Sistem Evolusi Tak Terbatas

Sistem Evolusi Tak Terbatas

CH 1 - Pengkhianatan

Diantara ribuan mutant dan beast yang berada dikota, berdiri seorang pria tua dengan baju zirah compang-camping dan pedang yang sudah rusak, dia menatap mutant dan beast disekelilingnya dengan kebencian penuh.

Bekas luka ditubuhnya sudah lebih dari cukup menjelaskan kondisinya saat ini. Darah segar mengalir disetiap luka yang disebabkan cakaran dan gigitan mutant serta beast disekelilingnya. Dia menyeka darah dimulutnya lalu memasang kuda-kuda.

“Aku tahu ini tindakan sia-sia, tapi aku tidak bisa membiarkan aku mati begitu saja tanpa perlawanan.” Katanya dengan percayalah diri dan setelah itu ratusan mutant dan beast disekelilingnya menyerang bersamaan.

Pedangnya yang sudah rusak ia ayunkan tanpa banyak pikir. Itu membelah dan memotong beberapa beast dan mutant sekaligus tapi itu tidak cukup untuk menghadapi semua beast serta mutant disekelilingnya.

“Tcih! Kalau aku tahu ini akan terjadi aku tidak akan menerima misi ini!.” Ujarnya dengan kesal sambil menghunuskan pedangnya, pedang ditangannya menusuk dan memotong mereka yang ada dihadapannya.

Beberapa waktu lalu Aizen Archial yang merupakan hunter kelas S mendapatkan misi untuk melakukan patroli di daerah pinggiran kota, tempat ini sudah diserang oleh para mutant dan beast yang menyebabkan kota ini hanya tinggal reruntuhan saja.

Pada awalnya semua berjalan normal karena dia tidak menemukan tanda-tanda kehadiran mutant ataupun beast, tapi semua berubah ketika dia menginjakkan kaki lebih dalam kekota. Mutant dan beast perlahan bermunculan dan semakin banyak setiap saatnya.

Aizen sendiri tidak tahu apa yang terjadi sampai mutant dan beast disini datang secara tiba-tiba dalam jumlah banyak. Tapi dia yakin hal ini sudah direncanakan dari awal.

Dari awal dia sudah memiliki firasat buruk tentang misi ini, hanya saja dia tidak berani menolaknya karena ini perintah langsung dari atasannya. Kalau dia sudah menduga ini akan terjadi dia pasti akan menolak misi ini meski perintah atasannya sekalipun.

“Tapi apa gunanya menyesal sekarang, yang harus aku lakukan sekarang hanyalah bertarung sampai titik darah penghabisan dan menunggu bantuan datang.” Sambil memasang kuda-kuda bertarung dia melihat keatas ketempat suar yang dia tembakan sebelumnya.

Suar berwarna merah dan hijau yang menandakan bahaya dan pertolongan. Suar ini sengaja dia tembakan untuk meminta pertolongan, dia tahu yang dia lakukan bodoh karena hanya akan menarik lebih banyak perhatian mutant dan beast, tapi hanya ini yang bisa dia lakukan untuk mempertahankan nyawanya.

Dengan ilmu pedang dan pengalaman yang dia miliki selama empat ratus tahun, dia melawan semua beast dan mutant yang ada disekelilingnya tanpa kenal lelah.

Dia mengayunkan dan menusuk pedangnya ke mutant dan beast yang menyerangnya. Tidak terhitung jumlahnya dia mengayunkan pedangnya untuk membunuh para mutant dan beast, dan tidak terhitung pula dia membunuh mutant dan beast disekelilingnya.

“Kapan terakhir kali aku mengeluarkan tenaga sebanyak ini? 60 tahun lalu, atau 80 tahun lalu. Entahlah tapi sudah sangat lama aku tidak mengeluarkan tenaga sebanyak ini! Betapa nostalgianya....” Aizen tersenyum dan mengayunkan pedangnya kesana-kemari.

Satu ayunan pedangnya memotong puluhan ekor mutant dan beast. Semua mutant dan beast disekelilingnya tampak ketakutan melihat kebrutalan Aizen yang membunuh mereka sambil tersenyum.

Mereka perlahan menjaga jarak dari Aizen tapi Aizen mengetahui hal itu. Aizen tersenyum mengejek mereka semua, “Takut? Mau lari? Jangan harap!!!.” Aizen menancapkan pedangnya dengan keras ketanah dan menciptakan guncangan hebat disana.

Tanah seratus meter dari tempatnya menancapkan pedang ambles dan itu menjadi kesempatan emasnya, “Blitz Slash!!.” Dengan menggunakan jurusnya, Aizen bergerak secepat kilat memotong-motong mutant dan beast yang berada dalam jangkauannya.

Saking cepatnya dia bergerak mutant dan beast sampai tidak menyadari jika mereka telah mati. Aizen berhenti bergerak dan memandang dengan tajam mutant dan beast yang tersisa.

Nafsu membunuh dahysat dia lepaskan yang membuat mutant dan beast lari ketakutan tanpa melihat kebelakang. Bagi mereka sosok Aizen sama saja dengan malaikat pencabut nyawa yang harus mereka hindari.

Aizen menghela nafas lega melihat mutant dan beast yang tersisa kabur dari sana, “Huuufff.... Untungnya saja mereka kabur kalau tidak aku harus mengeluarkan lebih banyak energi spiritual. Ditambahlagi sendi-sendi dan otot-otot sudah berteriak minta tolong, jika dipaksakan sekali lagi bisa-bisa aku terluka parah. Aaaahh... Beginikah rasanya menjadi tua?” Aizen tertawa pelan dan tersenyum pahit.

Diantara hunter-hunter yang lain dia bisa dikatakan yang tertua dan masih bertahan di Asosiasi Hunter diumur senjanya. Diumurnya yang ke-419 tahun dia masih tetap aktif melaksanakan tugas-tugasnya sebagai seorang hunter, biasanya orang-orang akan pensiun diumur 40~90 tahun karena tidak lagi memiliki fisik yang kuat.

Aizen juga sama seperti mereka hanya saja dia memiliki cara berbeda untuk tetap menjaga kekuatan fisik dikondisi prima. Itulah yang membuat Aizen tetap berada di asosiasi, dan lagi alasan utama dia tidak pensiun adalah karena sahabat-sahabatnya masih berada disana.

Selama sahabat-sahabatnya berada disana Aizen akan tetap berada disana, meski sekarang dia berpikir untuk pensiun melihat kondisinya sekarang.

“Meski begitu aku melemah lebih cepat dari dugaan. Perkiraanku aku akan melemah diumur empat ratus lima puluh keatas tapi siapa yang menyangka aku melemah secepat ini. Dan lagi aku mulai susah mengumpulkan energi spiritual beberapa tahun ini, apa ini karena aku tua?” Aizen mengusap dagunya.

Beberapa tahun terakhir kekuatan fisik menurun secara signifikan dan dia juga kesulitan mengumpulkan energi spiritual, bukan hanya itu pandangannya mulai kabur dan kelima Inderanya juga mengalami penurunan. Ini sudah terjadi selama beberapa tahun terakhir dan dia tidak menganggap ini aneh sama sekali.

Karena salah satu sahabatnya merupakan seorang dokter yang hebat, dia menjelaskan ini biasa terjadi ketika seseorang sudah mencapai batas usianya dan itu yang terjadi pada Aizen sekarang.

“Tapi apa aku benar-benar seperti ini karena menua? Seperti aku harus ke dokter lain nanti.... Hmm—?” Aizen samar-samar melihat sesuatu yang terbang kearahnya dengan cepat.

Karena pengelihatannya berkurang dia jadi tidak bisa melihat dengan jelas. Saat benda itu semakin mendekat dia baru menyadari itu adalah sebuah pedang energi yang dengan cepat terbang kearahnya.

“Sial, tidak akan sempat!!” Aizen hanya sempat mengamankan titik vitalnya. Pedang energi itu melesat dan memotong tangan kanan Aizen. Setelah memotong tangannya pedang energi itu hancur berkepentingan.

Darah mengucur deras dari tangannya yang terpotong. Aizen mati-matian pergi dari sana secepat yang ia bisa dan benar saja, ratusan pedang energi lain menyerangnya dari atas.

Dengan pedang ditangan kirinya dia membelokkan dan menghancurkan pedang-pedang energi yang terbang kearahnya. Baru saja bernafas lega, pedang-pedang energi dalam jumlah yang lebih banyak menggempurnya.

Sekarang bukan hanya pedang-pedang energi tapi juga ratusan anak panah terbang dari menghujaninya. Sulit untuk menghindari semua pedang-pedang energi disaat yang bersamaan dengan anak panah menghujaninya.

“Tidak salah lagi ada orang yang ingin membunuhku!! Aku harus mencari tempat aman terlebih dahulu!!.” Aizen mengalirkan energi spiritual dalam jumlah besar pada kakinya, seketika itu kecepatannya larinya bertambah beberapa kali lipat lebih kencang.

Dengan kecepatannya yang sekarang anak-anak panah dan pedang-pedang energi yang menghujaninya tidak dapat mengejar. Tapi ini hanya bertahan sementara sampai ia mendapatkan tempat yang cukup aman untuk memulihkan lukanya.

Baru beberapa menit berlari sendi-sendi sudah mencapai batasnya, “Ini.... Aku harus mencari tempat aman terlebih dahulu—” Pada saat berlari matanya terarah pada sebuah gua yang ada dibawah bukit besar, tanpa banyak basa-basi dia langsung masuk kedalam gua itu.

Didalam gua Aizen mati-matian menghentikan pendarahan yang terjadi pada tangan kanannya. Setelah beberapa menit berlalu pendarahan baru bisa berhenti setelah ia menghentikan aliran darah dilengan kanannya.

Meski pendarahannya sudah berhenti dia tetap kehilangan sangat banyak darah. Sepanjang perjalanan darah ditangannya mengucur deras dan dia saat ini benar-benar kehilangan banyak darah.

Tubuhnya pucat dan keringat dingin mengucur membasahi dahinya, ia juga mulai kesulitan bernafas sekarang.

“Apa ini akhir bagiku? Mati digua terpencil karena kehilangan banyak darah dan diserang orang tidak dikenal? Sungguh aku sangat menyedihkan....” Aizen tersenyum pahit.

Dengan kondisinya sekarang jika tidak diberi diobati secepatnya ia akan mati. Saya sekali barang-barang yang dia bawa harus tertinggal ditempatnya sebelumnya. Kini Aizen hanya memiliki dua pilihan, tetap berada disini dan mati disini. Atau mempertaruhkan hidupnya untuk mencari bantuan dengan semua pedang-pedang dan anak-anak panah menghujaninya sampai mati.

Memilih diantara dua pilihan itu sangat sulit, mati disini tidak akan menyelesaikan apapun dan jika dia keluar dan mencari bantuan, tidak ada jaminan orang yang menolongnya mampu menolongnya dikondisi yang parah ini.

Jadi dia membuat satu pilihan lain yang benar-benar mencerminkan kepribadiannya.

Dengan sisa-sisa tenaga dia bangkit dan menggenggam erat pedang di tangan kirinya, "Lebih baik aku mati dimedan perang ketimbang harus mati disini!” Seru lantang lalu keluar dari gua.

Baru saja ia menginjak kaki keluar pedang-pedang energi dan ratusan anak panah menghujaninya sampai membuat bukit tempat gua berlindungn sebelumnya hancur tak tersisa.

Dibalik debu yang berterbangan Aizen berdiri tegak disana tanpa bergeser sedikit pun, bunyi retakan-retakan dari sekitarannya. Itu adalah bunyi pelindung yang dia buat dari energi spiritualnya yang tersisa, kini semua pelindung itu hancur.

“Jadi begitu ya? Jadi kalian pelakunya?!” Aizen melepaskan seluruh nafsu membunuhnya yang dia tahan selama ini, aura membunuh pekat yang dia lepaskan membuat siapapun yang merasakannya akan lari ketakutan bahkan sesak nafas parah.

Tapi Aizen tidak melepaskan aura membunuhnya kesegala arah tapi dia hanya memfokuskannya pada satu titik. Yaitu keatas tempat dimana anak-anak panah dan pedang-pedang energi itu berasal.

“Lebih baik kalian tunjukkan diri kalian, atau aku akan membunuh kalian!!” Seru Aizen lantang sambil terus melepaskan nafsu pembunuhnya.

Tidak lama dia berkata seperti itu. Beberapa orang menampakkan diri dari ruang hampa, mereka adalah orang-orang paruh baya yang membawa persenjataan lengkap.

Ketika Aizen melihat mereka hatinya benar-benar terguncang, semua teka-teki yang ada kini sudah terselesaikan. Ia akhirnya tahu sedari awal dia sudah dikhianati oleh orang-orang yang dianggapnya saudara.

“Sejak kapan, sejak kapan kalian mengkhianatiku?!” Tanya Aizen dengan lantang, gelombang suara yang dia lepaskan membuat keseimbangan orang-orang yang terbang disana sedikit goyah.

Pada awalnya tidak ada satupun dari mereka yang berbicara, tapi salah satu dari membuka suara. Dia adalah dokter yang merawat kesehatannya selama ini, dia adalah Paul Scholes.

“Aizen sebenarnya kami tidak ingin melakukan ini, tapi kau sendirilah yang memulai segalanya. Andaikan kau tidak tumbuh jauh lebih kuat dibandingkan kami, kami mungkin tidak akan melakukan ini.” Kata Paul menggunakan nada menyesal.

“Apa maksud perkataanmu?!”

“Maksud perkataannya adalah kau tumbuh diluar dugaan semua orang, orang-orang sekarang banyak yang menganggap kau sebagai ancaman baru umat manusia. Tidak ada pilihan selain membunuh, karena jika kami tidak membunuhmu bisa saja kau menjadi ancaman baru umat manusia.” Ujar salah seorang dari mereka dengan santai, dia adalah yang termuda dari mereka semua dan salah satu ahli pedang sama sepertinya, dia adalah Barack Hussein.

Mendengar semua perkataan dari mereka semua membuat Aizen menjadi bingung bukan main. Ancaman baru umat manusia? Dirinya? Salah satu dari pahlawan umat manusia? Dia mengkhianati umat manusia?!

“Sungguh pikiran yang konyol!! Kalian sudah kenal lama denganku apa kalian pikir aku akan berbuat demikian?! Kau anggap apa persahabatan kita selama ini?!” Seru Aizen dengan lantang, suara yang dia keluar berisi kemarahan dan kekecewaan pada sahabat-sahabatnya.

Tapi reaksi mereka jauh dari perkiraannya, mereka sama sekali tidak terlihat merasa bersalah, malahan mereka menertawakan dirinya.

“Apa yang kalian tertawakan?!”

“Tentu saja kami mentertawakan kebodohanmu dan kenaifanmu. Kau sungguh bodoh dan naif sama tidak menyadari kami sudah mengkhianatimu sejak awal, sejak awal persahabatan kita tidak lebih dari niat kami untuk membunuhmu. Sekarang kami tidak akan melewatkan kesempatan itu!!” Setelah Paul berteriak dengan lantang, yang lain langsung memasang posisi menyerang.

Aizen terperangah melihat semua itu, ia jatuh kedalam kondisi kebingungan atas semua yang terjadi padanya, kekecewaan dan rasa marah mengisi hatinya yang membuatnya semakin murka.

“Serang dia!!” Setelah Paul memberikan perintah mereka bertujuh menyerang Aizen secara bersamaan, niat mereka saat ini hanyalah satu yaitu membunuh Aizen apapun caranya.

