Jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari, dan Naisha baru saja tiba dirumahnya diantar oleh Mely dan Tari.
"Oke, terimakasih.. Sampai jumpa besok besti - besti ku.." ucap Naisha yang sudah keluar dari mobilnya Mely dengan sempoyongan.
"Iya, Nai.. Bye..!!" teriak Mely dan Tari dari dalam mobil dan setelah itu mereka pun berlalu dari sana.
Masih dengan badan yang sempoyongan, Naisha lalu masuk kedalam rumahnya. Naisha memang sudah sering pulang tengah malam begini, dan Naisha memiliki kunci cadangan untuk akses masuk ke rumahnya tanpa membangunkan anggota keluarganya yang lain.
Sesaat setelah pintu utama itu dibuka oleh Naisha, tiba - tiba saja lampu ruang tamu yang awalnya sudah padam, langsung saja menyala. Tentu hal itu membuat Naisha kaget dengan matanya yang melotot itu melihat siapa yang masih terjaga jam segini dan menghidupkan lampu. Ketika itu pula, ia menangkap sosok Abinya yang sudah berdiri dihadapannya dengan berdecak pinggang.
"Abi, bikin kaget aja!!" kata Naisha tanpa merasa bersalah. Ia kemudian kembali mengunci pintu dengan santainya sembari bersenandung kecil.
"Kamu dari mana, Naisha?" tanya Abi Naisha dengan suara yang kuat, sehingga membuat Naisha langsung melihat kearah Abinya.
"Aku dari mana? Bukannya Abi sudah tahu, jadi gak perlu lah Naisha jelaskan lagi. Buang - buang energi saja!" keluh Naisha dan setelah itu berjalan kearah tangga.
"Tunggu dulu, Naisha!" cegat Abinya, Naishapun kembali menghentikan langkahnya.
"Apalagi sih, Bi? Naisha sudah ngantuk nih, mau tidur." rengeknya dengan manja.
"Sikap Kamu sudah keterlaluan ya, Naisha. Abi gak bisa lagi mentolerin perilaku kamu diluar sana. Kamu itu perempuan, hampir setiap malam kamu keluyuran tidak jelas dan pulang sampai tengah malam begini, tujuan kamu sebenarnya apa sih Naisha? Kenapa kamu menjadi liar begini, susah diatur dan berbuat semaumu saja?" ujar Abi Naisha dengan sangat marah. Selama ini Abi Naisha memang jarang marah, tapi malam ini dia seakan kehabisan kesabarannya melihat kelakuan anak gadis satu - satunya itu yang menurutnya sudah terlampau batas.
Tapi, Naisha sama sekali tidak menghiraukan ucapan Abinya. Malahan ia menguap lebar beberapa kali tanpa rasa bersalah dan berdosa sedikitpun.
"Kamu mau jadi apa sih, Naisha? Kuliah kamu tidak mau kamu selesaikan, kerjaan kamu cuman keluyuran sepanjang hari bersama teman - teman kamu itu. Abi benar - benar sudah kehabisan akal menghadapi tingkah kamu ini Naisha." lanjutnya lagi dan kemudian Abi Naisha memegang keningnya yang tiba - tiba berdenyut.
"Sudah ngomelnya Abi? Lama - kelamaan Abi ini bawelnya seperti Umi Sofia ya, apa jangan - jangan Umi Sofia yang ngajarin Abi dan menyuruh Abi untuk ngomel - ngomel ke Naisha?" tuduh Naisha asal - asalan.
"Tidak ada hubungannya dengan Umi kamu, Naisha. Umi Sofia tidak pernah menyuruh Abi untuk mengomeli dan memarahi kamu, malahan ia selalu menyuruh Abi untuk lebih banyak bersabar menghadapi tingkah kamu ini. Abi memarahi kamu karena Abi sudah tidak tahan lagi dengan sikap kamu yang sudah diluar kendali." kata Abi Naisha masih berusaha untuk tenang walaupun sebenarnya ia hampir terbawa emosi menghadapi kekerasan hati anak Gadisnya itu.
"Oh, Gitu ya? Jadi sekarang Abi lebih membela Umi Sofia ditimbang Aku? Abi lebih mengagung - agungkan dia dan menganggap dia segala - galanya, yang terbaik dan yang terhebat, iya kan Bi?" tanya Naisha dengan nada sinis. Abi Naisha langsung menggeleng - gelengkan kepalanya, ia sungguh tidak mengerti pola pikir Naisha yang entah lari kemana.
