Bab 2

Aku membiarkan air shower itu terus mengalir, aku menggosok setiap inci tubuhku sambil mengumpat kebodohanku dan meratapi nasibku.

Setelah cukup lama berada di kamar mandi aku kembali keluar memungut pakaianku yang semuanya sudah tercecer di lantai kamar.

Aku kembali memakai semua pakaianku dan kini tangisku pecah sampai aku membangunkan lelaki yang sejak tadi masih terlelap.

"Hei nona...kenapa kamu menangis? Apa sesuatu yang buruk terjadi padamu?" dia bertanya seperti tak berdosa.

"Tuan, apakah aku tidak pantas untuk menangis setelah semua ini terjadi?

Aku sudah kehilangan segalanya bahkan sesuatu yang paling berharga dalam hidupku, dan tuan yang sudah mengambil itu semua" kataku setengah berteriak.

"Jangan menangis bersabarlah sebentar, kita akan membicarakan ini baik-baik setelah aku membersihkan diri" kata lelaki itu lagi.

Setelah itu ia berjalan menuju kamar mandi dan aku masih terduduk di sisi ranjang, aku tidak tau lagi harus bagaimana.

Marah, kecewa dan malu pada diri sendiri bercampur menjadi satu.

Tak berselang lama lelaki itu keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju walk in closet untuk mengambil pakaian ganti.

Setelah rapi dia menghampiriku kembali yang sedang menangis merasakan keterpurukanku.

Ia menarik selimut di atas kasur tempat di mana kami semalam melakukan satu hal yang tidak terpuji.

Mata lelaki itu membelalak kaget seakan tidak percaya dengan bercak darah yang ada di atas sprei putih miliknya dan beberapa yang tercecer di atas selimut yang membungkus tubuh kami semalam.

Dia pun terduduk di samping ranjang sambil kedua tangannya memegang kepalanya, lalu ia menjambak rambutnya sendiri.

"Maafkan aku...aku sudah merusak masa depanmu" katanya penuh dengan penyesalan.

Tetapi semua sudah terjadi ibarat nasi sudah menjadi bubur, semua sudah hancur tanpa sisa.

Sedangkan aku tak mampu menjawab, aku berusaha mengumpulkan semua kekuatan namun aku lemah dan aku kalah.

"Aku tidak tau kalau kau seorang perawan dan aku kira kamu seperti cewek pada umumnya yang ada di club malam.

Aku akan bertanggung jawab terhadapmu" katanya.

"Namaku Alexander Pulman" sambil menyerahkan selembar kartu nama.

"Dan siapa namamu nona?" tanya Alex

"Namaku Siera Abigail" jawabku singkat.

"Siera Abigail...nama yang indah" kata Alex.

"Nama yang indah tapi tetapi tak seindah kisah indah hidupku" kataku dalam hati.

"Jangan kuatir, semua akan baik-baik saja aku akan bertanggung jawab atas perbuatanku Siera" lanjutnya.

"Maaf tuan Alex, aku belum mengerti tanggung jawab bagaimana yang tuan maksud?

Jangan tuan tambah lagi beban yang harus aku pikul, jujur aku pengen mati saja rasanya dan semua ini tidak adil untukku" teriakku karena gejolak batin tidak bisa ku tahan lagi.

"Bisakah kita bicara dengan tenang biar semua masalah bisa terpecahkan?" kata Alex meredakan emosiku.

"Aku harus bagaimana tuan? bisakah semua kembali lagi?" tangisku pecah.

Alex memelukku dan mencoba menenangkanku kembali.

"Aku akan menikahimu Siera" bisiknya di telingaku.

Aku merinding mendengar suaranya dan jujur aku belum siap untuk menikah.

Aku masih ingin melanjutkan kuliahku yang sebentar lagi akan selesai, dan bagiku menikah bukanlah hal yang mudah karena aku bertekad untuk menikah sekali seumur hidup.

"Menikah??" tanyaku.

"Iya, kita akan menikah secepatnya" jawab Alex sambil menganggukan kepalanya.

"Maaf tuan...aku belum bisa menerima tawaran tuan" kataku sambil menarik nafas dalam-dalam.

"Terus menurutmu aku harus bagaimana Seira? Please...Jangan memberiku pilihan yang sulit?" tanya Alex dengan muka Frustasi.

"Untuk sekarang aku hanya butuh waktu untuk berpikir dan menenangkan diri sejenak" Jawabku.

"Kau mau kemana Siera, biar aku antar" kata Alex.

"Untuk sementara aku ingin pulang ke rumah orang tuaku untuk merapikan semua barang-barangku, setelah itu aku harus mencari tempat tinggal yang baru" jawabku.

"Kenapa kau harus pindah ke tempat yang baru? Kau punya masalah dengan orang tuamu?" tanya Alex.

Aku menarik napas yang dalam-dalam dan mencoba sejenak memejamkan mataku, sejenak mengumpulkan kekuatan untuk aku bisa bercerita dan berbagi sedikit kisahku dengannya, mungkin bisa memberikan aku sedikit kelegaan.

"Orang tuaku sudah meninggal sebulan yang lalu, perusahaan yang mereka rintis dengan susah payah sudah beralih ke tangan pamanku yang serakah dan rumah kami sebentar lagi akan di sita" aku mulai bicara dan Alex mendengarkan kisahku sambil menundukkan wajahnya.

"Aku sekarang mahasiswi semester akhir yang tidak tau kelanjutannya karena aku belum membayar uang semester tahun ini, semua beban itu yang memaksa aku untuk minum semalam tuan" lanjutku.

"Dengan usiamu sekarang terlalu berat beban yang harus kau pikul Siera" kata Alex menepuk bahuku.

"Mungkin semua ini adalah takdir dari Tuhan untukku, tidak mungkin aku mampu untuk menghindarinya" jawabku.

Alex terus saja menundukkan wajahnya tidak tau apa yang ada di pikirannya saat ini, mungkin dia sedang mengasihani aku seorang gadis yang malang.

"Aku akan mengantarmu berkemas-kemas dan kamu bisa bisa tinggal di apartemen ini sementara waktu dan aku akan tinggal di mansion milikku" kata Alex.

"Tapi Tuan___" aku bicara belum selesai sudah langsung Alex memotong pembicaraan.

"Jangan berbantah-bantah Siera, kamu cukup menuruti semua permintaanku anggap aku sedang menebus kesalahanku kepadamu" kata Alex sambil menatap wajahku.

"Baiklah, aku tidak punya pilihan yang lain saat ini" kataku.

"Ayo kita berangkat sekarang" ajaknya.

Kami berdua pun berangkat menuju rumah yang penuh dengan sejuta kenangan, rumah yang selalu dipenuhi canda dan tawa, di sini orang tuaku membesarkan aku dengan kasih sayang.

Tetapi sebentar lagi rumah ini hanya tinggal kenangan, air mataku kembali menetes dari sudut mataku.

Perih rasa hatiku, ku pandangi setiap sudut rumah ini terlintas kenangan bagaimana orang tuaku tersenyum ketika menyambut aku kembali ke rumah.

Aku pandangi pigura yang terpajang di setiap dinding rumah, foto ayah dan ibu yang tersenyum bahagia, membuat hatiku semakin teriris.

Alex membantu mengepak barang milikku dan memasukkan pakaianku ke dalam koper.

Setelah semua selesai, Alex membantu aku membawa barang-barang ke dalam mobil miliknya.

Dan hanya satu harta yang tersisa yang bisa aku gunakan saat ini yaitu satu mobil yang di belikan ayahku sebagai hadiah ulang tahunku beberapa bulan yang lalu.

Dan aku berencana untuk menjual mobil kesayangan dan penuh kenangan ini untuk membayar biaya kuliahku.

Setelah semua siap aku meminta Alex untuk kembali lebih dulu dan aku masih ingin di sini sebentar, menikmati kebahagian yang tersisa.

Tetapi lelaki itu tidak mau beranjak pergi tetapi ia tetap menemaniku seperti ia tidak tega melihat keadaanku saat ini.

Aku terduduk di sofa dimana biasa aku dan kedua orang tuanya menghabiskan waktu bersama setiap akhir pekan.

Aku menangis sejadi-jadinya, seandainya waktu bisa diulang aku ingin kembali di zaman itu.

Alex memelukku dan memberikanku kekuatan dan aku merasakan kehangatan di dalam pelukannya.

Mungkinkah dia malaikat yang Tuhan utus untuk menolong aku saat terpuruk?

Atau justru dia akan membuat aku semakin terpuruk dan jatuh lebih dalam?

Bersambung....

**********

Minta dukungan kalian ya readers untuk like, komen, dan tekan tombol ❤️ untuk info terbaru.

Bantu juga bintangnya di kasih rate 5 ya.

Makasih loh 😍🙏

Terpopuler

Comments

Heri Mahesa

Heri Mahesa

untung cowoknya tanggung jawab 😏😏😏

2021-03-11

0

Tionar Linda

Tionar Linda

semangat untuk mu Thor ❤️

2020-12-21

0

Tionar Linda

Tionar Linda

semangat untuk mu Thor ❤️

2020-12-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!