Bab 2

Anggita merasa semenjak kedatangan Pak Surya beberapa hari lalu membuat sikap Devano berubah. Suaminya itu lebih banyak diam dan melamun meski tetap bersikap perhatian padanya.

Pernah beberapa kali Anggita memergoki Devano tengah bermain ponsel, berselancar di internet membaca artikel-artikel tentang kehamilan. Sebagai wanita yang sudah dua tahun menjadi seorang istri, tentu saja memiliki harapan besar untuk hamil. Namun, kenyataan nya ia tak pernah mengalami tanda-tanda kehamilan sekalipun. Padahal, siklus datang bulan selalu lancar dan siklus hubungan badan mereka juga teratur.

Anggita juga sudah melakukan beberapa usaha dari artikel yang ia baca sendiri agar segera hamil. Makan-makanan sehat, olah raga, minum jamu penyubur peranakan, memposisikan kaki di dinding setiap kali habis berhubungan, dan masih banyak lagi. Begitu juga dengan Devano, ia tidak merokok ataupun peminum alkohol. Tetapi, tetap saja tidak kunjung hamil.

"Mas," panggil Anggita pelan. Ia menengadah menatap suaminya sedari tadi diam melihat langit-langit kamar mereka. Sementara dirinya tengah baring dan kepalanya berada di dada bidang suaminya itu.

"Hem," Devano berdehem sebagai jawaban.

Jawaban Devano justru membuat Anggita semakin berkecil hati. Apakah sesakit ini yang dialami pejuang garis dua? Jika boleh jujur, mereka yang bernasib sama seperti Anggita tidak akan mau untuk mengalami hal seperti ini.

"Walau aku gak kunjung hamil, mas gak akan nikah lagi 'kan?" Tanya Anggita mengejutkan Devano.

Pertanyaan yang mengejutkan Anggita lantas membuat Devano menatap wanita yang dicintainya ini. "Kenapa tanya begitu? Aku gak akan lakukan itu, sayang."

Anggita memeluk erat Devano. Ia sangat bersyukur dicintai pria ini. "Tapi, aku takut kalau dalam satu tahun ini gak juga hamil dan melahirkan anak, mas."

Suasana mendadak hening sesaat. Keduanya seakan sedang memikirkan solusi yang terbaik untuk masalah ini.

"Gimana kalau kita program bayi tabung, mas?" Tanya Anggita meminta pendapat kepada Devano.

"Baiklah."

Sesuai yang sudah dibicarakan malam tadi. Anggita dan Devano memutuskan pergi ke Rumah Sakit terbaik di Jakarta. Keduanya tampak gugup meski tetap pergi juga.

Setelah nama keduanya dipanggil, Dengan langkah pasti masuk ke dalam ruang Dokter spesialis kandungan. Di dalam sana, baik Anggita dan Devano diberi saran dan nasihat mengenai keputusan yang mereka ambil.

"Baiklah. Jika Bapak dan Ibu telah sepakat, kita akan lakukan prosedur awalnya lebih dahulu." Terang sang dokter.

Anggita dan Devano mengangguk setuju. Suster mengarahkan Anggita lebih dahulu melakukan pemeriksaan kadar hormon dalam darah dan kondisi indung telur (ovarium). Dokter juga akan melakukan USG atau Rontgen untuk melihat ada penyumbatan serta gangguan pada ovarium atau tidak.

Sementara untuk Devano, pemeriksaan dilakukan dengan menguji kualitas speerma.

"Jadi, harus dikeluarkan Dok?" Tanya Devano panik dengan wajah yang sudah memerah.

"Iya, pak. Ibu bisa membantu," jawab Dokter spesialis kandungan tersebut.

Devano dan Anggita saling pandang. Anggita telah selesai melakukan pemeriksaan bagi dirinya. Dan sekarang, giliran Devano.

Masih dengan perasaan malu yang sama. Devano dan Anggita diarahkan menuju sebuah ruangan kosong agar dapat membantu Devano mengeluarkan cairan tersebut. Tak lupa pula perawat itu memberikan tiga tabung kecil sekaligus kepada mereka.

Di dalam ruangan itu, Devano dan Anggita tampak diam saja cukup lama. Berpikir keras akankah melakukan hubungan badan di tempat asing agar dapat mendapatkan cairan yang dimaksud.

"Ayo lakukan, sayang. Kita harus selesaikan pemeriksaan ini. Kita gak akan mungkin bisa menunda nya lagi," tutur Devano dan disetujui oleh Anggita.

Beberapa waktu berlalu. Devano dan Anggita masuk ke ruang kerja Dokter spesialis kandungan tersebut malu-malu dengan membawa tiga tabung berukuran kecil berisi cairan itu dan menyerahkannya kepada sang Dokter.

Dokter itu tersenyum. "Jangan malu." Ucapnya seraya menerima tiga tabung kecil tersebut lalu diserahkan kepada perawat itu yang nantinya akan diperiksa pihak laboratorium.

"Selain itu, pemeriksaan penyakit menular, seperti HIV, juga akan dilakukan untuk memastikan Bapak dan Ibu dalam kondisi sehat dan siap menjalani prosedur bayi tabung." Terang Dokter tersebut dan benar saja. Keduanya kembali melakukan pemeriksaan selanjutnya.

Setelah semua prosedur pemeriksaan telah dijalani, Anggita dan Devano akan kembali lagi ke Rumah Sakit tujuh hari mendatang seraya mengetahui kesuburan keduanya.

"Semoga kita sehat dan subur ya, mas."

Tujuh hari berlalu, tepat dimana Anggita dan Devano harus ke Rumah Sakit kembali. Namun, Devano tidak dapat hadir sebab harus pergi ke luar Kota.

"Maaf, ya. Mas gak bisa temeni kamu hari ini," kata Devano penuh penyesalan.

Anggita memaksakan senyum. "Gak masalah, mas. Biar aku ambil hasil pemeriksaan saja dan meminta mengatur ulang jadwal kita," terangnya mencoba mengerti.

Devano mendekap erat tubuh Anggita dan melabuhkan kecupan penuh kasih di keningnya. "Mas berangkat "

Pelukan mereka terurai. Anggita mengangguk ketika Devano pamit. "Hati-hati. Kabari kalau sudah sampai," katanya. Ia mengantar Devano hingga depan pintu utama. Setelah suaminya telah pergi, ia pun bersiap pergi ke Rumah Sakit diantar seorang sopir pribadinya.

Sesampainya di Rumah Sakit, ia langsung menuju ruang Dokter spesialis kandungan yang menangani mereka.

"Begini, Bu. Dengan berat hati, Bapak dan Ibu tidak dapat melanjutkan prosedur bayi tabung."

Anggita dapat melihat penyesalan dari mimik wajah Dokter itu. "Kenapa, Dok? Apa saya bermasalah?" Tanyanya beruntun.

Dokter itu berdehem. "Bukan. Ibu sehat dan sangat subur, masalah ada pada Bapak Devano."

Mendengar itu membuat Anggita cemas. Ia meremas jemari nya menantikan penjelasan Dokter itu. "Maksud Dokter?"

Dokter itu membuka lembaran hasil pemeriksaan laboratorium. Dibacanya seksama mengulangi beberapa kali. "Disini dijelaskan, dinyatakan bahwa Bapak Devano mengalami infertilitas."

Dahi Anggita berkerut mendengarkan penjelasan Dokter itu. "Infertilitas itu apa, Dok?"

"Infertilitas itu ialah suatu kondisi yang membuat pasangan suami istri tidak dapat memiliki keturunan atau sering disebut kemandulan."

Terpopuler

Comments

Hilman damara

Hilman damara

hadir lagi kak aku disini

2023-04-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!