5. Eps 4

Pagi itu di kelas, SD Negeri 5 Karya Bakti. Seorang siswi kelas tiga, dengan ciri khas bando biru di kepalanya, Zahra duduk membaca buku Bahasa Indonesia, bel pelajaran belum berbunyi, namun Zahra lebih memilih untuk membaca buku. Lain dengan gerombolan anak di belakang Zahra yang selalu membuatnya uring-uringan.

Sedang asyik membaca cerita dongeng di buku itu tiba-tiba salah satu dari gerombolan anak laki-laki di belakang Zahra melempar sesuatu ke arah buku yang Zahra baca. Dengan spontan Zahra menjerit.

"Aaaaaaa.." teriaknya lalu berdiri dari kursi itu. Zahra terkejut saat melihat hewan bersayap berwana coklat pekat itu, kecoa. Zahra sangat benci dengan hewan yang satu itu.

Mendengar teriakan Zahra, gerombolan anak di belakang Zahra justru terbahak-bahak menertawakan Zahra. Zahra menoleh pada salah satu cowok rese yang selalu membuatnya kesal itu.

"Gilaang.." pekik Zahra geram. Tangannya mengepal. Bukan takut, Gilang justru tertawa melihat tingkah Zahra.

"Aduh Ra, kamu tuh lucu kalo lagi kaget ya?" ledek Gilang. Zahra melotot, ia hendak melempar pensil, penghapus, bolpoint, bahkan penggarisnya pada Gilang. Namun niatnya ia urungkan karena bel masuk berbunyi. Dengan kesal Zahra pun duduk kembali.

"Assalamu'alaikum anak-anak. Selamat pagi." salam Bu Rina saat memasuki ruang kelas.

"Wa'alaikumsalam Bu, Selamat pagi kembali." seru seluruh anak kelas 3.

"Anak-anak, PR yang kemarin tolong dikumpulkan di meja ibu ya, dan sembari menunggu PR kalian dinilai, coba tulis sebuah cerita bertema tentang teman. Boleh cerita kalian sendiri atau imajinasi kalian ya." ujar Bu Rina, wali kelas 3.

Sesuai perintah, murid-muridpun berjalan ke meja Bu Rina. Zahra duduk kembali setelah mengumpulkan buku PRnya. Zahra kebingungan karena pensil dan bolpoinnya hilang entah kemana, ia mencari di laci dan tasnya, namun tidak menjumpainya.

Zahra menoleh pada meja Gilang, ternyata pensil dan bolpoinnya ada di tangan Gilang. Zahra melotot geram pada Gilang.

"Kembaliin pensil sama bolpoin aku!" ujar Zahra datar. Gilang melirik pada Zahra namun bukan menjawab ia justru menoleh ke belakang, lalu menatap Zahra lagi.

"Ngomong sama siapa Ra?" tanya Gilang tanpa ekspresi, namun sesungguhnya ia ingin tertawa.

"Gilang, kembaliin pensil sama bolpoin aku." ulang Zahra dengan suara tertahan.

"Oo, ngomong sama aku? maksud kamu ini?" ujar Gilang menunjuk pensil dan bolpoin di tangannya.

"Ini punyaku Ra. Bukan punya kamu." sambung Gilang. Zahra menggebrak meja Gilang membuat semua orang terkejut termasuk Bu Rina.

"Zahra? Ngapain kamu?" ujar Bu Rina menatap Zahra. Zahra menoleh takut pada Bu Rina.

"Eum, A,-anu bu. Pensil sama bolpoin aku diambil sama Gilang." Zahra tergagap, ia menatap takut pada Bu Rina. Bu Rina menatap galak pada Gilang.

"Gilang!" tegas Bu Rina, sedangkan Gilang meringis tanpa rasa bersalah.

"Aku cuma pinjem koq bu, ini mau aku kembaliin." ujar Gilang masih dengan kekehannya. Bu Rina kembali fokus pada buku PR muridnya. Zahra menoleh pada Gilang dan menengadahkan tangannya.

"Sini!" pinta Zahra pada Gilang. Namun Gilang hanya mengernyit.

"Kan aku udah bilang mau pinjem Ra." ujar Gilang tersenyum semanis mungkin. Zahra cengo. Reza yang duduk di sebelah Gilang mengulurkan pensil miliknya untuk Zahra.

"Nih, pakai punya aku aja dulu, aku masih ada koq." ujar Reza tersenyum.

Zahra melirik pada pensil di hadapannya itu, lalu menatap Reza. Zahra tersenyum lalu mengambil pensil di tangan Reza itu.

"Makasih ya Za." ujar Zahra yang di balas anggukan oleh Reza. Zahra menoleh pada Gilang lalu menjulurkan lidahnya. Gilang cemberut melihatnya.

***

Pulang sekolah seperti biasa Zahra pulang bersama teman sebangkunya, Fina. Zahra dan Fina selalu pulang pergi ke sekolah bersama karena rumah mereka berdekatan.

Zahra dan Fina berjalan berdampingan sambil bersendau gurau. Tak Zahra sadari, ia menginjak batu kerikil sehingga membuat Zahra kesleo dan terjatuh.

"Ra!!" pekik Fina yang melihat Zahra terjatuh, Fina mengulurkan tangannya membantu Zahra untuk berdiri, Zahra meringis merasakan perih di lututnya yang tergores aspal. Ada sedikit darah yang keluar dari sana.

"Ayo aku bantu." sebuah uluran tangan lain terpampang di depan matanya, Zahra menengadah menatap Gilang yang berdiri di sana.

Zahra meraih tangan Fina dan Gilang dan mencoba untuk berdiri. Namun usahanya gagal karena Zahra kembali terjatuh. Gilang melihat lutut Zahra yang tergores itu. Gilang lalu menoleh ke sekeliling kemudian berlari meninggalkan Zahra.

Zahra dan Fina mengernyit menatap kepergian Gilang begitu juga Reza yang dari tadi berdiri di dekat Zahra, Fina dan Reza membantu Zahra untuk duduk di bahu jalan.

"Coba selonjorin kaki kamu Ra." pinta Reza. Reza memegang tumit Zahra membuat Zahra memekik menahan sakit. Reza lalu membuka sepatu dan kaos kaki Zahra. Ada lebam di sana.

"Pantesan kamu susah berdiri tadi Ra, orang sampe lebam kayak gitu." Ujar Fina lalu ditanggapi anggukan oleh Reza.

"Tapi aku ngga bisa obatin luka lebam kamu Ra." ujar Reza merasa tidak enak.

"Ngga papa Za, nanti juga ibu yang obatin aku." ujar Zahra tersenyum.

Tidak lama kemudian Gilang kembali lalu berjongkok di depan Zahra tentu dengan menyingkirkan Reza terlebih dahulu. Gilang mengambil botol minumnya yang masih berisi sedikit air.

"Aww.." rintih Zahra saat Gilang menyipratkan air pada luka Zahra, Gilang lalu mengeringkannya dengan sapu tangannya. Kemudian menempelkan plester pada lutut Zahra. Zahra mengamatinya heran. Karena sikap Gilang yang tiba-tiba berubah 180 derajat.

"Nanti juga sembuh." ujar Gilang tersenyum.

"Makasih ya Lang." ujar Zahra tersenyum tulus.

Reza dan Fina yang berjongkok di depan merekapun tersenyum.

"Ciie Gilang perhatian banget sama Zahra." ledek Reza dan Fina hampir bersamaan.

"Kalian apaan si." ujar Zahra tertunduk malu.

"Gilang ayo pulang." ujar seseorang dari samping mereka. Mereka menoleh, ada ayah Gilang di sana.

Gilang dan Reza selalu pulang bersama di jemput oleh ayah Gilang. Terkadang ayah Reza yang menjemput. Gilang berdiri mendekati ayahnya lalu kembali lagi pada teman-temannya.

"Ayo Ra, aku bantu berdiri." ujar Gilang mengulurkan tangannya pada Zahra.

"Papa kamu,-"

"*Aku udah bilang sama ayah kalo kalian ikut pulang." potong Gilang.

Akhirnya Zahrapun mau di antar pulang. Namun lagi-lagi Zahra tidak bisa berdiri*. Ayah Gilang keluar dari mobilnya lalu mendekati mereka.

"Loh ini kenapa?" tanya Ayah Gilang.

"Tadi jatuh om." ujar Fina menjelaskan. Ayah Gilang hanya mengangguk paham lalu menggendong Zahra ke dalam mobil.

Fina, Reza dan Gilang mengikuti dari belakang dan ikut masuk ke dalam mobil. Zahra duduk di depan sedangkan Gilang, Fina dan Reza duduk di belakang.

Sepuluh menit kemudian mobil itu sampai di rumah Zahra, Ayah Gilangpun menggendongnya dan membawa Zahra sampai di dalam rumah.

"Makasih ya om, Gilang. Udah anterin Zahra sama Fina pulang" ujar Zahra tersenyum manis pada Om Prima dan Gilang bergantian.

"*Makasih om, Gilang." ujar Fina juga berterima kasih. Kebetulan rumah Fina hanya berselisih tiga rumah dari rumah Zahra, jadi Fina turun di rumah Zahra, dan menemani Zahra karena Bu Rahma belum pulang.

"Sama-sama, ya sudah Om sama Gilang pulang dulu ya." pamit Om Prima pada Zahra dan Fina. Merekapun mengangguk, Gilang dan Reza yang tak jauh dari merekapun ikut pamit. Gilang kembali menoleh.

"Cepet sembuh Ara." ujar Gilang lalu melangkah meninggalkan rumah itu. Zahra hanya tersenyum dan mengangguk tanpa menjawab Gilang*.

Terpopuler

Comments

🍬🧀Kara

🍬🧀Kara

Holla kaka👋

5 like mendarat disini^^
Salam dari The cat prince❣
Jangan lupa mampir n feedback^^

Ditunggu kedatangannya🤗

2020-09-22

2

Ayy

Ayy

kak aku mampir ni aku juga bom like kak jangan lupa juga ya kak kecerita ku
"this love is for you"

2020-06-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!