" Hay, kamu sudah pulang." Juna sudah selesai mandi, saat ini laki-laki itu tengah duduk di tempat tidur sambil memangku laptop nya. Dia tersenyum menyambut istrinya yang baru saja masuk.
" Ada apa?" Tanya Juna saat melihat ekspresi bingung Nanda. Bahkan wanita itu tidak menjawabnya hanya membalas senyuman singkat saja.
" Aku menemukan anting aku di lantai ruang tamu, padahal seingat ku, aku sudah lama tidak memakai anting ini. Jadi mana mungkin tiba-tiba ada di lantai," ucapnya keheranan sambil menunjukkan pada suaminya sebelah anting yang dia temukan.
Kemudian Nayla bergegas menuju meja riasnya laku membuka laci dimana dirinya menyimpan semua perhiasan disana. Saat membuka laci, dia mengerutkan keningnya lantaran ada yang berubah disana.
" Aneh, perasaan aku tidak menyusun semua perhiasanku dengan rapi deh," ucapnya lagi-lagi dengan ekspresi bingung lantaran susunan perhiasan di kotaknya terlihat sangat rapi sekali padahal dirinya tidak pernah menyusunnya tapi rapi karena pasti akan dipakai kembali sehingga Nanda pun selalu meletakkan begitu saja.
Juna pun mengingat-ingat dan dia menyadarinya jika anting yang dipakai oleh Nayla tadi ternyata adalah antingnya Nanda bahkan baju yang dikenakan oleh Nayla pun juga milik Nanda. Juna baru menyadari kebodohannya kenapa dia sangat bisa lalai dan melupakan itu dan akhirnya istrinya itu bertanya-tanya.
" Pasti perbuatan Nayla," batinnya, Juna pun menghampiri Nanda.
" Ada masalah apa?" Dia pura -pura tidak tahu.
" Ini loh, kok perasaan ada yang aneh" ujarnya kebingungan, dia terus memperhatikan susunan letak perhiasannya.
" Udah gak usah dipikirin, kamu itu cuma kelelahan aja. Mending mandi supaya lebih seger." Juna menyuruh Nanda untuk segera mandi, dia tentu sudah mengetahui siapa pelakunya.
" Tapi ..."
" Kamu itu kecapean, makanya pikirannya kemana-mana. Ayo sekarang mandi dulu nanti dipikirkan lagi." Juna memaksa.
Nanda menghela nafasnya, kemudian dia menaruh sebelah anting yang dia temukan di lantai ruang tamu tadi kedalam laci di tempat perhiasan lainnya. Dengan pikiran bingung dia berjalan ke kamar mandi, mungkin yang di ucapkan suaminya benar jika dirinya kelelahan akibat banyaknya pekerjaan sehingga merasa aneh. Dan mungkin dengan merendam dengan air hangat akan membuat pikirannya fresh kembali.
Juna menghela nafasnya lega, dia mengerutuki kebodohan Nayla yang sangat berani sekali mengontak atik kamarnya terlebih lagi barang-barang milik Nanda. Kemudian dia mengirim pesan singkat pada wanita itu.
" Baju yang kamu pake tadi jangan sampai Nanda melihatnya ada padamu. Kamu benar-benar sangat keterlaluan, seharusnya tidak menyentuh apapun yang bukan milik mu."
Setelah mengirimkan pesan singkat tersebut, Juna langsung mematikan ponselnya. Dia tidak ingin Nayla membalas pesannya apalagi jika saat ada Nanda. Tentu dia tidak ingin ketahuan saat ini.
Nanda membuka pintu kamar mandi, wajahnya terlihat jauh lebih segar ketimbang yang tadi. Dengan menggunakan baju handuk kimono Nanda berjalan ke tempat tidur dengan rambut terurai panjang dan basah. Juna tersenyum melihatnya, Juna akui jika Nanda cantik dan seksi tak jauh dari Nayla, hanya saja hati dan perasaannya terlalu besar pada wanita itu, namun saat bersama dengan Nanda nama Nayla seakan hilang dari hatinya. Juna menjadi laki-laki yang serakah, tidak ingin menceraikan Nanda namun tidak ingin putus dari Nayla.
" Kamu sangat seksi, Nanda," ucapnya sambil menelan ludah dengan susah payah, dengan tatapan seperti hewan buas yang kelaparan.
Nanda tersenyum nakal kemudian dia sedikit membuka handuk kimono nya bagian atas hingga terlihat benda kenyal besar dan putih mulus itu. Kemudian dia naik merangkak mendekati Juna yang menatapnya penuh nafsu.
