Bab 3. Preman Kampus

Hari itu, Qia ada janji dengan dosen pembimbing. Namun, karena keasikan di depan laptop, dia jadi rada terlambat.

Biasanya, setelah salat dan murajaah, Qia langsung membantu ibunya berkutat di dapur, atau menyiapkan keperluan kuliah. Namun, kali ini ia malah melanjutkan tulisannya. Banyak ide berseliweran di kepala, menurutnya sayang kalau menguap begitu saja. Itu sebabnya, Qia buru-buru mengikat ide-ide itu agar tidak terbang.

"Jangan terburu-buru, Qi, nanti malah tidak bagus hasilnya. Ayo sarapan dulu," kata Ibu sambil menggelengkan-gelengkan kepala.

"Qia sudah terlambat, Bu. Qia tidak ingin Bu Dosen terlalu lama menunggu. La wong Qia yang butuh, kok," jelas Qia setelah menyeruput susu coklat buatan ibunya.

"Ya sudah, pokoknya hati-hati, jangan tergesa-gesa seperti itu. Ibu tidak ingin terjadi sesuatu padamu."

Taqiya mengangguk. Setelah pamit pada kedua orang tuanya, ia buru-buru mengeluarkan sepeda pancal, kemudian mengayuhnya cepat-cepat. Jarak antara rumah dan jalan raya memamg lumayan jauh, sementara gadis itu tidak bisa mengendarai motor. Untungnya, angkot yang ia tunggu segera datang. Untuk sementara, gadis itu merasa lega.

***

Begitu turun dari angkot, Taqiya langsung menuju rumah Aina yang tidak jauh dari jalan raya.  Mereka sudah janjian untuk menghadap dosen pembimbing bersama. Kebetulan, hari itu Ardi, suami Aina tidak bisa mengantar. Jadi, Taqiya bisa nebeng ikut motor Aina.

Sepuluh menit kemudian, mereka sudah sampai di depan kampus

"Buruan, Ai, kita sudah terlambat. Aku gak ingin Bu Leni menunggu terlalu lama," ajak Qia cemas begitu Aina menaruh motor matiknya di tempat parkir.

"Iya ... iya ... sabar dong, Qi. Kita Belum terlambat, kok," jawab Aina sambil menggamit lengan Qia. Keduanya lalu melangkah bersama.

***

Area parkir di kampus C Jurusan Teknologi Pangan saat itu tidak terlalu ramai. Hanya ada beberapa mahasiswa yang sedang bergerombol di bawah pohon yang rindang. Terdengar celotehan khas anak muda di sela-sela nyanyian sumbang plus genjrang-genjreng suara gitar. Namun, begitu melihat Qia dan Aina melintas, nyanyian sumbang itu berhenti.

Tiba-tiba perasaan Qia tidak enak. Ia tidak ingin berburuk sangka, tetapi firasatnya mengatakan sesuatu yang tidak menyenangkan bakal terjadi.

"Halo, assalamu'alaikum, Qia. Mau menemui dosen pembimbing, ya?" Sebuah suara yang tampak dilembut-lembutkan masuk ke gendang telinga Qia.

"Tuh kan, bener," batin Qia. Gadis itu memegang lengan Aina erat-erat.

Qia menjawab salam itu dalam hati. Namun, ia pura-pura tidak mendengar.  Ia mengajak Aina berjalan lebih cepat. Saat itu, Qia ingin fokus pada bimbingan skripsi, tidak ingin diganggu dengan hal yang lain. Itu sebabnya, Qia tidak ingin meladeni mahasiswa-mahasiswa usil yang memang sering menggoda dirinya.

"Qi, kenapa tidak menjawab salam Abang? Kan dosa, Qi? Kamu masih marah, ya, sama Abang? Maaf, kapan hari Abang khilaf. Suer ... Abang janji, gak akan mengulangi lagi. Bisakah kita ngobrol sebentar? Ada hal penting yang ingin Abang sampaikan!" pemuda yang tak lain adalah Bayu, pengamen yang beberapa hari lalu mendatangi Qia di rumahnya mencoba berbicara. Kali ini sambil mendekat ke arah gadis itu.

Qia dan Aina masih tidak menghiraukan. Mereka terus melangkah tanpa mengucap sepatah kata.

"Qi ... tunggu ...." Bayu tidak mau menyerah. Sekarang posisinya tepat berada di depan Qia dan Aina.

Sementara itu, teman-teman Bayu masih bergerombol di tempat semula. Suara genjrang-genjreng masih terdengar, tetapi agak pelan.

"Maaf ya, Kak. Kami sedang terburu-buru." Kali ini Aina yang menjawab. Ia berharap, kakak tingkat yang bergelar mahasiswa abadi itu mau mengerti.

"Sebentar aja, Ai. Tolong bilangin Qia, Abang cuma mau ngomong sebentar."

Aina melirik sebentar ke arah Qia. Wajah gadis itu tampak pucat. Kelihatan sekali kalau Qia sedang ketakutan. Maklum, Bayu selama ini dikenal sebagai preman kampus. Aina jadi tidak tega melihat temannya seperti itu.

"Maaf, Kak. Mungkin lain kali, deh. Soalnya Bu Leni sudah nungguin dari tadi. Mari, Kak!" pamit Aina akhirnya. Tangan gadis itu menggamit lengan Qia dan melangkah dengan cepat.

Beruntung Bayu tidak memaksa. Ia menggeser sedikit tubuhnya dan membiarkan dua wanita cantik itu lewat. Namun, tatapannya tidak lepas dari mereka.

"Ha ha ha ha, kasihan ... Jagoan kita dicueki!" Terdengar suara tawa sahut-menyahut. Bayu hanya diam, wajahnya tampak datar.

"Lagian, anak masjid diembat juga," celetuk yang lain.

Suara mereka cukup keras sehingga masih terdengar oleh Qia dan Aina.

"Memangnya kenapa kalau anak masjid? Justru karena Qia anak masjid, gue mau deketin dia. Lagian, gue serius, kok, sama dia," jawab Bayu ringan.

"Ha ha ha ha. Gak level, Bay. Preman kampus ngarep anak masjidan, mana mau dia? Berani taruhan?" 

celetuk sebuah suara diiringi derai tawa yang lain.

"Ogah!" sahut Bayu cepat.

"Ha ha ha ... Kenapa? Lo takut? Belum-belum udah menyerah duluan, gitu kok ngotot mau dapetin Qia?"

"Siapa bilang gue menyerah. Gue, sih yakin, bisa dapetin Qia."

"Trus, ngapain lo nolak taruhan dengan kita?"

"Dasar songong lo! Qia tuh, gak pantas dijadikan bahan taruhan, ngerti gak, lo?" jawab Bayu sambil menjitak kepala temannya yang bicara tadi.

"Trus ... mau lo, apa?"

"Gue memang preman, Bro, tapi soal pasangan hidup, gue gak main-main. Bagi gue, nikah itu sekali seumur hidup, jadi gue gak mau sembarangan. Jelek-jelek gini gue masih bisa mikir, gue gak bakal nanam benih gue di sembarang lahan," jawab Bayu serius.

Saking seriusnya, teman-teman Bayu yang lain pada diam, lebih tepatnya bengong. Tumben-tumbennya Bayu, pemuda yang suka berantem itu ngomong dengan benar.

"Lo serius, Bro?" tanya salah seorang dari mereka.

"Seriuslah. Apa kalian lihat kalau gue seperti sedang main-main?" Semprot Bayu sewot.

"Trus, gadis-gadis yang selama ini lo pacarin itu mau di kemanakan?" todong seorang teman.

"Mereka mah, cuma mainan, Bro, buat seneng-seneng. Kalau buat dikenalin ke emak gue, yang pantes ya ... Qia itu."

Semua yang ada di situ saling pandang, hampir tidak percaya. Selama ini Bayu memang dikenal sebagai playboy kelas kakap. Satu-satunya keahlian yang dimiliki Bayu adalah merayu wanita. Namun, untuk menghadapi Qia, dia seolah mati gaya. Itu yang membuatnya semakin penasaran dan lama-lama jatuh cinta sungguhan. Hanya saja, Qia tidak pernah menganggapnya. La wong Qia sendiri sedang belajar memantaskan diri, berharap mendapat jodoh yang baik, dunia dan akhirat, mana sempat meladeni preman kampus macam Bayu.

Sementara itu, Qia yang belum terlalu jauh dari tempat itu, masih mendengar apa yang diperbincangkan cowok-cowok tadi. Bukannya bangga, ia malah bergidik, ngeri. Gadis itu semakin erat mencengkeram lengan Aina membuat wanita muda bermata biru itu menoleh padanya.

"Memangnya, apa yang terjadi antara kamu dengan Kak Bayu? Kenapa dia ngotot pingin minta maaf?" tanya Aina keheranan.

Qia melirik sejenak ke arah Aina, kemudian menatap lurus ke depan. Ia lalu mulai bercerita.

"Jujur aku nggak ngerti apa maunya Kak Bayu. Kapan hari dia datang ke rumah, nyamar sebagai pengamen. Awalnya, aku gak ngerti kalau itu dia. Pas kukasih uang receh, tiba-tiba dia nyomot tangan aku juga. Aku kan kaget setengah mati. Seumur-umur, baru kali itu dilecehkan oleh seorang lelaki. Pas aku teriak panggil ayah, eeeh ... dia lari terbirit-birit sama temannya," tutur Qia.

"Ya Allah, nekat banget, sih, dia. Kamu yang hati-hati ya, Qi. Apa perlu, aku kasih tahu persoalan ini ke Mas Ardi dan Bram. Kayaknya Kak Bayu itu perlu diberi pelajaran," kata Aina prihatin. Jujur, ia sangat mengkhawatirkan Qia.

Sontak Qia menoleh ke arah Aina. Tentu saja ia menolak. Sungguh, Qia merasa malu kalau suami dan ipar Aina mengetahui hal ini.

"Ya sudah, kalau ada apa-apa, kamu harus cerita Qi. Insyaaallah kami siap membantu."

Qia mengangguk. Tiba-tiba benaknya dipenuhi dengan gambar wajah Bayu. Sebenarnya ia sangat takut. Ia khawatir kalau Bayu berbuat nekat.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Atik Setya

Atik Setya

kok aku gak asing dengan nama Aina, ya, Cikgu?

2023-05-22

1

Atik Setya

Atik Setya

pernah ngalamin yang beginian. hihihi

2023-05-22

1

Atik Setya

Atik Setya

jadi kepingin ngintip si Qia

2023-05-22

1

lihat semua
Episodes
1 Gadis Pemimpi
2 Bab 2. Pengagum Rahasia
3 Bab 3. Preman Kampus
4 Bab 4. Pucuk Dicinta Ulam Tiba
5 Pesan dari Penggemar Rahasia
6 Kejadian tak Terduga
7 Saya Tidak Apa-Apa
8 Dia Telah Tiada
9 Aku Belum Pantas untuknya
10 10. Aku Belum Pantas untuknya (2)
11 11. Persiapkan Hatimu, Qi!
12 12. Kukira Sudah Masuk Buih
13 13. Sekadar Bercanda
14 14. Di Kantor Polisi
15 15. Saya yang Akan Menikahinya
16 16. Ini Perintah
17 17. Terlalu Tampan
18 18. Beri Aku Waktu
19 19. Untuk Menerima, Duhai ... Alangkah Beratnya!
20 20. Abang Akan Selalu Ada untukmu, Qi ....
21 21. Lamaran
22 22. Lamaran 2
23 23. Selamat, ya, Qi!
24 24. Rencana Kejutan untuk Qia
25 25. Bughatti Chiron Milik Siapa?
26 26. Diterima atau Ditolak?
27 27. Pertikaian di Tengah Lamaran
28 28. Tolong Pahami Posisi Saya
29 29. Ditodong
30 30. Bagaimanapun, Ia Harus Tahu
31 31. Interogasi
32 32. Besok Kita Menikah
33 33. Siapa Sebenarnya Dia?
34 34. Rahasia Gaun Pengantin
35 35. Apa Ini Ada Hubungannya dengan Papa?
36 36. Bagaimana denganku?
37 37. Penyerangan
38 38. Pesta Penyambutan
39 39. Baiklah, Mari Kita Mulai Acaranya
40 40. Mengapa Semua Memanggil Bos?
41 41. Masyaallah, Cantiknya!
42 43. Pencarian
43 43. Sama-Sama Preman
44 44. Sepertinya Tidak Terkenal?
45 45. Pindah Rumah
46 46. Di Mana Flashdisk Itu?
47 47. Lo Ngompol?
48 48. Tambah Curiga
49 49. Kamu Godain Kakak?
50 50. Tanpa Judul
51 51. Bingung
52 52. Misi Baru
53 53. Jangan Pura-Pura
54 54. Siapa Berani Mengacak-acak Rumah Satrio?
55 55. Salah Paham
56 56. Inikah Jurus untuk Memikat Wanita?
57 57. Kakak Bos Mafia?
58 58. Tamu Istimewa
59 59. Gimana Kalau Menjadi yang Kedua?
60 60. Tidak Nyaman
61 61. Kalau Itu, Sih, Biar Tambah Sayang!
62 62. Cemburu
63 63. Harusnya Kutunggu Jandanya?
64 64. Melawan Arus
65 65. Siasat Laki-Laki
66 66. Berkhalwat di Dunia Maya
67 67. Aku Merasa Dia Seperti Pujangga
68 68. Kejutan 1
69 69. Kejutan 2
70 70. Sang Kuli Tinta
71 71. Tertembak
72 72. Awas Kena Gampar
73 73. Mereka Kakak Kita
74 74. Kesal
75 75. Bisa Membungkam Pelakor Ternyata Cukup Menyenangkan
76 76. Kemilau Senja
77 77. Tempat yang Paling Berbahaya adalah Tempat yang Paling Aman
78 78. Diam Berarti Iya
79 79. Memang Susah Kalau yang Berbicara adalah Cinta
80 80. Ada yang Main-Main Sama Kita
81 81. Ditodong Lagi
82 82. Qia Takut, Kak!
83 83. Semua Karena Anita 1
84 84. Semua Karena Anita 2
85 85. Matanya Itu
86 86. Maafkan Qia, Kak!
87 87. Pancaroba Cinta 1
88 88. Pancaroba Cinta 2
89 89. Jalan yang Kupilih 1
90 90. Jalan yang Kupilih 2
91 91. Jalan yang Kupilih 3
92 Pengumuman
93 92. Sahabat Pena
94 93. Kamu Bisa
95 94. Masih tentang Kemilau Senja
96 95. Undangan Makan Malam
97 96. Dokter Irena
98 97. Saat Kotak Pandora Terbuka
99 98. Aluna, Irena, dan Qia
100 99. Belahan jiwa
101 100. Pengakuan Anita
102 101. GLUK
103 102. Aku Percaya Sepenuhnya
104 103. Pesan dari Prasetyo
105 104. Main Petak Umpet
106 105. Framing
107 106. Framing 2
108 108. Konspirasi 1
109 109. Ternyata Dia Orangnya
110 110. Kehilangan Jejak
111 111. Akhirnya sampai juga
112 112. Tanpa Judul
113 113
114 114. Penyamaran
115 115. Tertangkap
116 116. Mengalah untuk Menang 1
117 117. Sang Idola 1
118 118. Sang Idola 2
119 119
120 120
121 121
122 122
123 123
124 124
125 125
126 126
127 127
128 128
129 129
130 130
131 131
132 132
133 133
134 135
135 136
136 137
137 138
138 139
139 140
140 141
141 142
142 143
Episodes

Updated 142 Episodes

1
Gadis Pemimpi
2
Bab 2. Pengagum Rahasia
3
Bab 3. Preman Kampus
4
Bab 4. Pucuk Dicinta Ulam Tiba
5
Pesan dari Penggemar Rahasia
6
Kejadian tak Terduga
7
Saya Tidak Apa-Apa
8
Dia Telah Tiada
9
Aku Belum Pantas untuknya
10
10. Aku Belum Pantas untuknya (2)
11
11. Persiapkan Hatimu, Qi!
12
12. Kukira Sudah Masuk Buih
13
13. Sekadar Bercanda
14
14. Di Kantor Polisi
15
15. Saya yang Akan Menikahinya
16
16. Ini Perintah
17
17. Terlalu Tampan
18
18. Beri Aku Waktu
19
19. Untuk Menerima, Duhai ... Alangkah Beratnya!
20
20. Abang Akan Selalu Ada untukmu, Qi ....
21
21. Lamaran
22
22. Lamaran 2
23
23. Selamat, ya, Qi!
24
24. Rencana Kejutan untuk Qia
25
25. Bughatti Chiron Milik Siapa?
26
26. Diterima atau Ditolak?
27
27. Pertikaian di Tengah Lamaran
28
28. Tolong Pahami Posisi Saya
29
29. Ditodong
30
30. Bagaimanapun, Ia Harus Tahu
31
31. Interogasi
32
32. Besok Kita Menikah
33
33. Siapa Sebenarnya Dia?
34
34. Rahasia Gaun Pengantin
35
35. Apa Ini Ada Hubungannya dengan Papa?
36
36. Bagaimana denganku?
37
37. Penyerangan
38
38. Pesta Penyambutan
39
39. Baiklah, Mari Kita Mulai Acaranya
40
40. Mengapa Semua Memanggil Bos?
41
41. Masyaallah, Cantiknya!
42
43. Pencarian
43
43. Sama-Sama Preman
44
44. Sepertinya Tidak Terkenal?
45
45. Pindah Rumah
46
46. Di Mana Flashdisk Itu?
47
47. Lo Ngompol?
48
48. Tambah Curiga
49
49. Kamu Godain Kakak?
50
50. Tanpa Judul
51
51. Bingung
52
52. Misi Baru
53
53. Jangan Pura-Pura
54
54. Siapa Berani Mengacak-acak Rumah Satrio?
55
55. Salah Paham
56
56. Inikah Jurus untuk Memikat Wanita?
57
57. Kakak Bos Mafia?
58
58. Tamu Istimewa
59
59. Gimana Kalau Menjadi yang Kedua?
60
60. Tidak Nyaman
61
61. Kalau Itu, Sih, Biar Tambah Sayang!
62
62. Cemburu
63
63. Harusnya Kutunggu Jandanya?
64
64. Melawan Arus
65
65. Siasat Laki-Laki
66
66. Berkhalwat di Dunia Maya
67
67. Aku Merasa Dia Seperti Pujangga
68
68. Kejutan 1
69
69. Kejutan 2
70
70. Sang Kuli Tinta
71
71. Tertembak
72
72. Awas Kena Gampar
73
73. Mereka Kakak Kita
74
74. Kesal
75
75. Bisa Membungkam Pelakor Ternyata Cukup Menyenangkan
76
76. Kemilau Senja
77
77. Tempat yang Paling Berbahaya adalah Tempat yang Paling Aman
78
78. Diam Berarti Iya
79
79. Memang Susah Kalau yang Berbicara adalah Cinta
80
80. Ada yang Main-Main Sama Kita
81
81. Ditodong Lagi
82
82. Qia Takut, Kak!
83
83. Semua Karena Anita 1
84
84. Semua Karena Anita 2
85
85. Matanya Itu
86
86. Maafkan Qia, Kak!
87
87. Pancaroba Cinta 1
88
88. Pancaroba Cinta 2
89
89. Jalan yang Kupilih 1
90
90. Jalan yang Kupilih 2
91
91. Jalan yang Kupilih 3
92
Pengumuman
93
92. Sahabat Pena
94
93. Kamu Bisa
95
94. Masih tentang Kemilau Senja
96
95. Undangan Makan Malam
97
96. Dokter Irena
98
97. Saat Kotak Pandora Terbuka
99
98. Aluna, Irena, dan Qia
100
99. Belahan jiwa
101
100. Pengakuan Anita
102
101. GLUK
103
102. Aku Percaya Sepenuhnya
104
103. Pesan dari Prasetyo
105
104. Main Petak Umpet
106
105. Framing
107
106. Framing 2
108
108. Konspirasi 1
109
109. Ternyata Dia Orangnya
110
110. Kehilangan Jejak
111
111. Akhirnya sampai juga
112
112. Tanpa Judul
113
113
114
114. Penyamaran
115
115. Tertangkap
116
116. Mengalah untuk Menang 1
117
117. Sang Idola 1
118
118. Sang Idola 2
119
119
120
120
121
121
122
122
123
123
124
124
125
125
126
126
127
127
128
128
129
129
130
130
131
131
132
132
133
133
134
135
135
136
136
137
137
138
138
139
139
140
140
141
141
142
142
143

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!