Diantara ribuan mutant dan beast yang berada dikota, berdiri seorang pria tua dengan baju zirah compang-camping dan pedang yang sudah rusak, dia menatap mutant dan beast disekelilingnya dengan kebencian penuh.
Bekas luka ditubuhnya sudah lebih dari cukup menjelaskan kondisinya saat ini. Darah segar mengalir disetiap luka yang disebabkan cakaran dan gigitan mutant serta beast disekelilingnya. Dia menyeka darah dimulutnya lalu memasang kuda-kuda.
“Aku tahu ini tindakan sia-sia, tapi aku tidak bisa membiarkan aku mati begitu saja tanpa perlawanan.” Katanya dengan percayalah diri dan setelah itu ratusan mutant dan beast disekelilingnya menyerang bersamaan.
Pedangnya yang sudah rusak ia ayunkan tanpa banyak pikir. Itu membelah dan memotong beberapa beast dan mutant sekaligus tapi itu tidak cukup untuk menghadapi semua beast serta mutant disekelilingnya.
“Tcih! Kalau aku tahu ini akan terjadi aku tidak akan menerima misi ini!.” Ujarnya dengan kesal sambil menghunuskan pedangnya, pedang ditangannya menusuk dan memotong mereka yang ada dihadapannya.
Beberapa waktu lalu Aizen Archial yang merupakan hunter kelas S mendapatkan misi untuk melakukan patroli di daerah pinggiran kota, tempat ini sudah diserang oleh para mutant dan beast yang menyebabkan kota ini hanya tinggal reruntuhan saja.
Pada awalnya semua berjalan normal karena dia tidak menemukan tanda-tanda kehadiran mutant ataupun beast, tapi semua berubah ketika dia menginjakkan kaki lebih dalam kekota. Mutant dan beast perlahan bermunculan dan semakin banyak setiap saatnya.
Aizen sendiri tidak tahu apa yang terjadi sampai mutant dan beast disini datang secara tiba-tiba dalam jumlah banyak. Tapi dia yakin hal ini sudah direncanakan dari awal.
Dari awal dia sudah memiliki firasat buruk tentang misi ini, hanya saja dia tidak berani menolaknya karena ini perintah langsung dari atasannya. Kalau dia sudah menduga ini akan terjadi dia pasti akan menolak misi ini meski perintah atasannya sekalipun.
“Tapi apa gunanya menyesal sekarang, yang harus aku lakukan sekarang hanyalah bertarung sampai titik darah penghabisan dan menunggu bantuan datang.” Sambil memasang kuda-kuda bertarung dia melihat keatas ketempat suar yang dia tembakan sebelumnya.
Suar berwarna merah dan hijau yang menandakan bahaya dan pertolongan. Suar ini sengaja dia tembakan untuk meminta pertolongan, dia tahu yang dia lakukan bodoh karena hanya akan menarik lebih banyak perhatian mutant dan beast, tapi hanya ini yang bisa dia lakukan untuk mempertahankan nyawanya.
Dengan ilmu pedang dan pengalaman yang dia miliki selama empat ratus tahun, dia melawan semua beast dan mutant yang ada disekelilingnya tanpa kenal lelah.
Dia mengayunkan dan menusuk pedangnya ke mutant dan beast yang menyerangnya. Tidak terhitung jumlahnya dia mengayunkan pedangnya untuk membunuh para mutant dan beast, dan tidak terhitung pula dia membunuh mutant dan beast disekelilingnya.
“Kapan terakhir kali aku mengeluarkan tenaga sebanyak ini? 60 tahun lalu, atau 80 tahun lalu. Entahlah tapi sudah sangat lama aku tidak mengeluarkan tenaga sebanyak ini! Betapa nostalgianya....” Aizen tersenyum dan mengayunkan pedangnya kesana-kemari.
Satu ayunan pedangnya memotong puluhan ekor mutant dan beast. Semua mutant dan beast disekelilingnya tampak ketakutan melihat kebrutalan Aizen yang membunuh mereka sambil tersenyum.
Mereka perlahan menjaga jarak dari Aizen tapi Aizen mengetahui hal itu. Aizen tersenyum mengejek mereka semua, “Takut? Mau lari? Jangan harap!!!.” Aizen menancapkan pedangnya dengan keras ketanah dan menciptakan guncangan hebat disana.
Tanah seratus meter dari tempatnya menancapkan pedang ambles dan itu menjadi kesempatan emasnya, “Blitz Slash!!.” Dengan menggunakan jurusnya, Aizen bergerak secepat kilat memotong-motong mutant dan beast yang berada dalam jangkauannya.
Saking cepatnya dia bergerak mutant dan beast sampai tidak menyadari jika mereka telah mati. Aizen berhenti bergerak dan memandang dengan tajam mutant dan beast yang tersisa.
Nafsu membunuh dahysat dia lepaskan yang membuat mutant dan beast lari ketakutan tanpa melihat kebelakang. Bagi mereka sosok Aizen sama saja dengan malaikat pencabut nyawa yang harus mereka hindari.
Aizen menghela nafas lega melihat mutant dan beast yang tersisa kabur dari sana, “Huuufff.... Untungnya saja mereka kabur kalau tidak aku harus mengeluarkan lebih banyak energi spiritual. Ditambahlagi sendi-sendi dan otot-otot sudah berteriak minta tolong, jika dipaksakan sekali lagi bisa-bisa aku terluka parah. Aaaahh... Beginikah rasanya menjadi tua?” Aizen tertawa pelan dan tersenyum pahit.
Diantara hunter-hunter yang lain dia bisa dikatakan yang tertua dan masih bertahan di Asosiasi Hunter diumur senjanya. Diumurnya yang ke-419 tahun dia masih tetap aktif melaksanakan tugas-tugasnya sebagai seorang hunter, biasanya orang-orang akan pensiun diumur 40~90 tahun karena tidak lagi memiliki fisik yang kuat.
Aizen juga sama seperti mereka hanya saja dia memiliki cara berbeda untuk tetap menjaga kekuatan fisik dikondisi prima. Itulah yang membuat Aizen tetap berada di asosiasi, dan lagi alasan utama dia tidak pensiun adalah karena sahabat-sahabatnya masih berada disana.
Selama sahabat-sahabatnya berada disana Aizen akan tetap berada disana, meski sekarang dia berpikir untuk pensiun melihat kondisinya sekarang.
“Meski begitu aku melemah lebih cepat dari dugaan. Perkiraanku aku akan melemah diumur empat ratus lima puluh keatas tapi siapa yang menyangka aku melemah secepat ini. Dan lagi aku mulai susah mengumpulkan energi spiritual beberapa tahun ini, apa ini karena aku tua?” Aizen mengusap dagunya.
Beberapa tahun terakhir kekuatan fisik menurun secara signifikan dan dia juga kesulitan mengumpulkan energi spiritual, bukan hanya itu pandangannya mulai kabur dan kelima Inderanya juga mengalami penurunan. Ini sudah terjadi selama beberapa tahun terakhir dan dia tidak menganggap ini aneh sama sekali.
Karena salah satu sahabatnya merupakan seorang dokter yang hebat, dia menjelaskan ini biasa terjadi ketika seseorang sudah mencapai batas usianya dan itu yang terjadi pada Aizen sekarang.
“Tapi apa aku benar-benar seperti ini karena menua? Seperti aku harus ke dokter lain nanti.... Hmm—?” Aizen samar-samar melihat sesuatu yang terbang kearahnya dengan cepat.
Karena pengelihatannya berkurang dia jadi tidak bisa melihat dengan jelas. Saat benda itu semakin mendekat dia baru menyadari itu adalah sebuah pedang energi yang dengan cepat terbang kearahnya.
“Sial, tidak akan sempat!!” Aizen hanya sempat mengamankan titik vitalnya. Pedang energi itu melesat dan memotong tangan kanan Aizen. Setelah memotong tangannya pedang energi itu hancur berkepentingan.
Darah mengucur deras dari tangannya yang terpotong. Aizen mati-matian pergi dari sana secepat yang ia bisa dan benar saja, ratusan pedang energi lain menyerangnya dari atas.
Dengan pedang ditangan kirinya dia membelokkan dan menghancurkan pedang-pedang energi yang terbang kearahnya. Baru saja bernafas lega, pedang-pedang energi dalam jumlah yang lebih banyak menggempurnya.
Sekarang bukan hanya pedang-pedang energi tapi juga ratusan anak panah terbang dari menghujaninya. Sulit untuk menghindari semua pedang-pedang energi disaat yang bersamaan dengan anak panah menghujaninya.
“Tidak salah lagi ada orang yang ingin membunuhku!! Aku harus mencari tempat aman terlebih dahulu!!.” Aizen mengalirkan energi spiritual dalam jumlah besar pada kakinya, seketika itu kecepatannya larinya bertambah beberapa kali lipat lebih kencang.
Dengan kecepatannya yang sekarang anak-anak panah dan pedang-pedang energi yang menghujaninya tidak dapat mengejar. Tapi ini hanya bertahan sementara sampai ia mendapatkan tempat yang cukup aman untuk memulihkan lukanya.
Baru beberapa menit berlari sendi-sendi sudah mencapai batasnya, “Ini.... Aku harus mencari tempat aman terlebih dahulu—” Pada saat berlari matanya terarah pada sebuah gua yang ada dibawah bukit besar, tanpa banyak basa-basi dia langsung masuk kedalam gua itu.
Didalam gua Aizen mati-matian menghentikan pendarahan yang terjadi pada tangan kanannya. Setelah beberapa menit berlalu pendarahan baru bisa berhenti setelah ia menghentikan aliran darah dilengan kanannya.
Meski pendarahannya sudah berhenti dia tetap kehilangan sangat banyak darah. Sepanjang perjalanan darah ditangannya mengucur deras dan dia saat ini benar-benar kehilangan banyak darah.
Tubuhnya pucat dan keringat dingin mengucur membasahi dahinya, ia juga mulai kesulitan bernafas sekarang.
“Apa ini akhir bagiku? Mati digua terpencil karena kehilangan banyak darah dan diserang orang tidak dikenal? Sungguh aku sangat menyedihkan....” Aizen tersenyum pahit.
Dengan kondisinya sekarang jika tidak diberi diobati secepatnya ia akan mati. Saya sekali barang-barang yang dia bawa harus tertinggal ditempatnya sebelumnya. Kini Aizen hanya memiliki dua pilihan, tetap berada disini dan mati disini. Atau mempertaruhkan hidupnya untuk mencari bantuan dengan semua pedang-pedang dan anak-anak panah menghujaninya sampai mati.
Memilih diantara dua pilihan itu sangat sulit, mati disini tidak akan menyelesaikan apapun dan jika dia keluar dan mencari bantuan, tidak ada jaminan orang yang menolongnya mampu menolongnya dikondisi yang parah ini.
Jadi dia membuat satu pilihan lain yang benar-benar mencerminkan kepribadiannya.
Dengan sisa-sisa tenaga dia bangkit dan menggenggam erat pedang di tangan kirinya, "Lebih baik aku mati dimedan perang ketimbang harus mati disini!” Seru lantang lalu keluar dari gua.
Baru saja ia menginjak kaki keluar pedang-pedang energi dan ratusan anak panah menghujaninya sampai membuat bukit tempat gua berlindungn sebelumnya hancur tak tersisa.
Dibalik debu yang berterbangan Aizen berdiri tegak disana tanpa bergeser sedikit pun, bunyi retakan-retakan dari sekitarannya. Itu adalah bunyi pelindung yang dia buat dari energi spiritualnya yang tersisa, kini semua pelindung itu hancur.
“Jadi begitu ya? Jadi kalian pelakunya?!” Aizen melepaskan seluruh nafsu membunuhnya yang dia tahan selama ini, aura membunuh pekat yang dia lepaskan membuat siapapun yang merasakannya akan lari ketakutan bahkan sesak nafas parah.
Tapi Aizen tidak melepaskan aura membunuhnya kesegala arah tapi dia hanya memfokuskannya pada satu titik. Yaitu keatas tempat dimana anak-anak panah dan pedang-pedang energi itu berasal.
“Lebih baik kalian tunjukkan diri kalian, atau aku akan membunuh kalian!!” Seru Aizen lantang sambil terus melepaskan nafsu pembunuhnya.
Tidak lama dia berkata seperti itu. Beberapa orang menampakkan diri dari ruang hampa, mereka adalah orang-orang paruh baya yang membawa persenjataan lengkap.
Ketika Aizen melihat mereka hatinya benar-benar terguncang, semua teka-teki yang ada kini sudah terselesaikan. Ia akhirnya tahu sedari awal dia sudah dikhianati oleh orang-orang yang dianggapnya saudara.
“Sejak kapan, sejak kapan kalian mengkhianatiku?!” Tanya Aizen dengan lantang, gelombang suara yang dia lepaskan membuat keseimbangan orang-orang yang terbang disana sedikit goyah.
Pada awalnya tidak ada satupun dari mereka yang berbicara, tapi salah satu dari membuka suara. Dia adalah dokter yang merawat kesehatannya selama ini, dia adalah Paul Scholes.
“Aizen sebenarnya kami tidak ingin melakukan ini, tapi kau sendirilah yang memulai segalanya. Andaikan kau tidak tumbuh jauh lebih kuat dibandingkan kami, kami mungkin tidak akan melakukan ini.” Kata Paul menggunakan nada menyesal.
“Apa maksud perkataanmu?!”
“Maksud perkataannya adalah kau tumbuh diluar dugaan semua orang, orang-orang sekarang banyak yang menganggap kau sebagai ancaman baru umat manusia. Tidak ada pilihan selain membunuh, karena jika kami tidak membunuhmu bisa saja kau menjadi ancaman baru umat manusia.” Ujar salah seorang dari mereka dengan santai, dia adalah yang termuda dari mereka semua dan salah satu ahli pedang sama sepertinya, dia adalah Barack Hussein.
Mendengar semua perkataan dari mereka semua membuat Aizen menjadi bingung bukan main. Ancaman baru umat manusia? Dirinya? Salah satu dari pahlawan umat manusia? Dia mengkhianati umat manusia?!
“Sungguh pikiran yang konyol!! Kalian sudah kenal lama denganku apa kalian pikir aku akan berbuat demikian?! Kau anggap apa persahabatan kita selama ini?!” Seru Aizen dengan lantang, suara yang dia keluar berisi kemarahan dan kekecewaan pada sahabat-sahabatnya.
Tapi reaksi mereka jauh dari perkiraannya, mereka sama sekali tidak terlihat merasa bersalah, malahan mereka menertawakan dirinya.
“Apa yang kalian tertawakan?!”
“Tentu saja kami mentertawakan kebodohanmu dan kenaifanmu. Kau sungguh bodoh dan naif sama tidak menyadari kami sudah mengkhianatimu sejak awal, sejak awal persahabatan kita tidak lebih dari niat kami untuk membunuhmu. Sekarang kami tidak akan melewatkan kesempatan itu!!” Setelah Paul berteriak dengan lantang, yang lain langsung memasang posisi menyerang.
Aizen terperangah melihat semua itu, ia jatuh kedalam kondisi kebingungan atas semua yang terjadi padanya, kekecewaan dan rasa marah mengisi hatinya yang membuatnya semakin murka.
“Serang dia!!” Setelah Paul memberikan perintah mereka bertujuh menyerang Aizen secara bersamaan, niat mereka saat ini hanyalah satu yaitu membunuh Aizen apapun caranya.
“Hahaha... Jadi itu pilihan kalian. Kalau begitu jangan salahkan aku!!” Aizen mengalirkan energi spiritual dalam jumlah besar pada pedang ditangan kirinya, dia memasang kuda-kuda dengan cepat dan melepaskan tiga buah gelombang pedang.
“Tricut!!” Tiga gelombang pedang berisi energi spiritual dalam jumlah besar menyerang mereka dengan kecepatan yang tidak mereka kira, dengan sigap mereka membuat perisai energi untuk berlindung dari gelombang pedang yang Aizen ciptakan.
“Kalian semua bodoh!!“
Tanpa mereka sadari Aizen sudah berada dibelakang salah satu dari mereka, belum sempat dirinya beraksi kepalanya sudah terlebih dulu terlepas dari tubuhnya.
“Itu bayaran atas pengkhianatmu dan semua anak-anak panahm!! Selanjutnya kalian!!” Setelah menyingkirkan musuh yang paling merepotkan, dirinya mengubah targetnya tapi sekarang jauh lebih sulit.
Karena mereka sahabat-sahabatnya mereka pasti sudah tahu pola serangan yang biasa dia gunakan dan kelemahan-kelemahannya, maka dari itu Aizen mengubah pola serangan dan menggunakan pola serangan baru, pola serangan yang cocok dengan kondisinya saat ini.
“Pola serangannya berubah!! Ganti ke rencana B!!” Setelah Paul berseru keras, yang lainnya langsung bergerak menjauh dari Aizen tapi Aizen merasa ada yang salah.
Mereka menjaga jarak darinya dan membentuk sebuah persegi dengan empat orang dimasing-masin sudutnya, dengan dia berada didalamnya. Aizen buru-buru melihat keatas dan benar saja jauh diatasnya terdapat Paul dengan seseorang disebelahnya.
“Merlin, apakah kita benar-benar bisa menang?” Tanya Paul pada orang tua bernama Merlin, dia merupakan salah satu orang yang merencanakan pembunuhan Aizen dan termasuk orang kuat.
“Jangam khawatir asalkan semuanya berjalan sesuai rencana aku yakin kita bisa menang, dan lagi dia tidak akan bertahan lama dengan kondisi separah itu.” Merlin melirik kebawah menemukan Aizen meleset dengan cepat kearahnya.
Dengan sigap dia menyebarkan banyak talisman kesudut-sudut dan dengan satu jentikan jaringan sebuah susunan formasi terbentuk, susunan formasi yang memainkan ingatan orang yang didalamnya dan mencampurnya dengan segala macam ilusi.
Menyebabkan orang didalamnya akan merasakan kembali ketakutan yang telah lama dipendam lagi, lagi dan lagi sampai dia memohon untuk mati.
“Jujur saja jika dia dalam kondisi prima susunan formasi seperti ini tidak akan berpengaruh padanya, tapi karena kondisinya sekarang dan racun didalamnya tubuhnya tidak mungkin dia bisa bertahan dari semua ilusi itu.” Merlin mengusap-usap janggut panjangnya samb tersenyum penuh kemenangan.
Paul merasa senang mendengar hal itu hanya saja dia merasakan perasaan tidak enak. Dia menatap ke susunan formasi yang dibuat Merlin.
“Beraninya kau mengurungku didalam tempat terkutuk itu!!!” Suara seruan yang berasal dari dalam susunan formasi terdengar begitu jelas ditelinga mereka, belum sempat mereka menjaga jarak susunan formasi yang terletak dibawah mereka hancur dan menampilkan Aizen keluar dari sana.
Dengan pedang yang menghunus dengan cepat membuat tidak satupun dari mereka sempat beraksi, pedang itu dengan cepat menusuk dan menghujam dada Merlin hingga tewas.
Pada momen itu mereka berlima tahu jika Aizen berada diluar perkiraan mereka. Tidak pakai lama mereka menggunakan rencana berikutnya, rencana dari rencana cadangan mereka yang mereka pikir tidak akan pernah mereka pakai.
“Aku akan menggunakan Longinus Spear!!” Paul berteriak lantang dan seketika itu keempat orang lainnya langsung melesat pergi secepatnya dari sana, dari balik jubahnya dia mengeluarkan tombak emas yang tampak sangat mematikan.
Aizen seketika pucat pasi melihat benda yang dipegang Paul, dia sempat ragu untuk menyerang tapi ketika Paul mengambil ancang-ancang untuk menyerang Aizen bergerak mendekat.
“Dasar bajingan, matilah!!!” Paul menghunuskan tombak ditangannya kearah Aizen, Aizen disisi lain bergerak dengan kecepatan tinggi kearah Paul.
Tusukan tombak itu menciptakan sebuah gelombang tak kasat mata yang langsung mengenai Aizen dan menghancurkan setengah bagian tubuhnya, dia kehilangan banyak hal tapi dia tidak berhenti bergerak.
Dikondisi yang kritis dia bergerak mendekat dengan mengumpulkan semua energi spiritual yang tersisa dan berniat menyelesaikan dengan satu serangan.
“Mati kau—!!” Sebuah sensai dingin ditubuhnya terasa begitu jelas, ketika dia menoleh dia menemukan empat orang lainnya menusuknya tepat di jantungnya.
“Kalian... Semua brengse*.... Aku berjanji, AKU BERJANJI AKAN MEMBUNUH KALIAN SEMUA....!!!!” Aizen berseru lantang dengan suara yang dipenuhi kemarahan, Paul yang pada saat itu terdiam tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk melukai Aizen lebih banyak.
Tombak emas itu menusuknya hingga tembus kebelakang, darah mengucur bagaikan air terjun dan tubuh Aizen jatuh bagaikan boneka yang kehilangan benangnya.
Disaat Aizen terjatuh Paul menangkap tubuhnya dan membopongnya kebawah, dia membaringkannya dan menatapnya tanpa memasang ekspresi apapun.
“Bawa mayat Merlin dan Merfin, sementara kuburkan Aizen disini....” Katanya lalu pergi meninggalkan semuanya tanpa menoleh sedikitpun.
“Apa dengan ini umat manusia bisa aman? Dan apa yang dikatakan Seven Great Monarch nantinya? Karena merekalah yang membuat keputusan ini.... Kuharap semua yang mereka katakan benar, karena jika mereka salah umat manusia akan mengalami kerugian besar karena kehilangan salah satu Petarung terbaiknya....”
********************************
[ Selamat Host Telah Memenuhi Semua Kondisi Yang dibutuhkan! ]
[ Anda Akan Secara Otomatis Berpindah Ketubuh Baru ]
[ Mulai Sekarang Boundless Evolution System Akan Membantu Anda Membalaskan Dendam! ]
[ Anda Akan Mendapatkan Tubuh Baru! ]
[ Ras Tubuh Baru Telah Terkonfirmasi! ]
[ Tubuh The Fallen Telah Dipilih Sebagai Tubuh Utama Karena Memenuhi Semua Syarat ]
[ Karena Jiwa Host Dalam Keadaan Terluka Parah, Sistem Akan Merekonstruksi Jiwa Host Agar Tidak Terjadi Kendala Nantinya ]
[ Perkiraan Waktu Yang Dibutuhkan Untuk Merekonstruksi Jiwa Host Yang Rusak Adalah 876.000 Jam ]
[ Memulai Merekonstruksi Jiwa ]
[ Memulai Menghitung 00:00:01 ]
[ 00:00:02 ]
[ 00:00:03 ]
***************************
Like, Komen dan upvote ya temen-temen agar saya semangat update novelnya!!! Oke!!
[ 399:59:09..... ]
[ 399:59:10..... ]
[ 399:59:34..... ]
[ 399:59:47..... ]
[ 399:59:58..... ]
[ 399:59:59..... ]
[ 399:59:60..... ]
[ Rekontruksi Jiwa Telah Selesai Dilakukan!! ]
[ Sebagai Hadiah Dan Permintaan Maaf,, Sistem Memberinya 100 Poin Evolusi Pada Host ]
[ Sistem 100 Poin Evolusi Yang Sistem Berikan Dapat Berguna Bagi Host! ]
*****
Tidak pernah terpikirkan dalam hatinya jika suatu saat nanti sahabat-sahabatnya akan mengkhianatinya dan membunuhnya dengan alasan yang tidak jelas. Semua kenangan-kenangan yang ia simpan selama puluhan tahun rusak begitu saja.
Pengkhianatan yang mereka lakukan akan selalu diingatnya olehnya meski ia harus masuk kedalam neraka sekalipun!! Dia berjanji dalam hidupnya akan membunuh mereka jauh lebih menyakitkan dari yang ia rasakan!!
Dia berjanji akan membunuh mereka bagaimanapun caranya meski harus mengorbankan banyak nyawa tak bersalah sekalipun!! Meski dia harus hidup menjadi seorang monster sekalipun ia akan tetap membalaskan dendam atas pengkhianatan yang mereka lakukan.
“Uuuaaahhhhh....!!!” Aizen bangkit saat dia merasakan rasa sakit terakhir yang ia rasakan, rasa sakit saat ia kehilangan setengah bagian tubuhnya dan tangan kanannya.
Dengan kepala sedikit pusing dia mencoba bangkit tapi gagal, rasa sakit dikepalanya membuatnya benar-benar tidak fokus melihat keadaan sekitarnya. Meski begitu dia tetap memaksakan dirinya.
“Dimana aku? Apa aku selamat?” Sulit bagi Aizen mempercayai jika dia selamat setelah menerima luka separah itu, meski tidak menyadari kejanggalan yang terjadi pada tubuhnya.
Dia perlahan-lahan bangku dan melihat keadaan sekitar dengan seksama. Kegelapan tanpa batas yang seakan bisa menelan apapun, hanya bebatuan bercahaya yang menjadi penerangan jalan.
Ditengah kebingungan atas semua yang terjadi padanya seekor beast dari balik kegelapan. Itu adalah sebuah skeleton yang memegang pedang dan perisai, dia tampak begitu marah ketika melihat Aizen.
“Skeleton? Bagaimana caranya dia ada disini? Ugh!! Aku harus membunuhnya terlebih dahulu!" Aizen menahan rasa saki kepalanya untuk menghadapi skeleton dihadapannya, Skeleton itu berlari dengan kencang kearahnya dan menyerangnya dengan serampangan.
Aizen menangkap pedangnya dan menggenggamnya erat hingga pedang itu patah, dengan cepat dia memukul kepala skeleton itu hingga hancur berkeping-keping. Merasa skeleton itu akan bangkit kembali Ia lalu menendang tubuh skeleton itu hingga hancur berantakan.
Dengan nafas tidak teratur dia memandang skeleton yang tubuhnya telah hancur berantakan itu, dia memalingkan wajahnya untuk mencari tempat yang lebih aman.
“Aku harus mencari tempat aman terlebih dahulu—?“
[ Anda Telah Membunuh Skeleton +0.2 Poin Evolusi ]
“Siapa itu?!” Mendengar suara didalam kepalanya tentu membuat waspada, Aizen memasang kuda-kuda sambil memandangi sekitarnya tapi tidak menemukan apapun selain tubuh skeleton yang ia bunuh sebelumnya.
“Apa itu hanya halusinasiku karena kepala terlalu sakit? Huh? Aku sudah tidak merasakan rasa sakit di kepalaku, apa yang terjadi sebenarnya?” Aizen mencoba untuk memecahkan masalah yang terjadi pada dirinya hingga dia menyadari bentuk jari-jari tangannya berbeda dari yang ia ingat.
“Kenapa jari-jari tanganku menjadi seperti ini?” Aizen memandang jari-jari dikedua tangannya, itu adalah jari-jari tangan yang lebih mirip cakar seekor beruang dan semua bagian lengannya juga tertutupi oleh benda aneh.
Itu seperti sebuah kulit hanya saja jauh lebih keras dan lagi menutupi seluruh tubuhnya, itu terlihat seperti cangkang yang menyelimuti seluruh tubuhnya untuk melindungi organ-organ tubuhnya. Dengan kata lain sebuah kulit.
Dan juga bentuk tubuhnya tidak sama seperti yang dia ingat, bentuknya tubuhnya 80% mirip seperti manusia tapi tidak untuk sisanya. Ditengah kebingungan atas apa yang terjadi pada tubuh, tiba-tiba sekumpulan skeleton datang.
Jumlah mungkin sekitar belasan dan mereka berada diranah begginer awal atau menengah. Aizen tidak mempermasalahkan jumlahnya lawannya, tapi saat ini dia sama sekali tidak bersenjata yang membuat kemungkinan kalah atau terluka parah meningkat.
“Lebih baik aku mengurus mereka terlebih dahulu sebelum memikirkan apa terjadi setelahnya.” Aizen memasang kuda-kuda terlebih dahulu sebelum menerobos kerumunan skeleton yang berada tidak jauh darinya.
Saat melihat sosok Aizen mereka merasakan perasaan takut yang tidak bisa mereka gambarkan, tubuh mereka tidak bisa bergerak sedikitpun dan setelahnya salah satu dari skeleton itu hancur berantakan karena dipukul oleh Aizen.
[ Anda Telah Membunuh Skeleton +0.3 Poin Evolusi ]
Aizen menghiraukan suara yang ada di kepalanya, dengan kekuatan penuh dia memukul satu persatu skeleton dihadapannya hingga hancur berkeping-keping, bahkan setelah mereka hancur berantakan sekalipun Aizen masih tetap menghancurkan tubuh mereka sampai menjadi kepingan-kepingan kecil.
Itu dia lakukan untuk mencegah mereka bangkit kembali, bagaimanapun jika mereka bangkit kembali dia sendiri yang akan kerepotan.
[ Anda Telah Membunuh Skeleton +0.3 Poin Evolusi ]
[ Anda Telah Membunuh Skeleton +0.1 Poin Evolusi ]
[ Anda Telah Membunuh..... ]
[ Anda Telah..... ]
[ Anda Telah..... ]
Sebuah suara yang sama persis dan terus berulang terdengar jelas didalam kepalanya, jika suara itu dari telinga Aizen tidak heran tapi yang membuatnya heran adalah suara itu datang dari dalam kepalanya.
Saat dia sedang kebingungan sebuah benda berbentuk persegi panjang berwarna merah muncul dihadapannya, benda persegi panjang dengan warna merah itu memuat isi yang sama persis dengan suara yang dia dengar.
Meski Aizen merasakan kebingungan dia kurang lebih tahu apa yang terjadi padanya, “Aku mati dan berreinkarnasi ya? Sungguh sesuatu yang tidak bisa kupercaya.” Aizen duduk beralasan tanah sambil memijit keningnya.
Dia sama sekali tidak menduga dia akan mengalami yang namanya reinkarnasi. Sebagai seorang hunter berpengalaman dia tentu tahu apa itu reinkarnasi dan ini sudah sering dia lihat di buku-buku yang ia baca. Hanya saja dia tidak akan pernah menyangka akan mengalami sendirinya.
Dia menatap kedua tangannya yang berubah total, setiap jari-jarinya adalah cakar tajam yang mampu merobek daging setebal apapun dan cangkang yang dia identifikaskan sebagai eksoskleton lebih kuat dari pada besi.
“Aku harus mencari tempat aman terlebih dahulu.“ Aizen bangkit dan menoleh sekeliling, hanya terdapat dua jalan disana yang salah satu digunakan para skeleton untuk datang kesini.
Maka dari itu dia mengambil jalan yang satunya, jujur saja dia tidak tahu dimana dia sekarang, kumpulan skeleton yang dia temui sebelumnya membuat Aizen berpikir tempatnya sekarang merupakan sebuah dungeon yang merupakan sarang monster, mutant dan beast.
Kalau dia berada didalam dungeon dengan kekuatannya yang sekarang, dia sangat perlu hati-hati karena didalam dungeon seharusnya memiliki monster-monster tingkat tinggi.
Aizen bersembunyi setelah mendengar banyaknya suara langkah kaki, dia bersembunyi dibalik sebuah batu yang cukup besar untuk menyembunyikan semua bagian tubuhnya.
Dari tepi batu besar dia mengintip dan menemukan ratusan skeleton berjalan beriringan.
Aizen menelan ludah melihat jumlah skeleton yang lewat dihadapannya, “Dengan jumlah segitu aku bisa terbunuh, aku harus cepat keluar dari tempat ini dan mencari tempat yang lebih aman.” Aizen berjalan dengan lebih hati-hati sambil menyembunyikan hawa keberadaannya.
Sepanjang perjalanan dia menemui beberapa skeleton yang dengan cepat dia bereskan, beberapa lama berjalan dia menemukan sesuatu yang tidak dia duga-duga. Bongkahan kristal putih dalam jumlah besar menempel disetiap sisi bagian gua.
Aizen mengenali kristal putih itu sebagai batu spiritual yang berguna meningkat jumlah energi spiritual dalam jumlah kecil, ini menjadi sumberdaya yang biasa digunakan untuk meningkatkan jumlah energi spiritual.
“Dengan batu spiritual ini aku bisa meningkatkan jumlah energi spiritual-ku, aku harus mengambilnya sebanyak mungkin!” Aizen mengambil sebuah bongkahan batu spiritual yang seukuran genggaman tangannya, dia juga mengambil beberapa lagi untuk disimpan.
“Ink harusnya cukup untuk meningkatkan jumlah energi spiritual sebanyak 3~5 lingkaran. Aku harus cepat pergi dari sini!” Aizen bergegas pergi setelah mendengar banyak suara langkah kaki dari tempat dia berdiri sebelumnya.
Berlari tanpa arah tujuan benar-benar melelahkan baginya, tidak ada tempat yang benar-benar aman digua ini karena setiap saat selalu ada skeleton yang berlalu lalang. Aizen sampai kesal sendiri menemukan banyaknya skeleton yang berlalu lalang.
Aizen berhenti berjalan dan menatap sekelilingnya, terdapat lima jalan yang bisa digunakan dan salah satu jalan tersebut merupakan tempat dia keluar sebelumnya.
“Bagaimana caraku memilihi diantara lima jalan ini? Jika aku salah mengambilnya jalan bisa-bisa aku malah masuk ke kandang harimau nantinya. Hhmmmm....” Aizen memejamkan matanya dan merasakan energi spiritual yang mengalir disekitarnya.
Itu sudah pasti berasal dari luar gua karena kualitas energi spiritual disini bisa dikatakan cukup buruk, dia membuka matanya dan tersenyum lebar.
“Disini!” Aizen mengambil jalan yang berada ditengah-tengah jalan lainnya, dia mengambil jalan ini setelah merasakan energi spiritual yang kualitasnya lebih bagus dari jalan ini.
Seperti yang Aizen perkirakan, jalan yang dia ambil merupakan jalan menuju keluar gua. Diujung jalan ini dia bisa melihat sinar matahari yang begitu terang.
Dia tersenyum lebar setelah sampai keujung jalan, dia tersenyum setelah melihat pemandangan yang dia rindukan. Itu adalah pepohonan sejauh mata memandang dan tidak lain adalah hutan.
“Baiklah mari kita cari tempat aman terlebih dahulu” Aizen tersenyum tipis sambil memandang batu spiritual digenggam tangannya, dia lalu turun dan masuk kedalam hutan dengan cepat.
Didalam hutan dia bisa merasakan kualitas energi spiritual disini lebih baik ketimbang sebelumnya, dia mengirup banyak udara segar setelah terjebak cukup lama dia gua tanpa nama itu.
Aizen berhenti dan menoleh kearah sebuah pohon yang cukup besar dan tinggi, dahan-dahan pohon besar itu memiliki ukuran yang cukup untuk ditempati seseorang.
“Sepertinya dahan pohon itu akan menjadi tempat yang aman untukku menyerap sebuah batu spiritual ini.” Tidak pakai lama Aizen memanjat pohon itu dan duduk disalah satu dahan pohon yang berukuran cukup besar.
Dia duduk bersila sambil memegang batu spiritual ditangannya, ”Ini akan menjadi kepastian apakah aku masih manusia atau tidak...” Aizen menghela nafas panjang sebelum melakukan meditasi, dengan menggunakan teknik pernafasan khusus dia menyerap semua kandungan energi spiritual yang ada didalam batu spiritual.
Dalam beladiri, energi spiritual memiliki satuan bernama lingkaran energi spiritual, energi spiritual yang dilatih setiap orang akan membentuk lingkaran dalam dirinya.
Jika seseorang berlatih giat dengan teknik pernafasan biasa maka dia akan mengumpulkan satu lingkaran energi spiritual dalam dua tahun, yang berbakat dapat mengumpulkan satu lingkaran setiap satu tahunnya.
Ketika seseorang berlatih menggunakan ilmu energi spiritual tingkat tinggi, maka dia dapat mengumpulkan dua atau tiga lingkaran energi spiritual yang berbakat mungkin bisa mendapatkan lima sampai enam setiap tahunnya.
Teknik pernafasan yang Aizen gunakan merupakan ilmu energi spiritual tingkat tinggi bernama Teknik Pernafasan Sembilan Dunia, ini merupakan teknik pernafasan paling hebat di dunia yang dapat mengumpulkan lima puluh lingkaran energi spiritual setiap tahunnya.
Dengan menggunakan Teknik Pernafasan Sembilan Dunia ia menyerap batu spiritual ditangannya hingga habis, dan itu dialirkan keseluruh tubuhnya.
Pada saat itu Aizen mengetahui jika saat ini dia bukan lagi manusia, melainkan mutant atau yang biasa disebut monster.
Aizen menyudahi meditasinya dan memijit keningnya, alasan dia tahu hal tersebut karena struktur tulang dan organ tubuh jauh berbeda daripada manusia. Dan lagi saat ini dia tidak memiliki jantung, jantung sekarang digantikan oleh sesuatu yang disebut Core.
Core adalah organ tubuh yang memiliki fungsi sama persis seperti jantung, maka jika benda bernama Core ini dicabut maka mutant ataupun monster akan mati dalam waktu beberapa detik atau mungkin menit.
Aizen duduk didahan pohon sambil menatap langit biru nan indah, lalu dia tersenyum lebar dan mengepalkan tangannya, “Menjadi monster?! Itu tidak masalah! Asalkan aku bisa membalaskan dendamku menjadi monster sama sekali bukan masalah!!” Aizen sama sekali tidak mempedulikan jika dirinya seorang monster.
Sekalipun dia terlahir sebagai seorang monster itu hanyalah sebuah kesempatan kedua baginya untuk membalaskan dendamnya, dengan berevolusi dia akan menjadi monster yang jauh dan jauh lebih kuat untuk membunuh mereka semua yang mengkhianatinya, dia berjanji akan hal itu.
Sambil tersenyum lebar dia merentangkan tangannya lalu turun kebawah. Dia mendarat dengan mudah tanpa mengalami cedera sama sekali.
“Status window.” Setelahnya sebuah layar proyeksi yang membuat status Aizen muncul dihadapannya.
[ Aizen Archial
Tubuh : The Fallen
Usia : 0~40 Tahun
Poin Evolusi : 116 Poin Evolusi
Innate Ability : Boundless Evolution
Special Ability : Poin Evolusi. Reinforcement Body.
Ranah : Begginer Awal ]
[ Innate Talent ; Dengan Kemampuan Bawaan Ini Anda Dapat Berevolusi Tanpa Batasan Apapun ]
[ Special Ability :
Reinforcement Body : Dengan Skill ini Anda Dapat Memperkuat Dan Mengupgrade Bagian Tubuh Yang Ada Dengan Bayaran Poin Evolusi.
Poin Evolusi : Dengan Membunuh Makhluk Lain Maka Anda Mendapatkan Poin Evolusi( Poin Evolusi Yang Anda Dapatkan Tergantung Seberapa Kuat Mahkluk Yang Anda Bunuh ]
Aizen tersenyum pahit melihat batas usia dan ranah yang dia miliki, “Batas usiaku hanya empat puluh tahun dan ranahku saat ini hanya begginer awal, tapi tidak apa. Dengan kemampuan yang tidak dimiliki manusia manapun dimuka bumi ini aku akan terus berevolusi dan menjadi lebih kuat!! Sampai aku cukup kuat untuk membunuh mereka semua dengan tanganku sendiri!” Aizen mengepalkan tangannya.
[ Bagian Anggota Tubuh Yang Bisa Diperkuat Dan Diupgrade :
Core : 0/5
Lengan Kegelapan : 0/50
Akar Kegelapan : 0/10
Eksoskleton : 0/50
Ekor : 0/1 ]
"Aku Punya ekor?!” Aizen dengan panik melihat kebelakangnya dan menemukan ekor panjang berduri yang menyatu dengan tubuhnya, tapi anehnya dia tidak bisa menggerakkannya sama sekali, ia hanya tersenyum kecut melihat hal itu.
“Aku sungguh-sungguh tidak sudah tidak menjadi manusia.”
[ Apa Anda Ingin Menggunakan 0.5 Poin Evolusi? ]
[ Ya/Tidak ]
“Hmmm.... Aku mendapat enam belas Poin Evolusi setelah membunuh beberapa skeleton, darimana datangnya seratus Poin Evolusi ini?” Aizen mengusap dagunya memikirkan hal tersebut, tapi setelah dipikir-pikir lagi lebih baik tidak dipikirkan.
Aizen menekan tombol Ya dan setelahnya terdapat sesuatu yang terhubung ke otaknya, itu terasa seperti syaraf otaknya tersambung pada sesuatu yang mengarahkan berbuat satu hal.
Aizen membayangkan tangan didalam pikirannya dan dari balik bayangannya muncul tangannya, sebuah tangan kegelapan yang diselimuti oleh bayangan.
“Apa ini anggota cabang tubuhku?” Aizen dengan heran menatap tangan kegelapan itu, tangan kegelapan itu seperti memiliki hubungan dengannya seperti anggota tubuh utamanya.
“Kalau begitu.” Aizen memikirkan untuk menyerang salah satu pohon dan benar saja tangan kegelapan itu bergerak seperti yang dia pikirkan, dalam satu kali pukulan pohon yang dia tunjukkan terbelah jadi dua.
Aizen tersenyum puas dan menatap jendela sistem dihadapannya.
“Berapa yang aku perlukan untuk memperkuat semua Lengan Kegelapan?”
[ Berdasarkan Penghitungan Anda Memerlukan 24,5 Poin Evolusi Memperkuat Semua Lengan Bayangan ]
[ Apa Anda Ingin Menggunakannya? ]
[ Ya/Tidak ]
Aizen tersenyum tipis dan menekan tombol ya, setelahnya sama seperti sebelumnya. Terdapat sesuatu dalam jumlah besar yang terhubung ke otaknya. Dia mengangkat satu tangannya setelah itu dari balik bayangan tubuhnya puluhan tangan kegelapan mencuat keluar.
”Aku bisa mengendalikan lengan-lengan ini semuaku, tapi aku baru merasakan jika menggunakan lengan kegelapan menyerap sejumlah kecil energi spiritualku.” Kata Aizen yang merasakan energi spiritualnya sedikit berkurang, sepertinya dia tidak bisa menggunakan Lengan Kegelapan sesuka hatinya, meski itu hanya menyerap sejumlah kecil energi spiritual.
Dia menarik kembali semua lengan Kegelapan kembali ke tubuhnya, dia lalu menoleh kearah gua tempat dia keluar sebelumnya.
Jaraknya memang tidak terlalu jauh tapi dia bisa melihat gua itu dengan lebih jelas sekarang, disekeliling gua tempat dia keluar semua tanaman dan pohon mati serta terdapat banyak bangkai hewan beserta tulang belulangnya.
“Tidak salah lagi tempat itu adalah dungeon, aku ingin menaklukkan sebagai langkah awal membalaskan dendamku tapi dengan kekuatanku yang sekarang mustahil untuk menaklukkan, dan pasti terdapat monster-monster berlevel lebih tinggi disana. Aku harus memperkuat diriku dulu sebelum menaklukkan dungeon itu.” Aizen berbalik setelah menatap gua yang merupakan dungeon tersebut, didalam hatinya dia sudah menandakan dungeon itu untuk dia taklukkan setelah dia cukup kuat.
*****
Novel baru!!
Like Komen dan upvote ya!!! Inget Like Komen dan upvote Agar writer semangat update chapternya!!!
Aizen dengan cakarnya yang tajam merobek tubuh beast serigala yang menyerangnya, serigala perak dengan seukuran sapi itu mengalami pendarahan hebat dan sekarang dia kesulitan Berger karena kakinya terluka cukup parah.
Aizen menghela nafas panjang dan satu jarinya membuat sepuluh lengan kegelapan mengikat seluruh bagian tubuhnya hingga tidak bisa bergerak.
“Grrrrr....” Serigala perak itu menatapnya dengan tatapan penuh kebencian, Aizen lalu membunuhnya tanpa banyak berpikir.
[ Anda Membunuh Serigala Perak +2 Poin Evolusi ]
Aizen tersenyum puas dan menarik kembali lengan kegelapan kedalam tubuhnya, lalu dia dengan santai merobek bagian tubuh serigala perak itu dengan mengeluarkan sesuatu dari dalamnya. Sebuah kristal trigonal berwarna perak berkilau memukau mata, itu adalah permata jiwa yang dimiliki setiap beast.
Aizen menatap permata jiwa berwarna perak yang seukuran genggaman tangannya, karena proses peningkatan kekuatan mutant tidak sama seperti manusia, Aizen mau tidak mau merubah cara memperkuat dirinya.
Sekarang dia lebih fokus untuk menyerap permata jiwa dari beast karena memang seperti itulah cara mutant atau beast berkembang, dan Aizen mau tidak mau menggunakan cara yang sama dengan mereka.
Aizen menyimpan permata jiwa serigala perak itu kedalam kantong sederhana yang ia buat, sekarang kantong itu sudah terisi penuh dengan permata jiwa beast yang setingkat dengan serigala perak yang ia hadapi.
“Harusnya dengan semua permata jiwa ini aku bisa menembus ranah begginer keranah begginer puncak.” Aizen tersenyum sambil melempar kantong berisi permata jiwa ditangannya, dia lalu mengubah arah berjalannya menuju ketempat biasa dia bermeditasi.
Selama beberapa hari terakhir Aizen berkeliling hutan dan mencari tempat yang sekiranya cukup aman, dari semua tempat itu sebuah gua tersembunyi menarik perhatiannya. Letak gua yang dia temukan sendiri cukup tersembunyi karena ditutupi tanam rambat yang membuat cukup tersamarkan.
Selama beberapa hari dia menjadikan gua itu menjadi tempat tinggal sementaranya dan disitulah dia bermeditasi, tidak perlu waktu lama bagi Aizen untuk sampai kegua tersebut karena jaraknya yang cukup dekat.
Dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh dia bisa mudah sampai kegua ini, dia masuk kedalam gua dan mengeluarkan semua permata jiwa didalam kantong yang ada ditangannya, setidaknya terdapat sepuluh permata jiwa yang memiliki warna berbeda-beda.
“Aku yakin menggunakan Teknik Pernafasan Sembilan Dunia aku bisa menembus ranah begginer puncak.” Aizen duduk dalam posisi bersila dan mengambil secukupnya permata jiwa itu didalam tangannya.
Setelah itu dia mulai menggunakan Teknik Pernafasan Sembilan Dunia untuk menyerap semua kandungan energi spiritual didalamnya, disaat yang bersamaan Aizen juga mengolah energi spiritual disekelilingnya untuk menambah jumlah energi spiritual yang dia dapatkan.
Beberapa hari berlalu sejak dia memulai meditasi tapi belum ada tanda-tanda dia akan bergerak, hingga tiga ledakan teredam teredam terdengar dari dalam tubuhnya. Itu adalah tanda jika dia naik tingkat.
Aizen tersenyum membuka matanya tersenyum puas, “Aku hanya memperkirakan akan menembus ranah begginer akhir, tapi siapa yang sangka akan menembus sampai ramah begginer puncak. Dengan ini selangkah lagi bagiku untuk mencapai ranah awakening pertama...” Aizen tersenyum sambil mengepalkan tangannya.
Didunia ini terdapat tingkatan yang digunakan untuk mengukur kekuatan tiap-tiap orang, dan orang yang mencapai ranah awakening merupakan yang paling spesial karena setiap kali naik tingkat orang tersebut akan mendapatkan Awakening Ability, tingkatannya sebagai berikut :
Begginer awal
Beginner menengah
Begginer akhir
Begginer puncak
Awakening ke-1
Awakening ke-2
Awakening ke-3
Awakening ke-4
Awakening ke-5
Awakening ke-6
Awakening ke-7
Awakening Ke-8
Awakening ke-9
Awakening ke-10
Shackles Rantai 1~9
Jika ditotal tiap-tiap orang akan mendapatkan sepuluh awakening ability jika berhasil mencapai awakening ke-10. Dan Aizen dulu mencapai ranah yang lebih tinggi dari awakening.
Dia mencapai ranah Shackles rantai ke-3 di kehidupannya sebelumnya. Dia mencapai ranah tersebut setelah menghabiskan waktu selama dua ratus tahun lebih dan banyak sumberdaya berharga.
Aizen mengepalkan tangannya, “Belum cukup, ini belum cukup untuk menghadapi mereka semua. Aku harus jauh dan jauh lebih kuat agar dapat membunuh mereka semua....” Aizen mengepalkan tangannya, dia lalu menghela nafas panjang dan memutuskan untuk berkeliling hutan sebentar.
Dibandingkan sebelumnya Aizen dapat berlari lebih cepat dan kekuatannya meningkatkan jauh daripada sebelumnya. Ini merupakan efek yang didapat setelah naik tingkat.
“Hebat juga.” Aizen berlari lebih cepat dan membunuh setiap beast ataupun mutant yang dia temui dijalan, tidak terhitung berapa banyak beast dan mutant yang dia bunuh setelah berlari beberapa jam tanpa istirahat.
Sambil mengambil permata jiwa yang dari tubuh beast-beast yang dia bunuh, dia melirik ke sekitar karena merasakan niat pembunuh. Aizen tersenyum tipis, dengan menggunakan lengan kegelapan dia menyerang mahkluk yang melepaskan niat membunuh padanya.
“Graarrrrr....!!!” Seekor harimau raksasa menampakkan diri setelah semak-semak tempatnya bersembunyi Aizen serang, harimau itu mengeluarkan niat pembunuh padanya.
Itu mungkin karena Aizen berada di daerah kekuasaannya makanya dia marah, kalaupun Aizen pergi dari sini tidak ada jaminan jika harimau ini tidak akan mengejarnya. Lagi-lagi pilihannya hanya satu yang yaitu membunuh.
Harimau raksasa tersebut mengarahkan nafsu pembunuh pada Aizen berniat untuk menekannya, malah sebaliknya Aizen terkekeh geli merasakan nafsu pembunuh yang tidak seberapa itu.
“Dengan nafsu pembunuh segini mau menekaku? Kucing kecil ini tampaknya sedang bercanda denganku...” Aizen terkekeh geli lalu memasang ancang-ancang menyerang, sebelum harimau itu menerkamnya Aizen lebih dulu menyerangnya.
Dia mengalirkan energi spiritual dalam jumlah besar pada cakarnya dan cakarnya dengan mudah merobek tubuh harimau itu, harimau itu meraung kesakitan dan menyerang Aizen dengan membabi buta.
Sambil tersenyum Aizen menghindari setiap serangannya harimau itu, bukan hanya menghindari tapi dia juga menyerang dengan telak harimau itu beberapa kali.
“Ini belum cukup, aku harus lebih cepat.” Aizen bergerak lebih cepat dari sebelumnya, kali ini harimau itu sama sekali tidak bisa melihat kemana pergerakan Aizen.
“Kena kau!” Aizen menyerang diarea yang terluka paling parah, luka parah yang disebabkan oleh Aizen membuka serangan selanjutnya benar-benar membuatnya sekarat.
Kali ini harimau itu menatap Aizen bukan sebagai seekor mangsa tapi seekor predator. Dengan kekuatannya yang tersisa dia mencoba lari tetapi bayangan tubuhnya keluar tangan-tangan panjang berwarna gelap yang mengikat seluruh tubuhnya.
“Graoorrr!!! Graarrrooorrr!!!!” Harimau itu mati-matian berusaha untuk lari tapi ikatan yang dibuat Lengan Kegelapan tidak mudah diputus, dia semakin ketakutan saat mendengar Aizen mendekat kearahnya.
Tanpa belas kasih Aizen memenggal kepala harimau itu lalu mengambil permata jiwa didalam tubuhnya. Sebuah kristal trigonal berwarna emas dan berukuran cukup besar memukau dirinya.
[ Anda Membunuh Harimau Hutan +3 Poin Evolusi ]
“Melihat ukurannya Harimau ini sudah mencapai puncak ranah beginner, selangkah lagi mencapai awakening pertama dan akan merepotkan jika menghadapi saat berada ditingkatan itu.” Aizen tersenyum puas dan memasukkan permata jiwa yang didapatnya kedalam kantong yang dia buat sebelumnya.
Saat dia berjalan pergi dari sana dia menoleh kebelakang dengan wajah berbinar, ”Daripada kutinggalkan lebih baik kubawa buat makan malam.” Tanpa banyak basa-basi Aizen mencengkram kaki mayat harimau yang dia bunuh, lalu menyeretnya sampai kegua tempat dia tinggal.
Digua dia memotong dan memakannya daging harimau, lalu setelahnya menyerap permata jiwa yang dia dapatkan sebelumnya. Meski jumlah sedikit lebih banyak dari yang dia dapatkan sebelumnya, permata jiwa yang dia kumpulkan kali ini tidak cukup membuat sampai ketingkat awakening pertama.
*****
Aizen berada diatas pohon dan mengawasi beast yang dia incar, itu adalah kijang putih yang memiliki kecepatan lari super cepat dan lagi dia berada ditingkat begginer puncak sama seperti harimau yang dia bunuh beberapa hari yang lalu.
Yang menjadi masalah disini adalah kecepatan lari diluar kemampuannya, meski dia sudah menggunakan ilmu meringankan tubuh tidak cukup baginya mengejar kijang putih ini.
“Kecepatannya setara dengan beast awakening ke-2, dan lagi kekuatannya juga tidak kalah kuat. Akan menjadi masalah jika dia tidak segera disingkirkan...” Aizen perlahan-lahan bergerak mendekati kijang putih yang sedang memakan rumput itu, setelah cukup dekat Aizen mengeluarkan sepuluh Lengan Kegelapan dari bayangan tubuhnya.
“Ikat dia!” Aizen memerintahkan kesepuluh Lengan Kegelapan untuk mengikat Kijang Putih tersebut, seperti yang diperintahkan kijang putih tersebut diikat ditubuh maupun kaki.
Aizen memerintahkan untuk mengikat kaki dengan erat sembari Aizen berlari kesana, ikatan yang dibuat kesepuluh Lengan Kegelapan semakin erat seiring semakin dekat Aizen kesana.
Dalam satu tarikan nafas Aizen menembus tenggorokan kijang putih itu lalu menusuk ketempat permata jiwanya berada, setelah mendapat apa yang ia cari Aizen mencabut permata jiwa dari tubuhnya dan kijang putih itu mati seketika.
“Tambah satu lagi hehehehe....” Aizen tertawa kecil sambil memasukkan permata jiwa kedalam kantong yang biasa digunakan untuk menyimpan permata jiwa, tampak sekarang kantong itu terisi penuh dengan permata jiwa dari berbagai tingkatan.
“Ini belum cukup membuatku naik ketingkat awakening pertama, aku perlu permata jiwa yang jauh lebih banyak dari ini.” Aizen menggenggam kantong berisi permata jiwa tersebut, memang untuk menembus ranah awakening tidaklah mudah.
Perlu permata jiwa dalam jumlah yang jauh lebih dari yang dia gunakan sebelumnya untuk mencapai tingkat awakening pertama, dan untuk hal itu dia perlu mencari lebih banyak permata jiwa.
”Hhmmm? Apa itu?” Setelah Aizen memperhatikan sekeliling dengan seksama dia baru menyadari terdapat gerbong kereta kuda terbengkalai didekat tempat dia membunuh kijang putih.
Aizen mendekat kearah gerbong kereta kuda terbengkalai itu, sebagian gerbong kereta kuda tersebut sudah rusak kebanyakkan karena termakan oleh usia ataupun dimakan rayap. Meski begitu dia bisa melihat isi dari gerbong kereta kuda tersebut tidak tersentuh sama sekali.
“Apa yang dilakukan gerbong kereta kuda ditengah hutan yang dipenuhi beast seperti ini? Seharusnya disini tidak ada manusia karena jumlah beast ataupun mutant yang cukup banyak, jadi apa yang benda ini lakukan disini?” Keheranan Aizen bisa dimaklumi.
Tidak ada jalan setapak yang muat untuk kereta kuda melintas dan lagi ini ditengah-tengah hutan yang dipenuhi rimbunnya pepohonan, jelas saja ini merupakan sebuah kejanggalan yang patut dipertanyakan.
Aizen menaikan bahunya dan memilih tidak mempertanyakannya, dia mengeluarkan satu persatu kotak yang ada didalam kereta kuda. Dan menjejerkan didekat kereta kuda.
Aizen memperhatikan satu persatu kotak-kotak yang berukuran kecil maupun besar, seluruh kotak-kotak ini dikunci oleh gembok dibuat oleh material khusus.
“Gembok ini memerlukan kombinasi khusus untuk membukanya, tapi!” Aizen meremukkan gembok yang mengunci kotak paling besar hanya dengan kekuatan fisik, “Gembok ini tidak ada artinya dihadapan kekuatan fisik, mari kita lihat apa yang ada didalamnya.”
Aizen mengerutkan keningnya ketika melihat isi kotak besar tersebut, isi dari kotak besar tersebut tidak lain adalah kepingan emas dalam jumlah yang sangat banyak dan bukan hanya keping emas, tapi juga perhiasan dan permata berharga.
“Sangat disayangkan tidak ada permata jiwa diantara permata-permata disini, tapi belum tentu.” Aizen tersenyum penuh makna dan membuka kotak-kotak lainnnya.
Hasilnya cukup membuatnya kecewa, tidak ada satupun benda yang berguna untuk meningkatkan kekuatannya sama sekali. Semua kotak-kotak yang dia buka berisi batangan-batangan emas dan bongkahan batu permata, tidak ada satupun dari benda-benda ini yang bisa meningkatkan kekuatannya.
“Aku tahu emas dan permata-permata ini berharga tapi ini tidak terlalu berguna untukku.” Aizen menggelengkan kepalanya sambil tersenyum pahit, dia duduk disana terlebih untuk memikirkan harus dia apakan semua harta ini.
“Hmmm? Apa itu?” Aizen baru menyadari sesuatu setelah dia melihat kebawah, dibawah terdapat sesuatu yang menurutnya merupakan tempat rahasia untuk menyembunyikan benda berharga.
Aizen kembali naik kedalam kereta kuda dan mencari dengan lebih serius, kali ini dia menemukan, itu terletak cukup tersembunyi hingga membuatnya tidak terlalu menyadarinya. Dia keluar sambil membawa sebuah kotak hitam dengan corak emas dengan gembok berwarna hitam yang menguncinya.
“Baja hitam ya? Jarang-jarang ada orang yang mau membuat gembok dari material berkualitas tinggi seperti ini.” Aizen memperhatikan gembok itu dari dekat sambil memperhatikan pola yang ada digembok tersebut.
Baja hitam merupakan material berkualitas tinggi yang biasa digunakan untuk membuat pusaka-pusaka tingkat tinggi, melihat pemilik kotak hitam ini menggunakan gembok berbahan dasar baja hitam, sudah pasti benda yang ada didalamnya sangatlah berharga.
“Untuk membuka gembok ini perlu kunci khusus, dan juga sulit untuk meremukkan gembok ini seperti gembok lainnya.” Aizen mengusap dagunya dan mencari cara untuk membuka gembok baja hitam ini, Aizen mencari-cari kunci gembok baja hitam tersebut didalam kereta kuda namun tidak menemukan.
Dia juga tidak menemukan dikotak-kotakkan yang dibukanya sebelumnya, setelah berpikir matang-matang Aizen memilih untuk menghancurkan gembok tersebut menggunakan cakarnya.
"Huppp!!” Aizen mengalirkan energi spiritual dalam jumlah besar pada satu jarinya dan dengan cepat memotong gembok baja hitam tersebut, gembok baja hitam itu sekarang patah menjadi dua.
“Heheheh.... Aku tidak mengira kuku tajam ini lebih berguna dari yang kukira.” Aizen dengan tidak sabaran membuka isi kotak hitam tersebut, isi kotak hitam itu membuatnya melebarkan mata.
Tiga buah pisau kecil dengan ukiran unik dan sebuah cincin giok berwarna merah darah, Aizen memperhatikan tiga pisau kecil dan cincin giok merah darah ditangannya dengan senyum tipis.
“Pusaka langit dan lagi jumlahnya ada tiga.” Aizen mengalihkan pandangannya pada cincin giok berwarna merah darah sambil tersenyum lebar, ”Cincin samudra dan lagi kualitas tinggi, aku tidak menyangka akan menemukan benda berharga seperti ini.” Aizen menggelengkan kepalanya.
Cincin samudra adalah sebuah cincin yang memiliki kekuatan ruang dan waktu yang membuat memiliki dimensi sendiri, dengan hal itu cincin ini memiliki kemampuan menyimpan benda apapun asalkan tidak bernyawa.
Jika dia meneteskan darahnya pada cincin ini makan cincin ini akan mengenalinya sebagai tuannya dan selain dirinya tidak ada yang bisa menggunakan cincin ini, selain itu luas ruang dimensi didalam cincin akan bertambah luas seiring bertambahnya jumlah energi spiritual yang Aizen miliki.
”Sulit bagiku mempercayai menemukan empat pusaka langit dan lagi cincin samudra berkualitas tinggi.” Aizen tersenyum tipis lalu meneteskan darahnya pada cincin samudra, cincin samudra sedikit bersinar sebelum Aizen memakainya.
Aizen bisa merasakan ruang dimensi yang lebih luas dibandingkan ruang dimensi cincin samudra kehidupannya sebelumnya, kualitas jelas membedakan dua benda tersebut.
Dia lalu menatap ketiga pisau kecil yang masih tersimpan didalam kotak hitam tersebut, Aizen memegang ketiga pisau kecil tersebut dan mencoba menyimpan ketiga pusak tersebut, seketika ketiga pusaka tersebut menghilang dari pandangan dan dapat Aizen rasakan jika ketiga pusaka langit itu berada dalam cincin samudra.
“Sekarang tinggal mereka...”Aizen mengibaskan tangannya, seketika kotak-kotak yang berisi batangan emas, kepingan emas dan permata-permata berharga menghilang dalam pandangannya, sekarang semua itu tersimpan didalam cincin samudra.
“Heheheh.... Ini hari keberuntunganku....” Aizen tersenyum tipis sambil menyeret mayat kijang putih yang dia bunuh sebelumnya, dia pergi menuju gua tempat dia tinggal sebelumnya.
*****
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!