Bab 3

Bab 3

Waktu aku duduk di kelas empat di Pramary Shcool, aku melihat seorang anak lelaki yang merupakan siswa baru di sana. Dan itu adalah Castello. Kedua orang tuanya adalah profesor yang pindah kerja di kota Y ke Universitas yang keren di kota X sehingga mereka merupakan warga baru di kota kami.

Catello di antar masuk ke dalam kelas kami dan harus berdiri di depan kelas untuk memperkenalkan dirinya kepada siswa lain. Menurut Castello, saat itu ketika masih menjadi seorang anak berkaca mata tebal dengan logat bicara yang lucu dan memiliki gaya rambut yang aneh, berdiri di antara puluhan orang di dalam kelas lama lima menit paling traumatis sepanjang masa kecilnya.

Ia masih ingat perkenalan kami secara terperenci, meskipun kejadiannya sudah lama sekali pada masa itu.

Sebenarnya mungkin anak-anak SD itu tidaklah sebrutal dalam ingatan Castello, hanya saja mereka langsung mengnggap Castello berbeda dari yang lainnya. Dia anak baru yang sensitif, pemalu, dan berotak encer. Castello bilang setelah Miss Jasmine bergumam memperkenalkan dirinya, Miss Jasmine berkata kepada anak-anak lain dengan wajah yang ceria.

“Nah, anak-anak, siapa yang mau menemani Castello bermain dan belajar bersama sepanjang hari?”

Kelas kami pun berubah senyap sampai orang bisa mendengar bunyi detak jarum jam di dinding. Dan akhirnya tak ada seorang pun yang mengacungkan jarinya.

Kemudian seorang anak dari baris keempat mengacungkan telunjuknya.

“Miss, aku bersedia.”

Castello bilang pada saat itu suaraku terdengar khas, ketika ia menoleh kepadaku dengan penuh rasa lega dan terima kasih, ia melihat diriku dnegan poni yang lucu dan ekspresi wajah yang nakal.

“Kau suka padanya?” tanya Sam.

“Diam kau, atau ku adukan kau dengan abangku,” seruku. Aku sering mengancam teman-temanku seperti itu, padahal kakakku hanya tega melakukan kekejaman pada diriku seorang. Ketika itu, abangku - Dave dan aku bertengkar seperti kucing garong yang mengamuk, saling mendorong ke bawah tangga, menjambak rambut,, mencakar, dan memukul, sehingga sangat kecil kemungkinan Dave untuk mau membela adik perempuannya seperti diriku.

“Sudah, anak-anak!” Miss Jasmine berseru sambil menepukkan tangannya. “Kau baik sekali, Jane. Castello bisa duduk di sebelahmu dan kau bisa mengajaknya melihat-lihat saat istirahat makan siang, Jane.”

Castello menuruti apa yang dikatakan oleh Miss Jasmine. Ia mulai berjalan ke meja lalu tersenyum ke arahku. Sementara aku malah mencurigainya.

“Terima kasih,” gumamnya pelan.

“Sama-sama,” jawabku. “Kenapa kau pakai kaca mata?”

Nada bicaraku yang terdengar sekarang sudah tidak terlalu seperti orang kampung, meskipun masih ada sedikit samar terdengar karena aku tak berniat untuk benar-benar menghilangkannya. Tapi setelah aku delapan tahun bekerja di bidang humas, logatku sudah dianggap sok kota oleh beberapa orang keluarga besarku.

Meskipun aku tidak ingat benar pertemuan pertamaku dengan Castello, aku masih ingat bahwa aku mengangguminya dan sekaligus ingin menjaganya.

Aku mengaguminya karena Castello ternyata sosok yang humoris dan ia bisa menjawab semua pertanyaan tanpa salah, betapa jeniusnya anak ini.

Meski masih tergolong anak-anak, rasanya tak ada hal yang tidak dikuasai oleh Castello dalam bidang pelajaran apapun. Hal itu sungguh menyenangkan karena aku memang selalu ingin tahu segala macam hal. Aku memang bukan anak yang telahir dengan kecerdasan yang ada diotakku, tidak seperti Castello yang memang terlahir dengan otak yang encer dan menjadi jenius, dan serba tahu. Aku suka belajar dan berniat untuk melakukan dan menjadi yang terbaik dalam hidupku.

Castello memang sudah seharusnya memiliki pelindung dari si para pembuat onar seperti Sam, yang dengan sengaja mencuri buku pekerjaan rumah milik Castello dan merusak kotak pensilnya dengan menempelkan stiker-stiker barbie milik Danise di atasnya.

Pada akhirnya, bertahun-tahun setelah itu, Castello mulai bisa diterima oleh teman-teman sekolah karena ternyata dia juga mahir dalam berolahraga di sekolah kami. Para siswa memperlakukan Castello dengan baik jika dia memang bisa berolahraga. Castello mulai mendapatkan perhatian dalam artian yang positif, meskipun dia tetap dikenal sebagai anak aneh.

Yang kutahu tentang dirinya, adalah bahwa dia sebenarnya bisa melucu jika sedang ingin melakukannya. Bukan tipe orang yang kaku. Padahal jika saja anak-anak yang lain tahu hal itu, mereka pasti akan menyukai Castello. Tapi balik lagi sifat pemalunya yang menutupi kehumorisannya, ia pun tetap dikenal sebagai kutu buku di kelas kami.

Seiring kami tubuh dewasa, aku pun sadar bahwa persahabatanku dengan Castello sebenarnya membahayakan untuk ke depannya. Tapi aku tak pernah ingin memutuskan persahabatan kami hanya demi dianggap gaul dan keren. Bersahabat dengan Castello membuatku merasa mengetahui sebuah rahasia yang tak seorang pun bisa tahu. Aku merasa beruntung akan hal itu.

Sekarang, Castello masih mendapat tatapan aneh dari orang-orang yang mungkin membuatnya teringat akan hal masa sekolah dulu. Hal itu memang tak mengherankan karena kacamatanya sangat tebal dan gaya berpakaiannya saja tak kan mungkin dimuat dalam halaman Fashion Week. Apalagi, jujur saja, rambutnya terlihat seperti habis dipangkas dengan gunting rumput. Castello tak pernah peduli akan hal itu, jadi kenapa aku harus sibuk mengurusi penampilannya? Dan itu sebenarnya bukan urusanku.

...****************...

tbc

Terpopuler

Comments

im3ld4

im3ld4

gurunya ngerusak image😂 oke keren nih

2023-05-05

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!