Bagai disambar petir pada siang hari. Anggita begitu syok mendengar kenyataan ini. Pikiran nya melayang dimana setiap bulan dirinya selalu lancar datang bulan. Tidak pernah memiliki riwayat sakit pada daerah kewanitaan nya. Seperti senggugut, nyeri, atau sakit lain nya. Ia juga tak pernah melakukan hubungan badan pada pria selain Devano.
Memikirkan bagaimana bila Devano mengetahui kenyataan sebenarnya membuat hatinya sedih. Suaminya itu pasti akan merasakan kehilangan. Bukan hanya kehilangan harta dan tahta. Jati diri dan semangat hidup pasti akan terkoyak. Ditambah lagi, Panti Asuhan Mutiara Kasih dimana tempat tinggalnya selama sebelumenjadi istri Devano akan terancam hidup susah dan kelaparan lagi. Selama Devano menikahinya, kehidupan anak panti jauh lebih baik.
Tanpa terasa air matanya mengalir. Membayangkan apa saja yang bisa terjadi jika Devano mengetahui kenyataan atas kekurangan nya. Mengingat Pak Surya akan sangat senang mengetahui hal ini juga.
Dihapus air matanya. "Dok. Bisakah rahasiakan hal ini pada siapapun termasuk suami saya?" Pinta nya memohon.
"Tapi, Bu. Hal itu akan melanggar aturan Rumah Sakit."
Anggita bangkit lalu bersimpuh di hadapan Dokter tersebut. "Saya mohon, Dok. Saya tidak ingin membuat suami saya sedih. Kasihanilah kami, Dok."
Dokter tersebut menjadi serba salah. Ia membantu Anggita untuk berdiri kembali. "Baiklah."
"Terimakasih, Dok. Terimakasih banyak," Anggita tidak dapat membendung air matanya lagi.
Usai urusannya selesai, Anggita pergi dari Rumah Sakit. Ia tidak tahu harus berbuat apa setelah ini.
"Antar saya ke salon, Paman." Pinta Anggita ingin mengurangi kesedihan nya.
"Baik, Bu."
Sepanjang perjalanan Anggita menangisi kenyataan yang telah diterimanya. Selama ini, tak sedikit menerima gunjingan dari teman-teman nya sebab tak kunjung hamil. Tapi, ia lebih sedih lagi bila Devano yang tidak sehat.
Sesampainya di Salon dan langsung memesan perawatan apa saja yang akan ia lakukan. Pertama, ia melakukan perawatan wajah. Memejamkan mata membiarkan wajahnya dilumuri masker.
"Dia itu memang terkenal tampan dan keperkasaan. Aku saja gak kuat ngimbangi permainan nya," celetuk pelanggan yang duduk di sebelah Anggita.
"Siapa yang bisa menolak pesona Roy. Hanya membayangkan saja aku sudah gak tahan. Tapi sayang, suamiku sedang di rumah. Tapi Minggu depan aku akan sewa dia lagi setelah suami ku pergi bertugas."
Anggita membuka mata mendengar obrolan dua wanita di sebelahnya. Sepertinya, pembicaraan yang menarik.
"Roy juga pilih-pilih pelanggan. Dia terima pelanggan yang cantik-cantik kayak kita."
"Maaf, Mbak. Boleh saya minta kontak Roy?" Tanya Anggita. Entah apa rencana nya kali ini.
Kedua wanita itu saling pandang kemudian senyuman terbit di wajah mereka.
"Mbak juga kesepian, ya? Ini mbak kontak Roy. Pasti mbak diterima, cantik banget begini." Tutur salah satu wanita itu sembari memberikan ponselnya berisi kontak pria yang mereka bicarakan.
"Suami mbak tugas juga, ya? Kami juga. Jangan lupa, kasih nama kontak nya jangan Roy. Nama wanita biar gak dicurigai."
Anggita hanya tersenyum dan mengikuti instruksi dari wanita tadi.
Ketika sudah tiba di rumah pada malam hari, Anggita duduk diam memikirkan yang telah terjadi.
Ponsel Anggita berdering menampilkan nama Devano sedang memanggil panggilan video. Ia pun segera mendial icon gagang telepon berwarna hijau.
"Hai, mas." Anggita memaksakan senyuman nya.
"Hallo, sayang. Mas baru saja sampai Hotel. Gimana hari kamu?"
"Syukurlah. Semua baik, mas." Sekuat tenaga Anggita menyembunyikan kesedihan nya.
"Sayang. Gimana hasil pemeriksaan kita?"
"Ba-baik, mas. Kita baik," kilahnya tak ingin membuat Devano sedih.
"Sudah mas tebak. Pasti kita baik-baik saja. Hanya belum rejeki saja. Sudah dulu, ya. Mas mau bersih-bersih dulu."
Anggita tak dapat menahan air matanya setelah melihat wajah Devano tampak lega. Ia menatap kontak pria bayaran yang dimintanya dari dua wanita di salon tadi.
Esokan harinya Anggita meyakinkan dirinya untuk menghubungi pria bayaran bernama Roy itu. Sesuai janji temu keduanya akan bertemu siang ini di cafe.
Anggita sudah bersiap mengenakan dress putih dan ia menaiki mobilnya sendiri tanpa diantar sopir agar tidak menimbulkan curiga. Ketika sampai di cafe iya celingukan mencari seorang pria bernama Roy tersebut dengan perasaan gugup tak menentu.
"Hai," pekik seorang pria berkaos hitam pas di tubuh atletisnya.
Anggita menggigit bibir bawah bagian dalam untuk menetralkan kegugupan nya. Ia akui Roy tak kalah tampan dengan Devano. Mendadak tak nyaman ketika pria bayaran itu memperhatikan penampilan nya.
"Kapan kita mulai bisnis kita?"
"Sampai saya hamil."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Hilman damara
lanjutkan kak dan tetap semangat oke
2023-04-15
0