani yang kurang ajar kepada Ryant.
"Asal Papa tau, Mama masih marah sama Fani karena sempat teledor menjaga Papa. Untung saja Dira datang, kalau tidak pasti Papa sudah meninggal di dalam kolam renang." Dinda mulai mengepal kan tangan, saat mengingat semuanya.
"Sudah jangan ingat-ingat kejadian itu, Papa gak mau mengingat kejadian itu lagi Papa takut," ucap Ryant. Sedangkan Dinda langsung mengelus pundak Ryant, dan menenangkan suaminya itu.
"Maaf, Mama gak sengaja mengingat Papa tentang kejadian itu. maafkan Mama ya, Pa." Ryant pun menganggukkan kepala dan mencium kening Dinda dengan lembut.
"Ehem," deham Arya yang baru datang. Arya sangat iri, dengan kemesraan orang tuanya itu. Walaupun sudah tua tapi masih romantis, dan harmonis.
"Apa!" balas Dinda dengan ketus.
"Mama galak sekali sama Arya. Arya merasa seperti anak tiri, karena mama selalu saja ketus sama Arya." protes Arya. Sedangkan ryant, hanya tertawa dengan ucapan anak nya itu.
"Lagian kamu ganggu orang aja." gerutu Dinda.
"Eh, mana Dira? Kenapa hanya kamu yang turun, dia kemana?" tanya Ryant sambil menoleh kesana kemari.
"Dira lagi bersihin kamar Arya, dia bilang bentar lagi turun." jawab Arya dengan santai.
"Lebih baik cepat nikahin Dira, agar Mama cepat dapat cucu. Mama rasa rumah ini terlalu sepi, dan tugas kamu memberikan cucu untuk kami," ucap dinda. Arya pun langsung menghembuskan nafas dengan kasar, Arya sangat tak suka jika saat makan membahas sesuatu yang penting.
"Ma, Arya gak bisa menikah dengan Dira. Kalau Arya menikah dengan Dira, terus Fani bagaimana?" tanya Arya dengan sorot mata yang lelah.
"Fani buang aja ke laut" Ryant dan Arya pun langsung melotot, saat Dinda berucap seperti itu. Sedangkan Dira juga ikut terkejut saat mendengar perkataan Dinda, Dira semakin merasa bersalah dan ingin segera pergi dari rumah suaminya agar tak menambah masalah.
"Apa aku, pergi saja ya?"
.
.
.
Happy Reading
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 220 Episodes
Comments
moemoe
Ni pacaran apa d jodohkan sih?? Kasarr bgt ni cwok
2022-08-28
0
⁹🇳🇮🇩🇦
🤣🤣🤣 buang aja ke laut tuh fani 🤣🤣🤣 org tua aja Arya aja gak suka dengan fani
2022-05-05
1
Ani Azhari
lanjut
2022-03-30
0