“Kau pasti bercanda!” Rani berdeham sejenak, lalu memalingkan wajahnya ke arah luar jendela mobil. Setengah bergumam ia membalas ucapan King padanya, “Bagaimana bisa Kau mengatakan hal seperti itu pada seorang wanita yang baru pertama kali Kau kenal.”
Seringai tipis tampak di wajah King, ia melirik sekilas pada Rani dan kembali fokus pada jalanan di depannya. “Aku butuh wanita kuat dan tangguh, juga penuh semangat untuk bisa berjalan berdampingan denganku.”
Rani mengernyit, menoleh pada King dan menatap lurus padanya. Maksud kedatangannya ke tempat itu adalah untuk berlibur dan melupakan sakit hatinya karena kegagalan rencana pernikahannya dengan sedikit membantu pekerjaan omanya, bukan untuk tebar pesona alih-alih mencari pengganti mantan tunangannya.
Mengingat hal itu, Rani mencebik dan melipat kedua tangannya di dada. “Apa menurutmu Aku bukan wanita seperti itu? Kau belum mengenalku dengan baik, Aku wanita kuat dan penuh semangat terutama dalam hal yang menyangkut masalah pekerjaan.”
King tersenyum samar, balas menatap Rani. Ia menepuk-nepuk setir mobilnya. “Aku dengar Kau datang ke tempat ini untuk membantu nyonya Maggie dalam hal pembukuan. Aku harap Kau betah tinggal di peternakan dan bisa bekerja sama dengan para pekerja di sana.”
“Aku juga berharap seperti itu, Tuan King.” Balas Rani dengan tersenyum. “Apalagi udara di tempat ini jauh lebih segar dan bersih, pasti akan sangat menyenangkan tinggal di tempat ini. Tidak banyak pabrik dan polusi asap kendaraan.”
“Yuhuu, tepat sekali.” King menimpali, “Kau hanya perlu menyesuaikan diri dengan penampilanmu di tempat ini. Kau akan berada bersama para pekerja laki-laki yang lebih banyak menghabiskan waktunya berjam-jam membelai surai kuda ketimbang mengusap rambut kekasihnya.”
“Aku harap tidak akan ada yang merasa terganggu dengan tampilanku di tempat ini,” ucap Rani dengan nada penuh penekanan, menatap pada baju juga sepatu yang dipakainya, ia tidak ingin ada orang yang mengkritik caranya berpakaian yang dirasanya sudah sangat pantas dan sopan.
“Para pekerja di peternakan jarang sekali bertemu dengan wanita-wanita dari kota sepertimu. Penampilan kalian yang sangat berbeda dengan gadis kebanyakan di tempat ini tentu sangat menarik perhatian.”
Rani bergidik membayangkan cerita omanya saat King menghalau salah seorang pekerjanya, yang berusaha menggoda Gaby karyawan wanita di sana.
Rani bisa membayangkan apa yang dipikirkan King saat melihat penampilan dirinya saat ini, serta-merta Rani memakai jaketnya lagi dan mengikat rambut panjangnya menjadi ekor kuda. Seharusnya ia juga memakai celana jeans seperti rencananya semula, bukan celana kain ala kantoran yang kini dikenakannya.
“Ada apa di depan jalan sana?” tanya Rani menunjuk ke arah lautan manusia yang berkumpul di sebuah lapangan luas di pinggir jalan yang akan mereka lewati.
King menundukkan wajahnya, melihat dari kaca depan mobilnya. Di mana-mana terdapat banyak lelaki memakai topi yang sama seperti dirinya. Suara dan pemandangan ramai di sekitarnya membuat King kesulitan mengetahui dengan jelas apa yang sedang terjadi di depan mereka.
“Apa Kau pernah melihat langsung pertandingan rodeo?” tanya King setelah ia menepikan mobilnya dan bersiap membuka pintu.
“Apa mereka sedang melakukannya di sana?” ucap Rani balik bertanya dengan wajah terlihat begitu antusias.
King turun dari mobilnya, dan kembali menutup pintunya. Ia menundukkan setengah badannya dan bertumpu di depan jendela mobil sesaat, seraya menatap wajah Rani, “Aku rasa Kau tidak akan melewatkan pemandangan menarik yang akan terjadi di depanmu kali ini.”
“Tentu saja.” Rani mengangguk dan bergegas turun, ia berjalan memutar dan berdiri menghadap King sembari mendongak dan menatap wajah laki-laki itu. “Aku pernah menonton pertandingan seperti yang Kau sebutkan itu di televisi. Setiap kali hewan-hewan itu berhasil menjatuhkan mereka, Aku berharap para penunggangnya tidak mengalami luka serius di bagian tubuhnya.”
“Mereka yang ikut dalam pertandingan rodeo adalah orang-orang terlatih, mereka tahu risiko apa yang akan mereka hadapi dalam setiap pertandingan.”
King mengulurkan tangannya, dan Rani menyambutnya. Tangannya kini berada dalam genggaman tangan King. Lelaki itu membawanya turun melewati undakan tangga-tangga kecil menuju tanah lapang, lalu menerobos kerumunan banyak orang yang berdiri di pinggir lapangan.
Segalanya pasti akan baik-baik saja, andai saja saat itu Rani tak memakai sepatu hak tingginya. Hingga ia harus membiarkan King berjalan lambat di sampingnya sementara Rani hampir saja tergelincir batu-batu kerikil yang bertebaran di jalanan yang dilaluinya.
“Maaf,” ucap Rani terlontar begitu saja ketika sekali lagi ia hampir terjatuh saat King membawanya berjalan cepat mengurai kerumunan penonton hingga mereka berada di barisan depan.
Rani sempat berpikir untuk melepas sepatunya dan membiarkan dirinya berte lanjang kaki saja, tapi King menggeleng padanya dan merangkum bahunya.
Andai saja King tahu kalau apa yang dilakukannya barusan itu mampu membuat jantung Rani berdegup lebih kencang, pasti lelaki itu akan menertawakan dirinya. Untuk sesaat lamanya Rani lupa dengan masa lalunya yang menyakitkan, sentuhan tangan King di bahunya terasa menenangkan.
“Pakai saja sepatumu, buat dirimu senyaman mungkin. Jangan hiraukan pandangan orang-orang yang melihat ke arahmu, fokus saja pada Aku dan permainan di depanmu.” King menurunkan topinya dalam-dalam dan berbisik di telinga Rani, berdiri di belakangnya dengan tangan tetap berada di bahunya.
Rani mengangguk, matanya memindai sekelilingnya. Banyak pasang mata yang menatap ke arahnya, suara bisik-bisik mulai terdengar saat melihat kehadiran dirinya dengan King di tempat itu. Bahkan ada yang bersiul dan berteriak menggodanya.
“Surprise Mister King, Kau berhasil menggaet wanita cantik dari luar daerah kita. Apa Kau tidak ingin mengenalkannya pada kami?”
Seorang pemuda melompat turun dari kudanya dan berjalan mendekati tempat King berdiri. Wajah lelaki itu terdapat goresan memanjang di bagian pipinya. Matanya liar menatap Rani, seolah ingin melahap tubuhnya.
“King!” Rani bergidik, tanpa sadar ia merapatkan tubuhnya dan memegang ujung kemeja King. Lelaki itu sepertinya mengerti kalau Rani ketakutan. Ia melepas topinya dan memasangkannya di kepala Rani.
Pertandingan rodeo sedang berlangsung, suasana riuh tampak jelas di sekitar lapangan. Para penonton berteriak memberikan semangat pada para peserta yang sedang berjuang agar tetap bertahan dan tidak terlempar jatuh.
Suasana tegang tampak di pinggir lapangan, King berdiri di hadapan Hary yang menatapnya dengan sorot mata penuh kebencian.
“Apa yang Kau inginkan, Hary?” King melebarkan tangannya di depan Rani, dan menyuruh wanita itu berdiri di belakangnya.
Rani menurut, sepertinya ia bisa menebak apa yang akan terjadi di antara kedua pria yang berdiri saling berhadapan itu.
Tak ada yang memperhatikan, semua mata tengah mengarah ke lapangan. Hary melangkah mendekat, berdiri di hadapan King dengan kedua kaki terbuka lebar. “Jangan coba-coba mencampuri urusanku lagi, kalau Kau tidak ingin wanitamu ini berakhir dalam pelukanku!”
Bugh!
“King!”
Rani terpekik, satu tinju King langsung bersarang di wajah Hary. Lelaki itu hanya meringis sambil mengusap pipinya yang memar. Ia berdiri tegap, dan meludah ke samping. Satu gerakan cepat, ia balas melayangkan pukulan ke wajah King, tapi meleset dan hanya mengenai tempat kosong.
Satu tangannya terkepal dan sekali lagi berusaha memukul King, tapi King berhasil menangkap tangan Hary dan mendorongnya hingga lelaki itu terjatuh ke tanah.
“Jangan ganggu wanitaku! Sekali lagi Kau berani melakukannya, Aku tidak akan segan-segan membuatmu mendekam di penjara. Selamanya!”
King langsung menghela bahu Rani dan membawanya pergi dari sana, meninggalkan Hary yang menatapnya penuh dendam.
🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Adi Nugroho
😯😯😯
2023-05-10
1
angel
lanjut say
2023-05-06
1
Juna murat
😅😅😅
2023-05-06
1