Broomm...
Suara knalpot motor yang berdentum merendah saat sang pengendara melihat seorang gadis sedang berjalan sendirian,gadis tersebut memakai celana longgar berwarna putih dan mengendong tas ransel di punggungnya dan memakai sewater hitam.
Dari mana dia malam-malam begini.
Broom.
Motor sport itu berhenti di depan gadis tersebut.
Gadis itu terdiam dan memiringkan kepalanya karena bingung,siapa yang mencegatnya ini karena sang pengendara memakai helm tertutup.
"Dari mana?"Bryan langsung membuka penutup helmnya.
Wajah ceria langsung tergambar jelas di wajah Andrea.
"Bryan..."ucapnya senang.
"Ck aku tanya kamu dari mana malam-malam begini An?"Bryan bernada kesal.
"Hem...aku baru selesai latihan karate di klub"jelas Andrea ragu.
"Kau...latihan karate?"Bryan bingung.
"Iya hehe iseng ajah buat olahraga"Andrea hanya cengengesan.
"Oo iya kamu pakai motor siapa?"tanya Andrea.
"Eh...ini motor teman ku,mau aku pulangkan tadi pinjam sebentar"Bryan berbohong.
"Wah...teman mu pasti anak orang kaya ya...punya motor besar begini hihi"ucapnya polos
Bryan tersenyum.
Kau memang polos sekali An...maaf ya aku berbohong.
"Bisa kau antarkan aku pulang? Hanya sampai depan rumah saja"pinta Andrea.
Bryan mengernyit karena tumben pacarnya ini minta diantar pulang,karena biasanya Andrea tidak semanja ini.
"Biar kakak tiri ku iri melihat aku di bonceng motor keren begini hihi"
"Oo jadi itu alasannya,ya sudah ayo naiklah"ucap Bryan.
Bryan tahu Andrea itu tinggal bersama ibu tiri dan kakak perempuan tirinya karena Andrea pernah bercerita padanya.
Kebanyakan cowo pasti merasa keren dan akan bangga mengakui ini motornya sendiri,tapi kau dengan jujurnya bilang ini motor teman mu,aku bangga pada mu karena kau tak sombong dan selalu apa adanya,aku makin sayang pada mu Bryan...
Ingin rasanya Andrea memeluk tubuh Bryan dari belakang tapi tak dia lakukan karena malu.
"Pegangan ya..."ucap Bryan sebelum dia menjalankan motornya.
Andrea pun hanya memegang jaket bagian pinggang Bryan,ini hal pertama yang mereka alami sejak sebulan berpacaran Bryan pun tak pernah lebih menyentuh Andrea paling hanya pegang tangan itu pun hanya sebentar mungkin karena mereka baru berpacaran dan baru mengenal cinta hingga tak pernah ada keinginan di hati mereka melebihi itu,karena bagi mereka hanya sekedar melihat senyuman dan bisa berbicara dengan nyaman satu sama lain itu saja sudah cukup bagi keduanya.
Motor yang di kendarai Bryan pun tiba di depan rumah Andrea dan benar saja kakak tirinya yang melihatnya turun dari motor besar tersebut dan dengan wajah yang nampak jelas tidak suka melihat Andrea yang turun dari motor tersebut dan tersenyum pada Bryan.
"Terima kasih ya..."ucap Andrea.
"Iya sama-sama mandilah air hangat sebelum kau tidur agar kau tidak masuk angin"ucap Bryan lembut.
Andrea hanya mengangguk saja,dan setelah itu Andrea pun masuk ke rumahnya dan langsung dapat hujatan dari kakak tirinya.
"Itu pacar lu? Pasti motornya cuma minjem deh biar kelihatan keren di depan lu"cibirnya.
"Mau minjem atau punya sendiri itu urusan dia,yang penting pacar gue sayang sama gue"lawan Andrea.
"Tahu dari mana lu dia sayang sama elu? Cuma buruh pabrik ajah sombong"hinanya.
"Masih mending buruh pabrik dari pada pengangguran nggak punya kerja,nggak punya pengahasilan mau makan apa hah?! Numpang terus gitu sama orang tua dan ngandelin uang pensiunan ayah heuh nggak guna"balas Andrea.
Andrea memang pendiam tapi sekali sudah berbicara tak kalah pedasnya,biasanya dia diam saja kalau di hina oleh kakak tirinya ini tapi sejak dia beranjak dewasa dan lulus sekolah dirinya mulai melawan karena dirinya sudah tidak takut bila di usir dari rumah karena dirinya saat ini sudah bekerja dan berpenghasilan sendiri.
"Rea...kenapa ribut sama kakak mu?"ucap ayahnya yang renta.
"Dia yang mulai duluan ayah,kalau ayah mau membelanya bela saja terus Andrea sudah biasa di sudutkan kok"singgung Andrea.
"Rea..."panggil ayahnya lembut.
Andrea bukan menghampiri ayahnya malah langsung masuk kedalam kamarnya,dia pun membanting pintu kamar melempar tas ranselnya ke kasur karena kesal.
Bertahun-tahun dirinya selalu mengalah dan membiarkan dirinya ditindas tapi untuk saat ini itu tidak berlaku lagi,dirinya mulai melawan. Hatinya sudah menjadi keras bagai batu karang dia jadi keras hati dan keras kepala dan menjadi pembangkang dikarenakan ayahnya yang ikut-ikutan tidak adil padanya.
Di sisi lain.
Bryan yang tadi mengendarai motor sportnya kini sudah tiba di sebuah jalan,yang sudah di sulap menjadi arrna balap liar oleh kawan-kawan lamanya.
Kedatangan Bryan di sambut oleh kawan-kawwn motornya.
"Weits...kemana ajah lu,dah hampir setahun ngilang?"sapa kawannya yang bernama Bethrand.
"Gue kerja jadi sibuk nggak ada waktu,pas libur ya gue istirahat di rumah"jelas Bryan.
Dia memang tidak pernah ikut balapan motor lagi sejak dirinya bekerja,lagi pula Lexi pasti selalu memarahinya bila tahu dirinya terlibat balap liar begini.
Dan benar saja ketika mereka mulai balapan karena Bryan hatinya sedang kacau dan tidak konsentrasi dia pun terjatuh dari motor saat di tikungan.
"Bryan...."jerit teman-teman yang akrab dengannya sedangkan musuhnya sangat senang melihat Bryan terjatuh.
Bryan membuka helmnya dan mencoba berdiri di bantu oleh teman-temannya,untungnya Bryan memakai jaket yang berbahan bagus dan tebal hingga luka di tubuhnya tidak parah,hanya saja kakinya sedikit terkilir karena tadi menahan bobot motornya.
"Elu nggak apa-apa?" tanya Berthrand.
Bryan hanya menggeleng pelan saja.
"Minum dulu nih"seorang wanita bernama Veronica teman Bryan pun memberikan Bryan minum.
"Thanks"ucapnya saat setelah meneguk air meniral dalam botol tersebut.
"Heuh...setahun nggak muncul taring lu ternyata udah tumpul Bray" ledek musuhnya bernama Elang.
Bethrand kesal dan ingin menghampiri Elang namun di cegah oleh Bryan.
"Biarkan saja dia memang benar,dan ini"Bryan memberikan sejumlah uang kepada Bethrand itu adalah uang taruhan mereka malam ini.
Dan uang itu adalah gaji Bryan selama sebulan penuh bulan ini dan langsung habis karena kalah taruhan.
"Gue balik dulu besok gue harus kerja"Bryan pamit.
"Elu kerja dimana sih? tempat ayah lu?"tanya Bethrand dan Vero.
Bryan hanya menggeleng.
"Bukan tapi tempat itu menyenangkan bagi gue meski gajinya kecil,udah ya...see you again"Bryan langsung membawa motornya menuju rumahnya.
Sampai di rumah Bryan melangkah terpincang karena kakinya terkilir,seorang pelayan melihatnya berjalan terpincang jadi khawatir.
"Tuan muda kaki anda kenapa?"tanya pelayan yang sudah lanjut usia tersebut.
"Oh...tidak apa-apa bik...cuma terkilir kok besok juga sembuh"ucap Bryan santai.
Tapi sang pelayan tetap tidak percaya begitu saja dengan ucapan tuan mudanya ini.tapi dia juga tidak bisa berbuat apa-apa lagi karena Bryan memintanya diam dan jangan banyak bertanya.
Hingga kesokan paginya Bryan berangkat lebih awal dari biasanya dia tidak ingin bertemu dengan ayahnya karena dirinya masih marah dengan Lexi di tambah dia tidak mau ayahnya tahu kalau dirinya terluka.
Dan saat di pabrik dia meminta seorang senior untuk memijatnya,senior yang memang sudah ahli dalam urut tradisonal.
Mereka pun melakukan pemijatan sebelum masuk kerja di taman pabrik.
"Aaaaaa"Bryan menjerit saat kakinya di urut oleh sang senior yang bernama Pak Wahyu.
"Tahan Yan....jangan cengeng"ucap Pak Wahyu.
"Akh...aaaaaaa tapi sakit banget Pak"jerit Bryan.
"Malu Yan sama pacar kalo cengeng"ledek Wan yang berada disana juga.
"Jangan bilang sama dia ya"
"Kenapa?"tanya Wan.
"Gue takut dia...."
Bryan langsung berhenti berbicara saat melihat wajah seseorang yang nampak cemas di depan matanya.
"Gue nggak bilang loh ya...dia datang sendiri"ucap Wan menunjuk ke arah Andrea.
"Kamu kenapa?"tanya Andrea cemas.
"Eh...nggak apa-apa kok cuma lagi main urut-urutan sama Pak Wahyu hehe"Bryan berbohong.
"Beneran nggak apa-apa"ucap Pak Wahyu sambil menekan bagian kaki Bryan yang sakit hingga spontan Bryan berteriak.
"Aaaaa pak sakit"jeritnya.
"Katanya nggak apa-apa?"ledek Wan dan pak Wahyu.
Ah...sial nih mereka berdua.
"Kamu kenapa kakinya Yan?"Andrea masih cemas.
Bryan bingung menjelaskannya.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments