DORRR...DORRR.... DORRRR !
Suara pintu di pukul berkali-kali membuat Mihrimah yang baru saja tidur terkejut. Seketika dia loncat dari kasur.
DORRRR....DORRRRR...DORRRRR!
Pintu masih di gedor-gedor dari luar. Mihrimah melangkah menuju pintu depan. Baru sampai di dekat pintu, dia berhenti sejenak. Mematung... Dia takut kalau-kalau apa yang di bayangkannya ternyata benar. Dia takut itu adalah ayahnya yang baru pulang sejak kemarin. Biasanya kalau ayahnya itu pulang, pasti karena kalah taruhan judi.
" BUKAAA ANAK SIAL!" Terdengar makian dari luar. Mihrimah gemetar, ternyata benar ayahnya datang. Seketika wajahnya berubah cemas, bulu kuduk nya naik karena takut.
BRAKKKK ! BRAKKK!
Pintu berusaha di dobrak dan di tendangi dari luar. Karena pintu berkali-kali berusaha di dobrak, akhirnya Mihrimah pun terpaksa membukakan pintu.
Ketika pintu terbuka, tampaklah ayahnya yang sudah berdiri sempoyongan di luar. Matanya memerah dan aroma tubuhnya sangat buruk. Bau ALKOHOL!
"MINTA UANG, MANA UANG!" Kata ayahnya sambil mengulurkan tangan ke depan wajah Mihrimah.
"Aku gak ada uang, ayah." Balas Mihrimah pelan.
"SIALAN KAMU YA! MANA UANG!" Teriak ayahnya semakin menjadi-jadi. Rambut Mihrimah di tarik sehingga dia kesakitan. Tangan ayahnya pun sudah siap di atas kepalanya, bersiap untuk di ayunkan lagi ke pipinya.
"CEPAT! MANA UANG,MANAAA!!!" Suara ayahnya itu semakin menggelegar seperti orang gila. Mihrimah di seretnya ke kamar lalu dia menyaksikan sendiri ayahnya mengacak-acak semua lemari.
Air mata Mihrimah tumpah, dia terduduk di lantai dengan kepala tertunduk, dia menangis meraung-raung.
Ayahnya sudah memporak-porandakan seisi kamar, semua bajunya juga sudah keluar dari dalam lemari, meja riasnya di banting sehingga rusak. Malam itu adalah malam yang sangat buruk buatnya.
"INI APA?" Ayahnya akhirnya menemukan sebuah dompet berisi uang lima puluh ribuan beberapa lembar.
"DASAR ANAK TIDAK TAU DIRI!" Maki ayahnya lagi sesuka hati. Ayahnya meninggalkan Mihrimah dengan langkah yang masih gontai.
Kamarnya sudah berantakan. Mihrimah masih di posisi yang sama. Terduduk dengan kepala yang sembunyi di antara lututnya, dia trauma.
Sepanjang malam Mihrimah terjaga, dia tidak tidur. Dia takut kalau-kalau nanti ayahnya itu datang lagi. Kedua matanya bengkak sehabis menangis, hatinya hancur, malamnya kini menjadi kelabu.
Fajar perlahan-lahan muncul, kedua tangan Mihrimah meraih ponselnya yang sudah jatuh di dekat kakinya. Jemarinya mengetik sebuah pesan singkat.
Selamat pagi pak, maaf mengganggu, saya tidak bisa masuk hari ini... Saya ijin sakit. Trims.
Begitu isi pesan singkat Mihrimah untuk atasannya. Bagaimana bisa dia berangkat kerja kalau suasana rumahnya seperti ini? Dan yang lebih parah dari kondisi rumahnya pasca di amuk ayahnya adalah kondisi batinnya saat ini. Dia sangat terpukul. Setelah matahari pagi muncul sepenuhnya, dia bagun dari lantai. Satu-persatu di kemasnya apa yang berjatuhan di lantai.
Suasana tempat Mihrimah bekerja lancar-lancar saja tanpa dirinya, namun tidak demikian dengan hati Zeyn. Dia tidak tenang sejak pagi, atasannya mengomel sepanjang waktu. Karena apa? Karena Mihrimah tidak masuk.
"Anak baru sudah berani ijin-ijin!" Gerutu pak Sulayman. Telinga Zeyn sakit sekali mendengar atasannya itu mengomel.
"Seperti perempuan. Banci!" Umpat Zeyn hanya dalam hati. Dia sebenarnya hanya tidak terima kalau Mihrimah di kata-katai dari belakang. Kalau memang pak Sulayman tidak terima Mihrimah ijin, kenapa dia tidak bilang? Sekarang atasannya itu malah mengomel sepanjang hari. Begitu pikir Zeyn.
Jarum jam bergerak seperti lamban sekali, Zeyn bolak-balik melirik jam yang tergantung di tembok. Dia berencana akan ke rumah Mihrimah untuk melihat kondisinya sepulang kerja.
Finally!
Selesai juga jam kerjanya. Zeyn cepat-cepat mengambil jaket dan ranselnya di kursi. Bahkan dia tidak memperdulikan lagi pak Sulayman yang masih berniat bertanya soal hasil kerja hari ini.
"Zeyn... Ehhh? Ehhh...kemana?" Begitu suara pak Sulayman berusaha menghentikannya, tapi dia tetap berlalu, tanpa ragu.
Zeyn mempercepat laju motornya, dia tidak sabar untuk memastikan kondisi Mihrimah di rumah.
TOK...TOK...TOK..!
Suara pintu di ketuk dari luar, Mihrimah langsung kaget. Masih ada rasa trauma yang besar. Dia berjalan perlahan menuju ke depan, sesampainya di depan pintu dia hanya memandangi pintu yang masih di ketuk dari luar.
"Rima, ini aku." Panggil Zeyn karena pintu tidak kunjung di buka. Mihrimah tersadar, dia mengenali suara Zeyn. Dia berlari untuk membuka pintu dengan cepat.
Mihrimah spontan memeluk Zeyn. Zeyn yang sadar kalau Mihrimah ketakutan lantas mempererat pelukan.
"Tidak apa. Ada aku, Ssshhhhh...tenanglah..." Kata Zeyn lembut, membuat hati Mihrimah mulai tenang dan rasa takutnya sedikit reda. Mihrimah masih menikmati tenangnya pelukan Zeyn, pria satu-satunya yang kini ingin dia percayai. Hati Mihrimah mulai terbuka untuk Zeyn, dan Zeyn tahu...
Mihrimah tertidur di sofa, Zeyn ada di depannya memandangi Mihrimah yang terlelap. Wajahnya damai sekali, dia mengelus rambut Mihrimah.
"Semalaman dia pasti tidak tidur dan ketakutan." Kata Zeyn berbisik setelah tahu ceritanya kenapa hari ini Mihrimah tidak bisa masuk kerja. Zeyn berdiri lalu menuju kamar Mihrimah yang masih berantakan. Beberapa memang sudah di kemas Mihrimah sebelum dia datang, Zeyn pun memunguti satu-persatu yang masih terjatuh di lantai dan merapikan semua seperti semula.
Zeyn melirik jam tangannya, sudah mulai petang dan Mihrimah masih tidur dengan lelap.
"Bangunlah..." Kata Zeyn sambil menyentuh bahu Mihrimah.
"Hoaaahemmmm..." Mihrimah meregangkan tubuhnya lalu menggosok matanya.
"Jam berapa?? Kenapa gak bangunin aku? " Tanya nya yang masih belum sadar sepenuhnya.
"Gimana caranya? Kamu pulas gitu??" Jawab Zeyn sambil mengambil posisi jongkok di depan Mihrimah. Mihrimah langsung salah tingkah dan malu karena di tatap Zeyn.
"Kenapa malu? Dari tadi kamu tidur, aku pandangin." Ucap Zeyn. Wajah Mihrimah memerah, dia semakin malu.
"Hah?" Mihrimah memukul pundak Zeyn lalu langsung berdiri.
"Ayo pergi." Ajak Zeyn. Mihrimah mengerutkan dahi.
"Kemana?" Balasnya.
"Melupakan rasa sedihmu. Bersama teman-teman." Jawab Zeyn.
Mihrimah pun bersiap dan malam itu mereka pergi ke sebuah klub malam. Disana teman-temanya Evi, Wina dan Pingkan sudah menunggu di depan pintu, Zeyn menunjukkan kartu dari dompetnya ke petugas yang menjaga di pintu masuk dan mereka semua pun berhasil masuk ke dalam. Itu adalah kali pertama mereka semua ke situ, itupun karena Zeyn. Hentakan music terlalu kencang masuk ke telinga mereka. Mereka sedikit kebisingan namun perlahan mulai menikmati. Sorotan lampu kelap-kelip tampak seperti berlian.
Zeyn memesan dua botol Whiskey lalu menyodorkan gelas ke mereka.
"Minum." Kata Zeyn. Awalnya mereka semua ragu, tapi begitu melihat Zeyn minum dalam seteguk, mereka pun ikut minum.
"Aaaaaaahhhh...anehhh" Ucap Mihrimah. Wajah mereka kompak mengerut, baru itu kali pertama mereka mencoba minuman beralkohol. Zeyn menuangkan lagi, teman-teman Mihrimah menolak, tapi tidak dengan Mihrimah. Dia meneguk lagi segelas, lalu bertambah lagi dan lagi. Dia ingin melupakan rasa traumanya, rasa benci dan marah kepada ayahnya. Zeyn tersenyum melihat keberanian Mihrimah. Dia mengajak Mihrimah yang sudah di bawah pengaruh minuman itu untuk menari mengikuti alunan music. Suasana Club semakin liar. Mihrimah yang di peluk Zeyn dari belakang menggerakkan tubuhnya dengan seksi, Zeyn suka, dia suka Mihrimah menjadi seksi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Neonnorey
ehhh thorrrr 😭😭😭😭ahh... aku bayangin huhuu... awas klo di apa apain itu anak orang jahatt ze wkwkw
2023-05-21
1
Neonnorey
kenapa setega itu thorr... emng salah terbesar mehri itu apa?
2023-05-21
1
Neonnorey
kenapa namanya susah kali thorr... sampean gk kesusahan ngetik namanya wkwkw
2023-05-21
2