“Hahaha... Jadi itu pilihan kalian. Kalau begitu jangan salahkan aku!!” Aizen mengalirkan energi spiritual dalam jumlah besar pada pedang ditangan kirinya, dia memasang kuda-kuda dengan cepat dan melepaskan tiga buah gelombang pedang.

“Tricut!!” Tiga gelombang pedang berisi energi spiritual dalam jumlah besar menyerang mereka dengan kecepatan yang tidak mereka kira, dengan sigap mereka membuat perisai energi untuk berlindung dari gelombang pedang yang Aizen ciptakan.

“Kalian semua bodoh!!“

Tanpa mereka sadari Aizen sudah berada dibelakang salah satu dari mereka, belum sempat dirinya beraksi kepalanya sudah terlebih dulu terlepas dari tubuhnya.

“Itu bayaran atas pengkhianatmu dan semua anak-anak panahm!! Selanjutnya kalian!!” Setelah menyingkirkan musuh yang paling merepotkan, dirinya mengubah targetnya tapi sekarang jauh lebih sulit.

Karena mereka sahabat-sahabatnya mereka pasti sudah tahu pola serangan yang biasa dia gunakan dan kelemahan-kelemahannya, maka dari itu Aizen mengubah pola serangan dan menggunakan pola serangan baru, pola serangan yang cocok dengan kondisinya saat ini.

“Pola serangannya berubah!! Ganti ke rencana B!!” Setelah Paul berseru keras, yang lainnya langsung bergerak menjauh dari Aizen tapi Aizen merasa ada yang salah.

Mereka menjaga jarak darinya dan membentuk sebuah persegi dengan empat orang dimasing-masin sudutnya, dengan dia berada didalamnya. Aizen buru-buru melihat keatas dan benar saja jauh diatasnya terdapat Paul dengan seseorang disebelahnya.

“Merlin, apakah kita benar-benar bisa menang?” Tanya Paul pada orang tua bernama Merlin, dia merupakan salah satu orang yang merencanakan pembunuhan Aizen dan termasuk orang kuat.

“Jangam khawatir asalkan semuanya berjalan sesuai rencana aku yakin kita bisa menang, dan lagi dia tidak akan bertahan lama dengan kondisi separah itu.” Merlin melirik kebawah menemukan Aizen meleset dengan cepat kearahnya.

Dengan sigap dia menyebarkan banyak talisman kesudut-sudut dan dengan satu jentikan jaringan sebuah susunan formasi terbentuk, susunan formasi yang memainkan ingatan orang yang didalamnya dan mencampurnya dengan segala macam ilusi.

Menyebabkan orang didalamnya akan merasakan kembali ketakutan yang telah lama dipendam lagi, lagi dan lagi sampai dia memohon untuk mati.

“Jujur saja jika dia dalam kondisi prima susunan formasi seperti ini tidak akan berpengaruh padanya, tapi karena kondisinya sekarang dan racun didalamnya tubuhnya tidak mungkin dia bisa bertahan dari semua ilusi itu.” Merlin mengusap-usap janggut panjangnya samb tersenyum penuh kemenangan.

Paul merasa senang mendengar hal itu hanya saja dia merasakan perasaan tidak enak. Dia menatap ke susunan formasi yang dibuat Merlin.

“Beraninya kau mengurungku didalam tempat terkutuk itu!!!” Suara seruan yang berasal dari dalam susunan formasi terdengar begitu jelas ditelinga mereka, belum sempat mereka menjaga jarak susunan formasi yang terletak dibawah mereka hancur dan menampilkan Aizen keluar dari sana.

Dengan pedang yang menghunus dengan cepat membuat tidak satupun dari mereka sempat beraksi, pedang itu dengan cepat menusuk dan menghujam dada Merlin hingga tewas.

Pada momen itu mereka berlima tahu jika Aizen berada diluar perkiraan mereka. Tidak pakai lama mereka menggunakan rencana berikutnya, rencana dari rencana cadangan mereka yang mereka pikir tidak akan pernah mereka pakai.

“Aku akan menggunakan Longinus Spear!!” Paul berteriak lantang dan seketika itu keempat orang lainnya langsung melesat pergi secepatnya dari sana, dari balik jubahnya dia mengeluarkan tombak emas yang tampak sangat mematikan.

Aizen seketika pucat pasi melihat benda yang dipegang Paul, dia sempat ragu untuk menyerang tapi ketika Paul mengambil ancang-ancang untuk menyerang Aizen bergerak mendekat.

“Dasar bajingan, matilah!!!” Paul menghunuskan tombak ditangannya kearah Aizen, Aizen disisi lain bergerak dengan kecepatan tinggi kearah Paul.

Tusukan tombak itu menciptakan sebuah gelombang tak kasat mata yang langsung mengenai Aizen dan menghancurkan setengah bagian tubuhnya, dia kehilangan banyak hal tapi dia tidak berhenti bergerak.

Dikondisi yang kritis dia bergerak mendekat dengan mengumpulkan semua energi spiritual yang tersisa dan berniat menyelesaikan dengan satu serangan.

“Mati kau—!!” Sebuah sensai dingin ditubuhnya terasa begitu jelas, ketika dia menoleh dia menemukan empat orang lainnya menusuknya tepat di jantungnya.

“Kalian... Semua brengse*.... Aku berjanji, AKU BERJANJI AKAN MEMBUNUH KALIAN SEMUA....!!!!” Aizen berseru lantang dengan suara yang dipenuhi kemarahan, Paul yang pada saat itu terdiam tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk melukai Aizen lebih banyak.

Tombak emas itu menusuknya hingga tembus kebelakang, darah mengucur bagaikan air terjun dan tubuh Aizen jatuh bagaikan boneka yang kehilangan benangnya.

Disaat Aizen terjatuh Paul menangkap tubuhnya dan membopongnya kebawah, dia membaringkannya dan menatapnya tanpa memasang ekspresi apapun.

“Bawa mayat Merlin dan Merfin, sementara kuburkan Aizen disini....” Katanya lalu pergi meninggalkan semuanya tanpa menoleh sedikitpun.

“Apa dengan ini umat manusia bisa aman? Dan apa yang dikatakan Seven Great Monarch nantinya? Karena merekalah yang membuat keputusan ini.... Kuharap semua yang mereka katakan benar, karena jika mereka salah umat manusia akan mengalami kerugian besar karena kehilangan salah satu Petarung terbaiknya....”

********************************

[ Selamat Host Telah Memenuhi Semua Kondisi Yang dibutuhkan! ]

[ Anda Akan Secara Otomatis Berpindah Ketubuh Baru ]

[ Mulai Sekarang Boundless Evolution System Akan Membantu Anda Membalaskan Dendam! ]

[ Anda Akan Mendapatkan Tubuh Baru! ]

[ Ras Tubuh Baru Telah Terkonfirmasi! ]

[ Tubuh The Fallen Telah Dipilih Sebagai Tubuh Utama Karena Memenuhi Semua Syarat ]

[ Karena Jiwa Host Dalam Keadaan Terluka Parah, Sistem Akan Merekonstruksi Jiwa Host Agar Tidak Terjadi Kendala Nantinya ]

[ Perkiraan Waktu Yang Dibutuhkan Untuk Merekonstruksi Jiwa Host Yang Rusak Adalah 876.000 Jam ]

[ Memulai Merekonstruksi Jiwa ]

[ Memulai Menghitung 00:00:01 ]

[ 00:00:02 ]

[ 00:00:03 ]

***************************

Like, Komen dan upvote ya temen-temen agar saya semangat update novelnya!!! Oke!!

Terpopuler

Comments

miyamura kun~

miyamura kun~

behhh Seruuu abisss nihh

2023-12-29

0

????

????

untuk chapter 1 yang lumayan panjang aku kasih nilai tambahan,semoga cerita selanjutnya lebih menarik dan sesuai ekspetasi

2023-05-04

0

Evenflow

Evenflow

Kita liat dulu perkembanganya

2023-04-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!