"Nai, Kenapa? Kenapa kita tiba - tiba putus?" tanya Raka heran karena tak ada angin dan tak ada ribut, tiba - tiba saja Naisha memutuskannya lewat telpon. Padahal mereka sudah cukup lama berpacaran, Raka menjalani hubungan dengan Naisha sudah begitu serius. Ia sangat menyayangi wanita itu, apapun rela ia lakukan demi Naisha. Karena tidak mudah juga bisa berpacaran dengan gadis cantik dan kaya raya seperti Naisha. Meskipun ia terkenal angkuh, tapi kecantikannya mampu membius mata laki - laki sehingga rela mati - matian mengejar cintanya.
Klik... Telepon terputus, Naisha tidak memberi alasan mengapa ia memutuskan pacarnya itu.
"Nai, kamu parah banget ya! Si Raka lagi bucin - bucinnya sama kamu, eh... Kamu malah main putusin aja anak orang. Apa gak patah hati dia tu," ucap Mely dengan menggeleng - gelengkan kepalanya melihat tingkah Naisha.
"Lu kayak gak kenal Naisha aja Mel, itu tandanya Naisha sudah mulai bosan, jenuh dan pengen cari bibit yang baru lagi, hahaha..." Tari ikut menimpali dengan tertawa lepas. Dan Naisha pun ikut tertawa juga menanggapi perkataan dari teman - temannya.
"Tapi, Nai. Kasihan juga si Raka, dia itu cowok baik Nai. Selama kamu berpacaran dengan dia, dia kan gak pernah macam - macam. Malahan dia rela melakukan dan disuruh apapun itu oleh kamu, yang penting kamu bahagia." kata Mely yang entah kenapa ia menjadi baper setelah Naisha memutuskan Raka.
"Itu masalahnya, pacaran dengan dia nih gak ada gregetnya. Benar kata Tari tadi, aku jenuh pacaran yang begitu - begitu aja. Dia terlalu nurut dan patuh anaknya, jadi kan aku merasa seperti gak ada tantangan gitu, cuman datar - datar aja." ujar Naisha dengan gaya santainya.
"Ya, tapi dia kayaknya sudah serius sekali sama kamu, Nai. Dia anaknya baik lo." ucap Mely dengan memonyongkan mulutnya.
"Yeee.. Kok lu yang terbawa suasana sedih sih? kalau lu mau, lu aja yang pacaran sama dia. Mumpung dia lagi jomblo tu, hahaha.." kata Tari dengan menyenggol bahu Mely.
"Ya benar itu, kamu deketin aja dia Mel. Aku ikhlas kok, hahaha.." ujar Naisha dengan tertawa terbahak - bahak bersama Tari. Sedangkan Mely hanya cemberut saja.
Pagi itu mereka bertiga sedang berada dikampus, tapi bukan berarti mereka mengikuti jadwal kuliah, melainkan mereka hanya iseng saja mampir ke kampus. Setelah agak beberapa lama mereka berada di sekitaran kampus, barulah mereka kembali ke parkiran mobil dan pergi mencari tempat nongkrong untuk menghabiskan waktu dengan bergosip dan berbicara sesuatu yang tidak berfaedah.
"Oya, Nai. Berarti sekarang lu jomblo nih. Kira - kira ada cowok yang lagi dekatin lu gak saat ini?" tanya Tari saat mereka sudah berada didalam mobil.
"Ya elah Tar, pakai tanya lagi. Pastilah ada, Naisha kan idola setiap laki - laki." kata Mely yang menimpali.
"Ya.. Gue kan cuman memastikan aja," kata Tari agak sewot.
"Ada sih beberapa, cuman aku lagi bosan ni dengan lelaki yang seperti itu - itu aja." kata Naisha masih dengan gaya khasnya yang sombong itu.
"Lelaki yang seperti itu - itu, maksudnya gimana Nai?" tanya Mely yang memang tidak paham maksud dari perkataanNaisha.
"Ya rata - rata cowok yang dekatin aku itu lebih kebucin dan agresif sekali pengen dekatin aku, mereka yang selalu menggombal, memuji dan memberi sesuatu yang sebenarnya aku gak butuh itu," jelas Naisha dengan tersenyum getir.