Cup ... Dengan sangat nakal Nanda mengecup bibir Juna. Dia bahkan sudah duduk di atas laki-laki itu. Juna tentu langsung membalasnya.
" Jun, aku menginginkan anakmu tumbuh di rahimku malam ini," bisik Nanda.
Juna yang tadinya begitu nafsu kini tiba-tiba sudah tidak berselera lagi. Dia menatap istrinya lekat. Terdengar helaan nafas panjang karena lagi-lagi masalah anak yang diinginkan oleh istrinya itu. Bukannya tidak mau hanya saja hatinya masih dalam keadaan bimbang, anak adalah masa depannya dan dia ingin yang menjadi ibu dari anak-anaknya adalah wanita yang akan menemaninya hingga akhir hayat. Sementara Nanda masih putih abu-abu karena ada wanita lain dalam hatinya.
" Kenapa masalah itu lagi sih dibicarakan? Bukannya sudah jelas aku masih belum siap!" Ujarnya mulai berbicara dingin dia bahkan sudah tidak berselera lagi ingin bercinta malam ini dengan Nanda.
" Mau sampai kapan kamu masih belum siap Juna. Kita menikah sudah 3 tahun lamanya, Aku tidak bisa terus-menerus menunggu. Aku ingin melahirkan anak kamu Juna. Aku ingin pernikahan kita jauh lebih sempurna lagi," ucap Nanda.
" Apalagi sebenarnya yang membuat kamu terus merasa belum siap Juna, umur kita sudah sama-sama dewasa, posisi karirmu juga sudah semakin meningkat. Jadi untuk apa lagi kita terus menunda? Aku juga ingin merasakan mengandung, melahirkan, ingin menjadi seorang ibu seperti wanita lainnya, Juna."
Nanda berbicara sedikit berteriak dia sangat kesal lantaran lagi-lagi Juna selalu menjawab hal yang sama saat dirinya menginginkan seorang anak. Entah apa penyebab laki-laki itu merasa belum siap, sementara karir, keuangan bahkan umur semuanya sudah cukup, bahkan lebih dari itu. Lantas untuk apa lagi terus menunda, 3 tahun itu bukan waktu yang singkat Nanda pikir masa-masa pacaran sudah berakhir dan memulai kehidupan yang baru dengan menambah anggota baru yaitu seorang anak, dan karena kehadiran anak pula akan menjadi semakin menambah kebahagiaan rumah tangga mereka.
" Aku tidak ingin membahas soal anak lagi Nanda, aku lelah aku mau istirahat. Kamu sudah pasti tahu kan jawabannya, aku masih belum siap."
Dengan tanpa perasaan Juna membaringkan tubuhnya membelakangi Nanda yang menatapnya tak percaya, Juna menghindar selalu menghindar saat Nanda setiap kali membicarakan keinginannya yaitu memiliki anak.
Nanda benar-benar terpukul hatinya apalagi melihat Juna yang seperti sekarang ini seakan tidak menginginkan hadirnya buah hati di tengah-tengah pernikahan mereka. Perlahan air matanya mengalir membasahi pipi, Nanda hanya ingin menjadi seorang wanita yang sempurna, dia ingin menjadi sosok seorang ibu seperti wanita lainnya, apa dirinya salah meminta seorang anak kepada suaminya sendiri?
Nanda membaringkan tubuhnya dan membelakangi Juna juga keduanya sama-sama membelakangi sibuk dengan pikiran masing-masing Nanda pun diam-diam ternyata menangis. Lagi-lagi keinginannya ditolak oleh suaminya itu.
****
Keesokan paginya Nanda dan Juna sudah sama-sama keluar dari kamar, keduanya sudah sama-sama rapi bersiap hendak berangkat kerja ketempat masing -masing. Mereka tampak tak saling berbicara.
Nanda hendak menelpon sarapan siap saji, dia tidak memiliki waktu untuk menyiapkan sarapan sehingga selalu mesan saja. Namun tiba-tiba dia mencium aroma wangi sedap di arah dapur lalu dia penasaran dan menghampiri siapa ya yang membuat masakan suami ini di pagi-pagi sekali dalam rumahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Frando Kanan
bkn hanya serakah....melainkn pecundang
2024-02-26
0
Soraya
biasanya yg nuntut ingin punya anak dri pihak suami tpi ini beda yg ingin punya anak mlh dri pihak istri
2024-02-16
0