Satu jam yang lalu.
Dengan mata memicing Contessa membaca jobdesknya. Isinya email dari tabletnya yang berisi jadwal hari itu, dikirimkan oleh Unit Sekretaris Kantor Pusat.
Arini, Sang Kepala Unit Sekretaris menatap tajam ke arah Contessa, dari ujung kaki sampai ujung kepala, berkali-kali. Sampai Contessa jengah sendiri melihatnya.
“Ada apa Bu? Penampilan saya ada yang aneh?” tanya Contessa.
Karena menurutnya ia berpakaian cukup sopan saat ini, bahkan jauh lebih sopan dibandingkan sebagian besar wanita di ruangan itu.
Contessa memakai celana bahan dan blus salem yang ujungnya panjang sampai menutupi paha. Sementara Arini dan rekan-rekannya memakai kostum mini dress yang Contessa nilai sangat kampungan.
Seperti cewek-cewek pemandu karaoke, pikir gadis itu saat melihat penampilan Arini.
"Kamu lulusan sekretaris?" taanya Arini.
"Bukan, Bu. Saya mahasiswa akuntansi,"
"Kamu masuk pakai orang dalam ya?"
"Tidak, tapi sebelumnya pernah mengenal Pak Damaskus,"
"Dimana kamu kenal dia?"
Mau tahu aja sih si Bu Sekretaris nih, batin Contessa sebal.
"Dari ayah saya," jawab Contessa pendek.
"Siapa nama ayah kamu?"
Contessa diam sejenak, lalu menggekengkan kepalanya "Maaf nih ya Bu, kenapa saya ditanyai begitu detail? Bu Lily yang SDI saja tidak menanyai saya sampai segitunya,"
"Ya karena aneh lah! Sejak kapan Pak Damaskus punya sekretaris perempuan?! Mana masih fresh graduate seperti kamu pula!" bentak Arini.
Idih, nggak usah nge-gas kalee, batin Contessa makin sebal "Selama ini sekretarisnya ya empat sekawan itu! Memang kamu bisa apa sampai bisa masuk ke Staff inti?!" lanjut Arini sambil misuh-misuh.
Contessa mencibir menanggapi Arini, "Nggak bisa apa-apa sih Bu, paling saya disuruh bersih-bersih doang," gumam Contessa.
"Jawab yang kenceng dong! Jangan pake suara perut!"
"Bu Arini kalau mau menggantikan saya, dengan senang hati saya bertukar posisi jabatan," kata Contessa tak sabar.
Arini diam sambil mencibir.
Sayup-sayup Contessa bisa mendengar banyak wanita berbisik-bisik di belakangnya, "Ya iya lah Arini sewot, orang dia kesengsem sama Artemis,"
Contessa hampir saja tertawa mendengar bisik-bisik itu, tapi untung saja bisa ia tahan. Jadi ia hanya bisa berdehem.
"Ya udah kalo kamu merasa sangat penting, nggak usah minta-minta jadwal ke kami! Tanya sendiri ke Boss mu sana!" seru Arini sambil balik badan.
"Artemis yang minta saya bertanya ke Bu Arini, jadi saya menemui Ibu. Baik besok saya akan tanyakan langsung saja jadwal Pak Damaskus ke Artemis,"
Tak diduga, Arini berbalik menghadap ke arah Contessa, "Artemis bilang begitu?"
"Ya begitulah, tapi tak apa sih bu, besok saya tidak ke sini lagi,"
"Sebentar kamu!" Arini mencengkeram lengan Contessa. Dan yang membuat Contessa mengernyit, kenapa mata wanita itu jadi berbinar-binar?!
"Artemis bilang apa lagi tentang saya?" tanya Arini bersemangat.
Contessa sampai memiringkan kepalanya saking ia terkejut dengan perubahan raut wajah Arini. "Eh? Em-saya berusaha tidak terlibat terlalu dekat dengan Artemis dan yang lain," Contessa mengernyit, "Tapi kalau ibu mau titip sesuatu kepadanya dengan senang hati saya sampaikan,"
Tidak, bukan dengan senang hati. Dengan terpaksa sih sebenarnya, tapi asal Arini senang dan tidak membully-nya jadi Contessa memutuskan mengambil jalan tengah saja.
"Kamu langsung lapor ke saya kalau Artemis bilang sesuatu mengenai saya, oke?"
"Hem… Baik bu,"
"Ini jadwal Pak Damaskus minggu ini," akhirnya Map putih dengan logo emas diserahkan ke Contessa.
Contessa membacanya dan membandingkannya ke email, "Kenapa agak berbeda dengan yang di email bu?"
"Oh, yang diemaill itu sebelum direvisi," Arini mengibaskan jarinya yang lentik sambil kembali berjalan dengan anggun dan duduk di kubikelnya.
Sialan! Pikir Contessa.
Hampir saja ia terjebak ke dalam permainan Arini. Kalau bukan karena sebut nama Artemis, sudah kacau semua jadwal Damaskus di tangannya.
**
"Duh," keluh Contessa sambil mengintip ke dalam ruangan sekretaris Damaskus. Sepi, tidak tampak ada aktivitas.
Semua benar-benar bertugas di luar kantor hari ini. Mungkin ke daerah Jawa Barat seperti yang tertulis di jadwal kerja Damaskus untuk hari ini.
Kalau benar begitu, jadi bisa saja hari ini juga mereka akan kembali ke kantor karena jaraknya tidak terlalu jauh.
“Jadi aku harus cepat,” desis Contessa sambil melongok ke kiri dan kanan untuk melihat keadaan sekitarnya dan mengambil bantex yang terletak di belakang konter meja Artemis. Isinya mengenai konsep kontrak untuk persiapan tender pengadaan bahan baku atas bangunan kantor salah satu BUMN yang akan dibangun di Kalimantan.
“Ugh...”
Terdengar rintihan dari ujung sana.
Contessa tertegun sambil menatap ke jajaran samsak di ujung ruangan.
Mereka itu… Sudah berapa lama di dalam sana? Begitu pikir Contessa.
Gadis itu membayangkan, dari entah kapan jadi mereka dalam keadaan hidup dan tersiksa, mungkin saja luka-luka, tanpa makanan minuman, minim oksigen, bahkan buang air juga di dalam sana?
Betapa tidak manusiawinya!
Memang apa yang mereka lakukan sampai harus diberi hukuman sedemikian rupa?! Mereka dikurung lebih parah dari hewan!
Contessa memikirkan itu semua dengan geram.
Lalu hati nuraninya tergerak.
Manusia tidak pantas diperlakukan seperti itu! Begitu pikirnya.
Biarlah walau aku harus dipecat. Tapi yang ini atas dasar kemanusiaan!
Dan dengan tekad itu, Contessa pun berjalan ke arah meja Ivander, mengambil salah satu Katana di sana, lalu mendekati samsak yang terdengar ada rintihan kesakitan, yang tadi ia dengar.
"Halo? Apa kamu masih sadar?" tanya Contessa hati-hati.
"Iya… Masih," terdengar gumaman dari dalam samsak.
"Bertahan ya, saya akan lepaskan kamu,"
"Kamu mau jebak saya ya?" terdengar lagi rintihan dari dalam.
"Tidak, mereka sedang pergi. Saya akan membantu kamu. Setelah ini tolong langsung ke polisi ya,"
Dan Contessa pun naik ke atas kursi, lalu mengayunkan katana-nya ke tali di atas plafon.
Seorang pria, tertatih-tatih keluar dari sana.
Tubuhnya kurus kering dan sangat bau. Rambutnya gimbal dan giginya yang kehitaman tonggos ke depan. Bajunya compang-camping bagai bertahun-tahun tak dicuci.
"Polisi?" desisnya sambil terkikik. "Tak usah ya!!" pekiknya sambil menendang Contessa lalu berlari ke arah pintu keluar.
Contessa termangu melihat pria itu.
"Apa dia… Orang gila?" gumam Contessa kebingungan.
Bahkan sepeninggal orang itu bau busuknya masih tercium jelas memenuhi udara.
"Astaga… dia lari!!" seru Contessa panik sambil bangkit dan berusaha mengejar orang itu.
Tapi si ODGJ sudah sampai ke area Lobby, menuruni tangga darurat. Dari atas railing, Contessa bisa melihat ODGJ itu merentangkan tangan ke atas dan berteriak.
"Damaskus Preman pembunuh! Antek-anteknya juga pembunuh!! Mereka menyiksa saya dan yang lain!!" jerit si ODGJ.
Dengan jemari gemetaran, Contessa mengetik pesan singkat ke Damaskus.
Lalu setelahnya ia pun berlari menuruni tangga darurat untuk mengejar si ODGJ itu, yang masih berteriak-teriak.
Massa mulai berkumpul untuk melihat yang terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
cha
Tessa udah mulai pintar ambil celah Ama arini
2023-06-19
1
Siti Aisah
minta ditatar ulang di ranjang si Contessa biar bisa bedain yg baik n jahat
2023-05-17
0
༄༅⃟𝐐✰͜͡w⃠🆃🅸🆃🅾ᵉᶜ✿☂⃝⃞⃟ᶜᶠ𓆊
wkwkwk langsung mode on🤣
2023-05-13
0