"Jadi sekarang ini kamu mau tipe cowok seperti apa, Nai? Jika dengan cowok yang menyukai mu dan mengagumi terang - terangan kamu sudah jenuh?" tanya Mely.
"Hhhmmm....." Naisha tampak berpikir panjang, setelah itu matanya langsung berbinar - binar saat sebuah ide baru muncul di benaknya.
"Aku pengen didekati dengan cowok yang polos, alim, pendiam, kaku, dan kalau bisa gak pernah pacaran sama sekali. Bakalan asyik seperti nya nih memacari cowok yang seperti itu." kata Naisha dengan tersenyum bahagia karena membayangkan dirinya menemukan cowok yang seperti ia katakan itu.
"Benar juga tu, tapi siapa ya yang bisa dijadikan tumbalnya?" tanya Tari.
"Itu Tuh.." tiba - tiba saja Mely yang menyetir mobil seketika langsung memberhentikan mobilnya didepan mesjid yang berada dikomplek perumahan Naisha.
"Kenapa berhenti?" tanya Tari dan Naisha hampir berbarengan.
"Katanya mau cari cowok alim dan kaku, nah itu dia.." tunjuk Mely seraya tersenyum lebar kearah seorang laki - laki muda yang tampak sedang menyapu halaman mesjid. Naisha dan Tari pun mengikuti arah pandang Mely dengan sedikit terpana melihat sosok lelaki itu. Dan dengan perlahan - lahan namun pasti, sebuah senyuman malah mengembang dibibirnya Naisha.
"Oke, bungkus dia untuk dijadikan tumbal." ucap Naisha yang langsung disetujui oleh kedua teman - temannya.
...🌺🌺🌺🌺...
Aamir baru saja selesai menyapu halaman mesjid, setelah itu ia hendak masuk kedalam mesjid menuju ke kamarnya dilantai dua untuk mandi dan membersihkan diri. Namun, niat tersebut diurungkannya ketika melihat sebuah mobil berhenti didepan mesjid. Awalnya Aamir berpikiran bahwa orang didalam mesjid itu mau menumpang sholat ataupun mau ke toilet. Akan tetapi, Aamir langsung tersentak kaget ketika melihat 3 orang wanita cantik dengan gayanya yang modis keluar dari mobil tersebut. Apalagi 2 orang dari mereka seperti tidak asing bagi Aamir, Aamir mencoba mengingat dimana ia bertemu dengan wanita tersebut. Hingga akhirnya, Aamir pun ingat dua wanita tersebut.
"Hai, Mas.. Mas..berjanggut tipis..." panggil salah satu mereka yang memakai baju pink dengan rambut panjang yang tergerai indah.
"Iya, Kak." sahut Aamir dengan heran. Lalu tiga wanita itu berjalan mendekatinya dengan gaya yang anggun.
"Jangan panggil kakak deh. Kesannya kami ini terlalu tua, iya gak teman - teman?" kata wanita berbaju pink itu lagi dengan bertanya ketemannya yang lain.
"Iya, benar." sahut mereka hampir berbarengan.
"Oh ya, maaf... Kalau begitu, ukhti - ukhti ini ada apa ya memanggil saya?" tanya Aamir lagi yang membuat tiga orang wanita tersebut langsung tetawa geli karena dipanggil ukhti. Aamir hanya bengong melihat gelagat mereka.
"Ya sudah, lebih baik panggil nama aja deh biar lebih akrab. Kenalkan nama aku Naisha" ucap Naisha dengan mengulurkan tangannya. Ia tidak mau berbasa - basi lagi, karena ia ingin segera menjalankan aksinya yang sudah disepakati bersama teman - temannya tadi.
"Ya, salam kenal. Nama Saya Aamir." jawab Aamir tapi tanpa menyambut uluran tangan dari Naisha. Ia tampak menelungkupkan kedua tangannya didepan dadanya. Padahal tangan Naisha sudah cukup lama menggantung diudara. Tentu saja hal itu membuat Naisha meradang, tidak pernah sekalipun laki - laki menolak untuk berjabat tangan dengannya. Malahan sebaliknya, semua laki - laki selalu berlomba - lomba untuk menyentuh tangannya yang lembut itu. Kesan pertama berkenalan dengan laki - laki ini benar - benar membuat dirinya sangat tersinggung. . .
...🌺🌺🌺🌺...
BERSAMBUNG...
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments