PB 2: Penghadangan Geng Bendong

*Perampok Budiman (PB)* 

 

Rugi Sabuntel berjalan dalam kondisi kuyup. Ia harus sesekali menarik celananya yang kedodoran karena berubah menjadi berat oleh massa air yang tersimpan dalam seratnya. Sesekali belahan bokongnya mengintip di belakang, ingin melihat dunia luas.

Bocah gemuk gendut itu berjalan mengikuti langkah Ki Robek yang telah menolongnya dan juga mengajarinya bisa berenang seperti bebek dalam kurang dari satu hari. Untung kursus renangnya gratis.

“Kita mau ke mana, Kek?” tanya Rugi Sabuntel yang sudah tidak punya rasa takut kepada Ki Robek yang berwajah rusak.

“Ke rumahku,” jawab Ki Robek yang berjalan terpincang-pincang bersama tongkatnya.

“Kakek Robek tidak bermaksud memotongku lalu memasakku, kan?” tanya Rugi Sabuntel berubah takut. Takut karena memikirkan tubuhnya akan menjadi potongan-potongan daging lalu direbus di kuali besar bercampur daun bawang dan daun jeruk.

“Maksudmu memotongmu seperti ini?” tanya Ki Robek, lalu ia mengibaskan tangan kirinya ke samping.

Set!

Sebatang pohon kecil yang tumbuh sejauh lima kali lompatan kodok, tiba-tiba tumbang dengan batang terpotong-potong rapi.

“Wuaaah!” teriak Rugi Sabuntel terkejut bukan main, sampai-sampai ia tidak sadar bahwa wajahnya saat itu begitu komedi. “Ki Robek orang sakti?”

“Aku memang orang sakti. Anak-anak Desa Buangsetan saja yang menganggapku setan!” gerutu Ki Robek. “Jika kau menjadi orang sakti, nanti kau tidak perlu lagi menangis jika diejek oleh teman-teman nakalmu itu. Kau bisa marah kepada mereka dan melawan mereka.”

“Benarkah, Kek?”

“Tampangku memang menyeramkan, tapi bukan tampang pembohong.”

“Jika aku berguru kepadamu, apakah aku akan dipukuli olehmu, Kek?” tanya Rugi Sabuntel berubah agak bersemangat, seolah-olah dia melihat bayangan ayam panggang di dalam otaknya.

“Iya, aku akan memukulimu, tetapi itu jika kau malas berlatih. Badan gendutmu tidak akan menghalangimu menjadi pendekar hebat. Justru badan gendutmu bisa kau jadikan sebagai senjata hebat. Kau sebenarnya anak berbakat, Rugi. Lihat saja, dalam waktu singkat kau sudah bisa berenang.”

“Hehehe!” kekeh Rugi Sabuntel karena dipuji-puji, tapi tidak membuatnya lupa menarik celananya yang kembali melorot. Ia berjalan sambil memegangi celananya agar tidak melorot diam-diam seperti cinta pandangan pertama.

“Kecerdasanmu tertutupi oleh rasa rendahmu karena diejek terus-terusan oleh teman-teman jahatmu itu.”

“Hehehe!” kekeh Rugi Sabuntel lagi, kali ini karena merasa malu. Rupanya gendut-gendut dia punya rasa malu juga.

“Maukah kau menjadi muridku, Rugi?” tanya Ki Robek, seperti seorang lelaki memberi tawaran status “kekasih” kepada seorang wanita.

“Mau sekali, Kek. Tapi, aku harus minta izin dulu kepada Emak dan Kakek Sambo.”

“Aku mengajakmu dulu ke rumahku, agar kau tahu di mana rumahku berada. Hari ini, aku akan mengajarimu cara berkelahi, agar kau bisa membuat teman-temanmu itu berhenti mengejek gendutmu dan kau bisa tetap bangga memiliki badan gemuk dan gendut,” kata Ki Robek.

“Iya, Kek.”

“Besok aku akan pergi menemui ibu dan kakekmu untuk minta izin mengangkatmu menjadi muridku,” kata Ki Robek.

“Iya, Kek. Aku akan giat berlatih,” kata Rugi Sabuntel bersemangat. “Tapi, Kek. Setelah aku menjadi pendekar, apakah aku akan menjadi kurus?”

“Itu bisa diatur. Jika kau memilih menjadi kurus, kau harus rajin tidak makan tapi banyak berlatih. Namun, jika kau tetap ingin gendut, kau tetap boleh makan banyak tapi tetap banyak berlatih pula.”

“Aku tidak bisa jika tidak makan banyak, Kek.”

“Tenang saja. Selama kau menjadi muridku, kau boleh makan banyak. Aku tidak akan mempersoalkan kau jadi kurus atau tetap gemuk saat besar nanti.”

 

*****

 

Bendong dan kelima rekannya seperti biasa kongkow-kongkow di sebatang pohon tumbang yang tidak pernah terlihat bangun-bangun lagi. Sepertinya pohon itu sudah purnatugas di dunia fana ini.

Bendong dan rekan-rekannya memiliki beberapa tempat tongkrongan di Desa Buangsetan. Kadang mereka nongkrong di pasar sekedar mencari-cari kesempatan mencuri kecil-kecilan dagangan para pedagang. Terkadang mereka juga nongkrong di pinggir sungai di bagian yang sudah menjadi toilet umum terbuka bagi warga. Laki-laki dan wanita suka buka celana di sana semata-mata buang hajat.

