Anggita sangat senang ketika Roy menyetujui permintaannya. Ia juga sudah membayar Roy di muka. Satu hal hingga saat ini membuatnya gusar adalah memikirkan perasaan Devano jika ketahuan.
Namun, ketika mengingat alasan Anggita melakukan hubungan terlarang dengan Roy untuk kepentingan dan kebahagiaan Devano membuatnya merasa yakin bahwa tidak akan terjadi apapun kedepannya. Apa lagi Roy tidak menginginkan anak jika dirinya hamil.
"Apa kamu sudah siap?" Tanya Roy baru saja keluar kamar mandi membersihkan diri lebih dahulu.
Anggita memejamkan mata sejenak mendengar pertanyaan tersebut. Istri mana yang sudah siap melakukan hubungan terlarang dalam keadaan sadar seperti ini? Tentu saja ia tidak akan siap. Tapi, kenyataan mendorongnya agar melakukan hubungan terlarang ini.
Perlahan Anggita membuka selimut yang menutupi tubuhnya. Lingerie berwarna merah transparan sudah dikenakannya sesuai permintaan Roy, tadi. Kepalanya menunduk dalam merasakan malu yang teramat sangat.
Pandangan pria itu menelusuri setiap inci permukaan kulit putih mulus Anggita dengan tatapan lapar. Roy tak menyangka kalau Anggita memiliki lekuk tubuh sangat indah. Ia pun segera melakukan transaksi sesuai perjanjian.
"Nikmati saja, jangan tegang begini!" Bisik Roy tepat ditelinga Anggita dengan suara berat dan serak menahan hasrat ingin segera tertuntaskan.
***
Anggita menggigit bibirnya ketika melihat hasil tes kehamilan yang masih saja menunjukkan garis satu yang dipegangnya. Usahanya bulan lalu masih gagal ternyata.
"Sayang," pekik Devano dari luar kamar mandi semakin membuat Anggita merasa sedih.
Perlahan Anggita membuka pintu kamar mandi dengan raut wajah sedih. Ditatap mata Devano memancarkan kekecewaan. "Maafin aku, mas." Cicitnya lirih. Ia tak dapat membendung tangisan ketika Devano memeluknya agar lebih tenang.
Bukan hanya meminta maaf karena belum juga hamil melainkan untuk semua yang telah diperbuat Anggita dibelakang Devano.
"Jangan menangis terus, dong. Kita bisa usaha lebih keras lagi," ucap Devano sedikit menggoda agar Anggita tidak lagi menangis.
Tangisan Anggita semakin menjadi ketika mendengar godaan dari Devano. Bagaimana tidak? Hingga kini Devano belum mengetahui divonis mandul.
Keesokan harinya, setelah Devano kembali ke Kantor usai makan siang bersama. Anggita segera pergi ke Apartemen tempat tinggal Roy selama ini. Mereka sudah membuat janji temu sebelumnya.
Anggita masuk ke gedung Apartemen Roy dengan mudah sebab pria itu sudah memberitahukan sebelumnya akan ada tamu menemuinya.
"Ada apa?" Tanya Roy ketika baru saja membuka pintu Apartemen. Agaknya pria itu baru saja bangun tidur terlihat dari penampilannya yang berantakan.
Anggita duduk di sofa setelah dipersilahkan duduk oleh Roy. Ia mengeluarkan alat tes kehamilan miliknya dan diberikan kepada Roy.
Roy menerimanya dan memperhatikan benda tersebut. "Maksudnya ini apa?" Tanyanya sebab tidak tahu-menahu masalah seperti ini.
Anggita menghela nafas panjang sebelum menjelaskan kepada Roy. "Aku masih belum hamil juga," cicitnya pelan.
"Jadi?" Tanya Roy menaikkan sebelah alisnya.
Anggita menatap pria bayaran itu yang masih berdiri dihadapannya. Rasanya enggan mengulangi cinta terlarang itu. Namun, keadaan memaksanya kembali.
"Kita harus melakukannya lagi, Roy. Lakukan sampai aku hamil," tutur Anggita membuat Roy melotot kaget.
"Kamu serius?" Tanya Roy dan menelan saliva ketika Anggita mengangguk.
Anggita mengangguk. "Kita akan melakukannya saat aku masa subur agar cepat hamil."
Roy mengangguk mengerti. "Urus saja kapan waktu kamu subur dan segera hubungi aku."
Seperti yang telah dibicarakan beberapa Minggu lalu. Anggita kembali menghubungi Roy untuk melakukan transaksi di antara keduanya. Ia juga meminta Roy agar tidak menerima pelanggan sebelum bertransaksi dengannya.
Mereka bertemu tidak di Hotel ataupun club malam seperti transaksi awal. Anggita datang langsung ke Apartemen Roy karena merasa tempat itu lebih aman dari tempat lain. Mengingat Devano tidak pergi ke luar kota lagi.
"Aku akan mengirim bayaran sama seperti bulan lalu," kata Anggita ketika baru saja sampai di Apartemen Roy.
Roy menaruh segelas jus jeruk di meja depan Anggita lalu duduk di hadapan wanita itu dengan memegang gelas berisi jus jeruk. "Gak perlu. Kali ini aku melakukannya dengan suka rela," tatapan mereka bertemu.
Anggita merasa tatapan Roy memiliki arti yang tidak dapat di artikannya. Ia hanya dapat mengangguk saja. Keduanya akhirnya bersiap setelah jus yang tersedia telah habis.
"Nikmatilah," bisik Roy di telinga Anggita.
"Aku harap setelah ini kita gak akan bertemu lagi, Roy." Balas Anggita ditengah permainan keduanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
George Lovink
Murahan sekali Anggita...tak punya harga diri sampai segitunya merelakan kehormatan untuk pria lain...cerita yang tak mendidik malah merusak moral
2024-01-25
0