"Abi tahu kamu tidak pernah suka dengan Umi Sofia, tapi tolong.. Jaga sikap kamu Naisha. Bagaimanapun, Umi Sofia adalah Umi kamu.."
"Cuman Umi Tiri, dan sampai kapan pun aku tidak akan menganggap dia sebagai Umi aku. Umi aku sudah lama meninggal. Titik, ngak ada toleren." ketus Naisha dan setelah mengatakan itu iapun bergegas menaiki anak tangga menuju ke kamarnya. Abi Naisha memanggilnya, akan tetapi Naisha sama sekali tidak menghentikan langkah kakinya. Ia masuk kedalam kamar lalu membanting pintu kamarnya dengan kuat.
...🔥🔥🔥🔥...
Didalam kamar, Naisha melempar tas ranselnya kesembarang tempat. Ia benar - benar kesal atas teguran dari Abinya malam ini, padahal sebelum - sebelumnya Abinya tidak pernah memarahi dirinya seperti ini. Palingan jika menegur dengan perkataan yang lembut tanpa meninggikan suaranya.
"Ini pasti perbuatan Umi Sofia, pasti dia yang telah menghasut Abi agar memarahi aku." desis Naisha sembari menggepal kedua tangannya dengan rasa geram dihatinya.
Setelah Umi kandung Naisha meninggal dunia beberapa tahun yang lalu, dan selang beberapa bulan kemudian Abinyapun menikah lagi dengan Umi Sofia yang merupakan teman dekat Umi Kandung Naisha yang bernama Nirmala. Semenjak itu, Naisha menjadi tidak suka dengan Sofia yang ia anggap sebagai pengkhianat karena Sofia malah menawarkan diri untuk menikah dengan suami dari teman dekatnya sendiri. Walaupun saat itu Sofia dan Abinya mengatakan mereka menikah atas wasiat dari Umi Nirmala yang menyuruh Sofia untuk menggantikan posisinya dalam mengasuh Naisha. Tapi, Naisha tetap saja tidak bisa menerimanya ataupun mempercayai apa yang dikatakan oleh mereka berdua.
Keesokan harinya, Naisha bangun kesiangan. Ia bangun saat matahari sudah naik, matanya silau oleh pancaran sinar matahari dipagi menjelang siang itu.
Naisha menggeliatkan badannya beberapa kali, rasa kantuk sebenarnya masih menguasai dirinya. Namun, ia terpaksa bangkit ketika mendengar suara ketukan dari pintu luar kamarnya. Naisha berjalan dengan tertatih - tatih kearah pintu. Setelah pintu dibukanya, sebuah wajah dengan senyuman manis menyambutnya didepan pintu. Akan tetapi, Naisha benci dengan senyuman kepalsuan yang ada dihadapannya saat ini.
"Jangan senyum - senyum tak jelas gitulah Umi, Kenapa? Senang ya melihat aku dimarahin Abi." semprot Naisha. Umi Sofia seketika langsung mengerutkan keningnya karena heran.
"Ada apa Naisha? Abi marahin kamu ya?" tanya Umi Sofia yang memang tidak tahu kejadian tadi malam saat Abi Naisha memarahinya.
"Pandai banget ya Umi berakting, sudah jelas - jelas Umi yang menghasut Abi untuk menegur dan memarahi aku. Iya kan? Puas Umu sekarang?" tuduh Naisha asal - asalan.
"Naisha, Demi Allah Umi gak ada menyuruh Abi kamu untuk memarahi kamu. Malahan Umi kesini mau memastikan keadaan kamu bagaimana? Karena Abi bilang kamu pulang larut malam dengan tubuh yang agak sempoyongan. Makanya, sahur tadi Umi gak bangunin kamu. Sengaja beri kamu ruang untuk istirahat dan tidur yang cukup." ujar Umi Sofia dengan menyanggah tuduhan dari Naisha tersebut.
"Alah.. alasan Saja!! Jangan sok perhatian lah Umi, Aku tu tahu bagaimana busuknya hati Umi. Didepan Abi saja Umi bersikap manis dan seolah - olah bak berhati malaikat, tapi nyatanya didalamnya busuk." kecam Naisha dengan nada keras dan kasar. Umi Sofia langsung terdiam dengan mengelus - elus dadanya...
...🌺🌺🌺🌺...
BERSAMBUNG...
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments