Stella berbalik, namun sepertinya ia masih tidak menyadari jika ada sepasang mata yang sedari tadi mengamatinya. Bukan niat pulang, Ia hanya berpindah tempat. Berdiri terlalu lama membuat kedua kakinya terasa pegal.
Gadis itu berjalan menuju pohon besar berdaun rindang yang ada dipinggiran sungai Han, duduk dengan nyaman di sana. Tanpa menyadari jika ada seorang pemuda yang lebih dulu menempatinya, pemuda itu duduk dibalik pohon yang Stella tempati. Dan posisi mereka kini saling memunggungi.
Si pemuda melirik kebelakang menggunakan ekor matanya yang tajam, tidak terlihat selain sepasang kaki indah milik Stella. Pemuda itu membiarkannya, asal dia tidak mengganggu ketenangannya. Karena bila gadis itu berani mengusik ketenangannya, bukan tidak mungkin gadis itu harus berhadapan dengan sikap dinginnya yang melampaui batas wajar.
Stella membuka tasnya kemudian mengeluarkan sebuah liontin berbentuk hati, didalamnya ada sepasang foto milik seseorang yang paling berharga dalam hidupnya. Yang kini tidak lagi ada di dunia ini dan menghantarkan Stella menjadi seorang gadis yatim piatu.
Liontin itu terbuka, kedua mata Jessica tampak berkaca-kaca melihat dua foto yang ada didepan matanya. Tidak terasa sudah lebih dari 15 menit Stella menatap foto itu, dan selama itu pula air matanya terus mengalir dan membasahi wajah cantiknya. Membuat orang-orang yang berlalu lalang tidak henti-hentinya menatapnya.
"Ma, lihatlah Nunna itu. Sepertinya dia sangat bersedih, dia menangis." Seorang anak laki-laki tiba-tiba saja menghentikan langkahnya. Mengamati wajah Stella yang penuh air mata.
"Sudah biarkan saja, kau juga sering sekali menangis."
Dan ucapan anak laki-laki itu mengalihkan perhatian pemuda yang sejak tadi berada dibelakang Stella. Pemuda itu membuka kedua matanya, dengan kedua tangannya Ia lipat dan diletakkan di depan dadanya.
Merasa penasaran, pemuda itu memutuskan untuk melihatnya. Dan lagi-lagi pohon itu menghalangi penglihatannya, kali ini hanya surai panjang yang terlihat.
Stella menutup kembali liontin itu, dan menghela nafas dalam-dalam. Rasanya dia ingin sekali menangis sekencang-kencangnya untuk melepaskan semua kesedihan yang bersarang di hatinya.
Angin sore berhembus pelan. Sejuk menyentuh kulitnya, cuaca teduh tidak terlalu panas membuat suasana menjadi begitu nyaman membawa Stella pada rasa tenang. Rasanya baru kali ini dia merasakan ketenangan semacam ini.
"Sudah lama sekali rasanya aku tidak merasa setenang ini." Gumam gadis itu dengan nada pelan. Sudut bibirnya tertarik keatas, menciptakan lengkungan indah di wajah cantiknya.
Stella tersenyum perih. "Sampai kapan aku akan merasa seperti ini? Sekali saja ... biarkan aku merasa bahagia ... Aku merindukan kehidupanku yang dulu." Gumamnya lagi. Senyum indah di wajah Stella berubah menjadi senyum menyakitkan.
Gadis itu menundukkan wajahnya, membekap mulutnya agar isakannya tidak sampai terdengar oleh orang lain. Namun salah, karena ada orang lain yang sudah mendengarnya. Bahkan mengetahui apa yang Stella lakukan selama di Sungai Han, karena orang itu sudah ada di sana sebelum kehadiran gadis itu.
"Ma, Pa. Kenapa kalian tidak membawaku bersama kalian saja? Kenapa kalian harus meninggalkanku sendiri, aku lelah. Aku sangat-sangat lelah dengan hidup yang aku jalani saat ini, aku tidak sanggup lagi. Aku sendirian. Dia sudah tidak menyayangiku lagi, aku membencinya. Aku sangat-sangat membencinya." Stella menundukkan wajahnya semakin dalam.
Air matanya tumpah membasahi wajah cantiknya. Jatuh semakin deras hingga membentuk aliran sungai anak dikedua sisi hidung mancungnya.
Stella menggumamkan apa yang selama ini rasakan, yang terpendam di dalam hatinya. Semua rasa sesak yang selalu menghimpit dadanya. Susah payah Ia berusaha untuk bertahan agar tidak menangis. Namun pertahanan Stella akhirnya runtuh. Ia tidak kuat menahannya lebih lama lagi.
Seseorang yang berada dibalik pohon yang Stella tempati mendengarkan semua kalimat yang gadis itu ucapkan. Namun Ia seakan tuli dan tidak mau peduli.
Setelah cukup puas, Stella memutuskan untuk berdiri. Menyibakkan dress nya yang kotor karna duduk di atas rerumputan. Begitu pula dengan orang itu, pemuda itu pun bangkit dari duduknya. Mereka melangkah dalam posisi berlawanan arah, dan akhirnya mereka pun saling bertabrakan.
Stella benar-benar terkejut dengan keberadaan pemuda itu, namun hal berbeda justru ditunjukkan oleh si pemuda asing yang saat ini berhadapan dengannya. Karena Ia sudah menyadari keberadaan Stella di sana sejak beberapa jam lalu, bahkan sebelum dia berpindah tempat dan duduk dibawah pohon.
Pemuda itu menatap Stella dingin tanpa ekspresi, tak ada niat untuk Ia menegur apalagi bertanya pada gadis itu walaupun Ia melihat ada jejak air mata di wajah cantiknya. Bahkan itu hanya sekedar bertanya apa Ia baik-baik saja. Dan Stella baru teringat, jika pemuda itu itu adalah orang yang sama yang telah menolongnya semalam.
Namun sepertinya hari ini bukanlah waktu yang tepat untuk mengucapkan terimakasih apalagi meminta maaf padanya atas sikap buruknya. Ia terlalu malas untuk berbasa-basi, suasana hatinya sedang tidak baik. Mata mereka terus menatap dalam diam.
Tiba-tiba saja angin berhembus cukup kencang. Membuat surai panjang Stella yang berwarna terang melambai karna terjangan angin nakal, gadis itu berusaha untuk merapikannya dengan cara memegangnya agar tidak semakin berantakan.
Namun kencangnya angin membuat usahanya sia-sia saja. Membuat pemuda itu terpaku dengan pemandangan dihadapannya, terhipnotis dengan kecantikan yang Ia miliki. Membuat rasa aneh mendera perasaannya.
Sadar jika mereka terlalu lama berpandangan. Pemuda itu akhirnya melangkah pergi. Meninggalkan Stella yang masih terpaku dalam posisinya.
"Astaga, sebenarnya dia itu manusia atau patung es? Dia dingin sekali?" gumam Stella.
Gadis itu membalikkan tubuhnya menatap punggung pemuda itu yang semakin menjauh. Tidak ingin terlalu menghiraukannya. Stella pun memutuskan untuk meninggalkan tempat itu dan melangkah pergi.
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Radya Arynda
semangaaat stella💪💪💪💪💪
2023-04-15
0