Kring... Kring... !
Baru saja rasanya Mihrimah memejamkan mata, dering alaram di ponselnya sudah berbunyi.
"Hoaaahemmm..." Dia mengucek kedua matanya berulang kali, masih ngantuk.
Langkahnya sempoyongan menuju kamar mandi, dia kurang tidur ! Tapi, terpaksa harus segera bersiap untuk berangkat kerja.
Dengan lesu, Mihrimah sudah menunggu angkot yang biasa dia tumpangi setiap pagi. Angkot itu memang rutin lewat tidak di sekitar rumahnya.
"Lesu amat, non?" Supir angkot yang sudah biasa Mihrimah tumpangi menyapa ketika dia naik.
"Kurang tidur, kek." Jawab Mihrimah yang biasa memanggil beliau dengan sapaan Kakek Basri karena usianya yang sudah kepala 6. Kakek Basri masih setia bekerja meskipun kadang sudah batuk-batuk saat menyupir. Kata kakek, dia sudah konsul beberapa kali ke puskesmas, tapi selalu saja kumat lagi.
"Jangan terlalu capek, non, masih muda. Istirahatlah yang cukup ya." Ujar kakek Basri ketika arah mobil angkotnya mulai dekat dengan tempat tujuan Mihrimah. Mihrimah mengangguk, tanda kalau dia mendengarkan nasehat beliau yang selalu di anggapnya sebagai kakek sendiri.
"Ini kek..." Kata Mihrimah dari luar kaca mobil setelah turun dari angkot.
"Simpan aja, buat jajan. " Ucap kakek Basri yang seperti biasa selalu menolak meski sudah berkali-kali Mihrimah paksa untuk mengambil uangnya. Mobil kakek pun lekas berlalu meninggalkan Mihrimah, biasanya kalau sudah begitu Mihrimah hanya bisa tersenyum saja. Dia tahu, kakek Basri benar-benar peduli dengannya meski mereka tidak punya hubungan keluarga. Perlakuan kakek padanya membuat dia sedikit terhibur karena setidaknya masih ada juga sosok orangtua yang care dengannya tidak seperti ayahnya.
Seisi kantor sudah sibuk, hari ini Mihrimah datang belakangan.
"Anak baru, jangan biasakan datang belakangan!" Tegur seorang senior yang memang di juluki si 'bawel' di kantor itu. Mihrimah sengaja tidak menjawab, dia hanya mengangguk saja supaya seniornya itu lekas pergi dari mejanya. Lagian dia merasa tidak terlambat, kecuali sudah terlambat.
Beberapa costumer sudah mengambil antrian, lalu menulis tujuan dan alamat paket akan di kirim di tiket kecil yang tersedia di depan meja pelayanan.
"Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu." Sapa Mihrimah ramah, dia pun kemudian sudah tenggelam dalam kesibukan melayani pelanggan yang sudah dipanggil sesuai dengan nomor urut.
"Makan dulu, Ma, Istirahat." Ucap Zeyn ramah, Zeyn adalah teman sekantornya di bagian gudang belakang yang bertugas sebagai supervisor. Zeyn memang beberapa hari terkahir, sejak Mihrimah masuk menjadi pegawai baru di situ, secara intens mulai mendekatinya.
"Aah? Iya." Jawab Mihrimah sedikit gugup. Zeyn selalu membuat Mihrimah berdebar, dia sangat tampan dan ramah kepadanya. Kadang Zeyn bela-belain ke kantor depan meskipun tempat kerjanya di bagian belakang hanya untuk bertegur sapa dengannya, dan seringkali membelikannya ice cofee yang harganya lumayan mahal.
"Ini, minum." Kata Zeyn sambil menyodorkan satu cup ice cofee, seperti biasa. Mihrimah langsung senyum tidak enak hati.
"Jangan setiap hari, lah, Zeyn. Gak usah repot-repot." Kata Mihrimah segan.
"Lahh...kalau di kamu nya di ajak keluar ngopi bareng gak bisa. Iya, kan?" Goda Zeyn. Mihrimah memang banyak alasan tiap kali Zeyn mengajaknya pergi berdua. Padahal sudah berulang kali Zeyn memberikan sinyal kalau dia ingin mengajak Mihrimah berkencan.
Ya... Dia memang tengah gencar mendekati Mihrimah. Bagaimana tidak? Mihrimah sangat manis dan lembut. Wajahnya juga menarik meski tubuhnya cenderung kurus. Kulitnya putih, dan rambutnya yang pendek sangat cocok dengan bentuk wajahnya. Cara berpakaian Mihrimah juga sopan dan sederhana, memang dirinyalah tipe ideal bagi Zeyn. Zeyn sendiri juga merupakan pria sebaya Mihrimah, dia tampan dan bersemangat.
Zeyn juga tidak neko-neko dalam berpenampilan, namun bisa mencuri perhatian banyak gadis di kantor itu. Hanya saja satu yang menjadi kekurangan Zeyn, dia pemilih sehingga sulit punya pacar. Tapi begitu melihat sosok Mihrimah yang baru masuk di tempatnya bekerja, dia langsung jatuh hati.
Zeyn sudah duduk di sebelah Mihrimah. Beberapa teman-teman lain melirik kebersamaan mereka. Beberapa nampak cuek namun kebanyakan tidak senang karena berpikir kalau Mihrimah masih anak baru tapi sudah genit di kantor, atau Mihrimah pasti tebar pesona sehingga Zeyn si populer di perusahaan itu bisa naksir padanya. Tapi Zeyn cuek saja, dia merasa tidak perlu ragu mendekati Mihrimah si anak baru. Karena dia suka! Tinggalah Mihrimah yang dengan tidak enak hati merasa jika kehadirannya kini semakin tidak di senangi di situ karena Zeyn mendekatinya.
"Ayolah, sesekali kita jalan." Ajak Zeyn sesaat sebelum kembali ke gudang belakang sebagai pengawas. Wajah Zeyn yang tampan penuh harap. Mihrimah masih tidak menjawab.
"Nantilah, aku kabari." Balas Mihrimah dengan senyum yang sedikit di paksakan.
"GENIT !" Ucap beberapa rekan sekantornya yang sirik sesaat setelah Zeyn pergi. Hati Mihrimah sakit, namun ditahannya. Dia fokus pada tugasnya, dia tidak ingin lagi bermasalah di tempat kerjanya yang baru ini. Dia ingin mencari uang sebanyak-banyaknya, agar bisa lekas keluar dari kesulitan hidupnya.
Detik demi detik jam berputar, antrian terakhir pelanggan sudah selesai. Tinggalah merekap semua data yang ada. Dia mengerjakan semua tugasnya hari itu dengan sempurna. Tidak ada kesalahan.
"Hari yang hebat!" Pujinya pada diri sendiri. Mihrimah sudah bersiap akan pulang. Langit sudah mulai berganti senja, warna putih terang di langit perlahan memudar memantulkan cahaya orange yang indah.
"Aku antar, yuk." Ajak Zeyn sembari membantu Mihrimah yang sedikit berkemas di mejanya.
"Apa gak ngerepotin?" Tanya Mihrimah ragu-ragu. Zeyn menggeleng, dia justru akan bahagia jika wanita di depannya ini mau di bonceng pulang dengannya.
Suasana kantor sudah mulai sepi, Mihrimah sekali lagi melirik sekitarnya untuk memastikan kalau percakapan mereka tidak di dengar siapapun.
"Gimana? Ayo pulang bareng." Ajak Zeyn sekali lagi. Mihrimah akhirnya berani mengangguk. Kebetulan dia sudah sering di tawari untuk pulang bareng oleh Zeyn. Tapi selalu dia tolak, Biarlah untuk kali ini saja, begitu pikir Mihrimah dalam batinnya.
Mereka berdua pun turun ke lantai dasar menaiki tangga belakang, sengaja tidak lewat lift karena biasanya lift selalu ramai yang mengawasi. Sepanjang perjalanan ke parkiran motor, Zeyn senyum-senyum kegirangan. Pada akhirnya impiannya tercapai, Mihrimah akhirnya mau pulang bersamanya, sebuah kemajuan yang patut dibanggakan olehnya! Ini merupakan suatu penanda bagi dia, kalau dia bisa segera masuk ke dalam hidup Mihrimah. Asyik !
"Naiklah." Kata Zeyn sesaat setelah mesin motornya menyala. Dia tersenyum manis sekali, Mihrimah sampai pangling melihat senyum Zeyn yang merekah lebar sekali.
Angin malam melewati tubuh mereka berdua di atas motor, sesekali Zeyn seperti sengaja melambatkan laju motornya agar lebih lama bisa bersama dengan Mihrimah di atas motor. Ahh, lagian kapan lagi? Begitu batinnya berbisik. Sementara di boncengan belakang, Mihrimah masih deg-degan karena untuk pertama kalinya dia pulang diantar pria, dan itu adalah Zeyn, lelaki terganteng di tempatnya bekerja.
Mihrimah tidak banyak berandai-andai, meski dia tahu kalau Zeyn selalu mencari peluang untuk mendekati dirinya. Dalam hati kecilnya, dia minder, kalau-kalau Zeyn nantinya akan berpikir jelek tentang background keluarganya yang amburadul. Terlebih lagi dengan tabiat ayahnya, sangat tidak layak ! Begitu isi hatinya yang berulang kali berteriak di dalam, membuatnya lekas untuk sadar diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
😺 Aning 😾
Bagus ceritanya,nanti aku lnjut baca. semangat thor 👍
2023-06-10
1
Neonnorey
wahh kek berasa pangeran yaa thorr wkwk
2023-05-21
1
Nuhume
semangatttt, 🌻🔥🔥🔥
2023-04-16
1