Terkadang Bendong suka pura-pura buang hajat, padahal tujuan utamanya menunggu ada warga perempuan yang datang buang hajat, lumayan bisa untuk cuci mata.

Termasuk di pinggiran sawah pinggiran Desa Buangsetan itu. Itu spot bagus untuk nongkrong.

“Itu dia si Ikan Hamil!” teriak Bendong sambil menunjuk kepada Rugi Sabuntel yang berjalan seorang diri dari arah hutan.

Teriakan Bendong yang terdengar, membuat Rugi Sabuntel terkejut. Seolah ingin copot jantung hatinya. Bayangan kesulitan langsung terbayang di dalam kepalanya.

“Aku pasti akan dikerjai lagi oleh mereka,” batin Rugi Sabuntel yang berjalan sambil memikul akar yang adalah ubi kayu nan besar-besar.

“Wah, rupanya dia selamat dari sungai,” kata Supil, rekan Bendong.

“Ayo ambil singkongnya!” seru Bendong berkomando.

“Ayo, ayo!” teriak rekan-rekan Bendong.

Bendong dan kelima rekannya lalu berlari kecil menghadang Rugi Sabuntel, kemudian mengepungnya.

“Hei, Ikan Hamil!” bentak Bendong.

“Serahkan singkongmu!” bentak Buarat sambil merampas paksa singkong bawaan Rugi Sabuntel.

“Hei! Itu milikku!” teriak Rugi Sabuntel.

“Setahuku kau tidak punya kebun singkong. Kau pasti mencurinya, Ikan Hamil!” tukas Bendong.

“Aku diberi Ki Robek. Jangan sembarangan menuduh!” bantah Rugi Sabuntel.

“Hahaha! Penakut sepertimu tidak mungkin diberi singkong oleh Ki Robek,” kata Wiro.

Wiro lalu mendorong bahu Rugi Sabuntel, membuat anak gemuk itu nyaris jatuh ke belakang.

“Wah, hebat. Sepertinya sekarang kau sudah tidak takut kepada kami,” kata Bendong sembari tersenyum satu sudut bibir.

“Iya, sepertinya begitu,” timpal Buarat, lalu ikut mendorong dada Rugi Sabuntel, membuat anak gemuk itu terdorong dan jatuh terduduk.

“Hahaha!” tawa Bendong dan rekan-rekannya.

Kondisi itu memuat Rugi Sabuntel hendak menangis, tapi tidak menangis.

“Kenapa kalian selalu menganiaya aku?”

“Hahaha! Ikan Hamil mulai menangis!” teriak Bojo sambil menunjuk wajah lucu Rugi Sabuntel.

“Hahaha! Ikan Hamil menangis! Ikan Hamil menangis! Hahaha!” ejek anak-anak itu sambil menertawakan Rugi Sabuntel.

“Ikan Hamil tiada guna. Mati saja kau!” bentak Blikik.

Dia lalu menjulurkan jari tangan kanannya hendak mendorong jidat Rugi Sabuntel.

Tiba-tiba Rugi Sabuntel yang mewek ingin menangis menggeser wajahnya sambil membuka mulutnya menggigit jari Blikik.

Krek!

“Aakk!” pekik Blikik kesakitan.

Blikik cepat menarik jari tangannya dari gigi Rugi Sabuntel.

“Ikan Hamil setan! Aku tendang kepalamu sampai ke laut!” teriak Blikik marah yang tidak terima jarinya digigit. Sudah biasa, anak-anak kalau berkelahi omongannya suka tidak masuk akal.

Dia ingin membalas dengan cara buru-buru menendangkan kaki kanannya kepada Rugi Sabuntel yang masih terduduk di tanah.

Rugi Sabuntel yang baru saja sudah dilatih secara kilat oleh Ki Robek, segera menangkap tendangan Blikik.

“Tangkap! Tarik! Aw!” teriak Rugi Sabuntel dengan wajah memendam takut, tapi kedua tangannya menangkap pergelangan kaki Blikik, lalu menariknya dan berteriak untuk mengusir kegentaran.

Kaki Blikik pun tertarik ke depan seperti gaya split.

Breet!

“Aaak! Pantatku robek! Pantatku robek!” teriak Blikik kesakitan.

“Hahaha!” Bendong dan keempat rekan lainnya justru menertawakan Blikik yang celananya robek dan kedua otot pahanya tertarik kencang.

“Kenapa kalian tertawa? Hajar Ikan Hamil ini!” teriak Blikik sambil menahan sakit.

Bendong selaku pimpinan di antara mereka, cepat memberi perintah, “Hajar Ikan Hamil!” (RH)

Terpopuler

Comments

🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🥑⃟🇩ᵉʷᶦbunga🌀🖌

🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🥑⃟🇩ᵉʷᶦbunga🌀🖌

wajahnya lucu ya om

2024-03-18

0

🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🥑⃟🇩ᵉʷᶦbunga🌀🖌

🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🥑⃟🇩ᵉʷᶦbunga🌀🖌

wkwkwk bokong nya pengen menghirup udara segar🤣🤣🤣🤣

2024-03-18

1

𝐀𝐍𝐚ᵏɱเ𝐍𝐚ⓝ𝕘

𝐀𝐍𝐚ᵏɱเ𝐍𝐚ⓝ𝕘

yang semangat kamu Rugi berlatih Ama Ki Robek , biar ngga di ejek Mulu Ama Geng Bendong

2024-01-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!